"Makasih sudah nganterin gue pulang, Bang Aksa."
Kalimat ucapan makasih itu terlontar dari seorang cewek yang kini berdiri di depan Aksa. Cewek cantik itu tersenyum sebelum akhirnya melangkah. Namun, dia baru ingat ada satu hal yang ingin dia bahas bersama Aksa. Kayla rasa ini saat yang tepat untuk membahas pertanyaan yang beberapa hari ini menghantui pikirannya. Aksa yang bingung dengan adiknya pun bergerak cepat menghampiri adiknya.
"Kenapa gak masuk? Anak lo udah nungguin lo, Kay. Kalau ada apa-apa cerita sama gue, Kay. Gue ini Abang lo! Bukan orang lain!" ujar Aksa.
Kayla menggeleng. "Gue mau cerita dan mau nanya sesuatu sama lo. Beberapa hari yang lalu, Melody nelepon gue, Bang. Dia nangis dan bilang kalau sikap lo ke dia berubah. Kalau boleh tau, lo kenapa berubah? Kalau ada masalah sebaiknya lo selesaikan dengan baik-baik, Bang. Jangan kayak gini," kata Kayla.
"Urusan gue, Kay. Lo gak perlu tau."
Kayla tertawa kecil. "Urusan lo? Bang, gue gak tahan sama sikap lo yang udah bikin sahabat gue nangis!"
"Kay, gue bilang masuk, masuk!"
Kayla menggeleng. Kali ini cewek cantik itu sedikit keras kepala. Bukan apa-apa, tapi dia ingin tahu hal apa yang menyebabkan sikap Aksa berubah ke Melody. Kayla tahu kalau Aksa tidak akan seperti ini kalau tidak ada alasan yang pasti. Cewek cantik itu bukannya melangkah menuju rumah malah melangkah mendekati Aksa.
"Cerita sama——"
"Percuma, Kayla! Dengan gue cerita ke lo pun gak bakalan membuat hubungan gue sama Melody membaik! Lo gak usah terlalu sibuk ngurusin kehidupan orang lain, Kay," kata Aksa. Dia menyelipkan anak rambut Kayla yang menjuntai. "Gue gak mau membebani lo dengan masalah yang gue hadapi. Lo sebaiknya fokus sama suami dan anak lo, Kay. Urusan gue sama Melody biar gue sama dia yang menyelesaikannya," katanya.
Kayla menghirup napasnya dalam-dalam, lalu dia embuskan secara perlahan. Cewek cantik itu menatap mata Aksa yang memancarkan kesedihan.
"Bukan dengan cara mengakhiri semuanya, kan?"
***
Dokter Edward tersenyum bahagia, menatap sendu seorang cowok yang sudah dioperasi. Kejadian menegangkan berhasil dilalui dengan baik. Semuanya karena doa-doa orang yang sayang sama Elbara."Suster, pindahkan pasien ke ruang ICU."
"Baik, Dokter Edward," balasnya.
Di luar ruangan masih ada beberapa orang yang setia menunggu pintu operasi kembali dibuka. Nadin sendiri tengah menyandarkan kepalanya di pundak Robby. Wanita paruh baya itu sempat berteriak histeris ketika suster mengatakan kalau denyut nadi Elbara melemah.
"Mas, anak aku akan baik-baik aja,kan? Dia gak akan pergi ninggalin kita semua?" tanya Nadin
Robby mengusap rambut istrinya dengan sayang. Pria paruh baya itu pun sama takutnya dengan Nadin. Takut kalau Elbara akan meninggalkannya. Robby mendongak, menahan bulir bening yang hampir lolos membasahi pipinya. Rasanya sakit sekali melihat Nadin serapuh sekarang. Nadin yang ceria seolah ditelan bumi.
"Mas, kenapa kamu gak jawab? Anak aku akan baik-baik aja, kan? Aku takut kalau dia pergi, Mas," ujarnya pilu.
Seorang wanita paruh baya yang duduk di samping Nadin mengangkat ujung bibirnya, membentuk lengkungan tipis bak bulan sabit. Rania meraih tangan Nadin dan menggenggam tangan wanita itu.
"Pasti, Mbak. Elbara akan baik-baik aja. Dia itu kuat, dia akan bertahan demi Kayla, Raymond, Bella, dan demi Mbak, Mama kandungnya Elbara," ujar Rania.
Pintu ruang operasi terbuka, Nadin berdiri dari duduknya lantaran brankar yang ditempati Elbara dibawa keluar dari ruangan operasi.
"Dok, gimana operasi anak saya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
ELBARAKAYLA [ENDING]
RomansaYang sudah membaca cerita ini, tolong jangan spoiler alur cerita dan endingnya! "𝐋𝐨 𝐧𝐲𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐠𝐮𝐞 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐧𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐢𝐧 𝐢𝐬𝐭𝐫𝐢 𝐠𝐮𝐞? 𝐋𝐨 𝐠𝐢𝐥𝐚 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐠𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚?" Sejak kecil, Elbara sudah ditinggal mamanya. Mamanya lebih...