PROLOG

664 40 1
                                    

"Luis, jika kau masih disana. Tolong bawa air ke rumah!"

Luis mendongak dan melihat Upa yang berteriak dari jendela rumah. Dia mengangguk singkat dan menimba air di sumur. Beberapa orang mengantri untuk mengambil di salah satu sumber mata air disana. Luis melihat anak-anak yang berlari kesana-kemari tanpa mengenal rasa takut yang membayangi mereka.

"Kenapa harus aku? Aku harus mengangkat air ini sampai ke lantai tiga." Luis menyeret ember di tangannya.

"Hai! Luis, nanti kau harus datang ke balai desa." Kuma muncul dari lantai empat dan melihatnya dari tangga.

"Kenapa? Aku bukan petugas keamanan!"

"Ck, kau yang dibutuhkan! Ajak Upa juga!"

"Baiklah!" Luis membawa ember ke depan pintu.

Upa membuka pintu dan tertawa melihat Luis yang sangat kelelahan membawa ember di tangannya.

"Terima kasih! Jadi, apa yang dikatakan Kuma?"

Luis masuk ke dalam dan membawa banyak barang di tasnya. Mereka harus segera ke balai desa. Perasaan Luis sangat tidak enak sama sekali.

"Kita harus ke balai desa!"

"Baiklah!"

Mereka bersiap-siap dan pergi ke balai desa. Di tahun mereka sekarang, banyak hal yang terjadi pada umat manusia. Kelaparan, wabah, makhluk aneh lain, dan banyak hal yang mulai bermunculan tiada henti. Luis hanya mengira dunia mereka sekarang begitu rusak dan sekarat. Tak ada tempat yang damai untuk manusia. Bahkan di kutub Utara sekalipun, tempat itu hanya jadi tempat mayat berakhir.

"Apa kalian sudah datang semua?" Kepala desa keluar dari rumah.

"Sttt... Luis! Kau kenapa?" Kuma melihat Luis yang gelisah.

"Aku ingin buang air besar! Sebentar!"

Luis berlari dengan cepat. Dia masuk ke dalam bilik dan menuntaskan keperluannya. Jika dia gugup, perutnya akan mengalami masalah serius. Dia juga tidak terlalu suka berkumpul di balai desa. Dia bukan orang yang mau berjuang demi orang lain.

"Arghttt..."

Luis mengerjap dan melihat dari celah kayu. Dia baru saja mendengar teriakan seseorang.

"Arghttt..."

"Lari!"

"Cepat naik! Mayat hidup datang!"

"Ibu..."

"Arghttt... Tolong!"

Tubuh Luis terpaku, keringat dingin membasahi tubuhnya. Dia tidak bisa keluar sekarang. Dia sangat takut apa yang terjadi di luar. Mayat hidup menjadi ancaman serius di desanya, mana mungkin mereka muncul setelah mereka membuat parit besar di luar kecuali parit itu telah penuh dengan mayat hidup.

"Groammm..."

Luis membuka pintu cepat dan berlari ke desanya. Dia tak punya pilihan lain. Bertahan juga bukan salah satu cara. Tapi apa yang dilihatnya sekarang sangat menjijikkan. Darah dimana-mana, orang terkapar, rumah dan bangunan rusak parah. Mayat hidup banyak yang memakan para penduduk. Luis menegang tak kala satu mayat hidup menghampirinya. Dia belum siap untuk melawan mereka.

"Luis! Luis! Cepat naik!" Upa berteriak dengan kencang.

"Hah..."

"Ayo! Semua orang sudah pergi!" Kuma memanggilnya juga.

Luis berjalan dan naik ke depan pintu mobil pickup. Dia sangat takut, tubuhnya begitu gemetaran.

"Apa yang terjadi?"

"Hah, saat kau pergi. Mayat hidup tiba-tiba datang. Semua orang sedang pergi menuju desa lain. Beberapa dari mereka telah menjadi korban." Jelas Upa menunduk.

"Sial! Siapa itu? Gia?" Kuma berhenti dan menolong seorang anak kecil.

Luis membuka pintu dan menghampiri mereka. Gia, salah satu anak dari kepala desa. Apa yang terjadi pada rombongannya? Luis mengecek keadaan Gia yang masih bernapas. Dia selamat. Tak ada tanda-tanda mayat hidup melukainya.

Mereka membawa Gia naik ke mobil. Luis duduk di belakang melihat asap yang mengepul di kawasan ini. Desanya telah hancur lembur. Tak ada yang tersisa selain asap yang mengudara. Luis menyentuh jantungnya yang berdegup kencang. Dia tak menyangka hal ini bisa terjadi.

"Groammm..."

"Kuma! Cepat!" Teriak Luis bersiap pada posisinya.

Mobil berjalan membelah asap. Luis bersiap jika sewaktu-waktu mayat hidup melompat padanya. Pandangannya menjadi sangat buram, mobil juga menjadi berjalan pelan. Tubuh Luis menegang melihat rombongan desanya berhenti di tengah jalan. Mobil besar yang membawa mereka telah berbalik. Hanya ada mayat hidup yang mengitari mobil itu.

"Luis pegang ini!" Upa melempar senjata pada Luis.

Seumur hidupnya Luis tidak pernah memegang senjata jenis apapun. Dia takut terluka. Sangat takut.

"Ku-ma... Bisakah kau lebih cepat!"

"Aku berusaha. Kabut sudah datang, maafkan aku!"

Luis merosot dan memegang senjatanya takut-takut. Dia sangat ketakutan di kabut ini. Bagaimana jika mayat hidup menghampirinya? Atau bagaimana jika mereka menggigitnya? Di dalam ketakutan, Luis mulai tersadar. Mereka telah keluar dari desa. Melewati parit yang penuh dengan mayat hidup. Sekarang dia tahu, mereka dikelilingi mayat hidup yang siap memakan mereka suatu hari nanti.

Mereka tak pernah menyadari bahaya apa yang di luar desa. Luis menangis dalam diam. Dia sangat takut. Di dunia luar jauh lebih menakutkan. Ada mahluk lain yang datang bukan hanya manusia. Manusia sekarang saja juga sangat menakutkan. Tak ada tempat yang aman untuk mereka pergi. Tak ada!

"Kita akan pergi kemana?" Tanya Upa sangat gelisah.

"Aku tidak tahu!" Kuma masih fokus pada setirnya.

"Bagaimana jika desa sebelah?"

"Kau yakin? Kita belum pernah pergi kesana."

"Keadaan Gia mengkhawatirkan! Dia demam!" Upa mengecek Gia yang mengeluarkan keringat dingin.

Tak ada pilihan lain selain mencari pertolongan pada desa lain. Luis menatap kabut yang makin menipis. Mereka telah keluar dari kawasan berkabut, tempat tinggal mereka selama ini. Luis berdiri dan menatap ke depan.

Desanya telah menghilang dari peta!

👣👣👣

Salam ThunderCalp!🤗

Kisah ini akan banyak mengandung unsur darah, kekerasan, pertarungan, dll.

Saya harap kalian tidak mencontoh kejahatan di kisah ini.

See you..

The Answer The World ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang