"Permisi! Apakah kami bisa masuk ke dalam desa ini? Kami ingin membeli senjata!" Biv bertanya pada batu.
Batu sungguhan, apa batu itu seperti dinding sihir? Apa mereka akan membuka jalan untuk kami masuk? Biv terus berbicara pada batu sampai kami menunggu beberapa jam di luar. Aku sampai bosan, kenapa para Dwarf sulit untuk membuka pintu mereka?
"Biv! Minggir!" Kiel maju.
"Hah, mereka itu tidak mudah terbuka pada orang asing apalagi kita bukan pelanggannya. Apa kita harus pergi ke desa lainnya? Mungkin ada kawanan Dwarf lain."
"Permisi! Aku Kiel, pimpinan desa Otona. Aku ingin membeli senjata!"
Batu terbuka seketika. Kenapa dia tidak melakukannya sejak tadi? Apa Kiel juga pembeli dari desa ini? Biv menatap marah Kiel yang masuk seenaknya. Aku mengambil barangku dan mengikuti mereka. Andai dia melakukannya lebih cepat, kami tak perlu menunggu berjam-jam. Batu tertutup lagi membuat jalan menjadi lebih gelap. Cahaya biru mulai bersinar terang. Ini mirip gua. Apa mereka tinggal dalam gua?
Kami masuk semakin dalam dan menemukan tempat sangat besar dan megah. Banyak kawanan Dwarf yang berlalu-lalang. Ada lubang-lubang kecil yang berada disisi dinding. Mereka membuat senjata dan tinggal disana. Aku mengintip lubang raksasa di bawah sana di atas. Kawanan mereka lebih banyak dari dugaanku. Apa yang mereka tambang di bawah sana? Apa itu berlian? Emas? Permata?
"Siapa yang harus kita datangi Pak Tua. Kau pasti tahu tempat ini dariku!" Biv berjalan pelan.
"Ikuti aku!"
Kami mengikuti Kiel dari belakang. Apa dia memiliki uang?
"Permisi! Tuan Jabi!" Kiel masuk ke salah satu tempat.
Apa kami akan mendapatkan senjata disini?
"Kami ingin makan dan minum."
"Siap!"
Makan? Minum? Aku dan Biv saling pandang. Apa itu tradisi disini? Aku duduk di samping Kiel dan melihat tempat ini. Ini mirip tempat makan bukan tempat pembuatan senjata. Kami menunggu beberapa saat dan Tuan Jabi memberikan kami makanan yang terlihat enak. Perutku sangat lapar melihatnya.
"Kenapa kita makan?" Tanya Biv sudah menyantap lebih dulu.
"Karena Luis lapar!"
Aku? Aku memang lapar. Bagaimana bisa tahu? Aku tak memberitahunya atau menunjukkan aku sedang menahan lapar.
"Ini enak. Kau tak makan Kiel?" Tanyaku.
Apa dia lebih suka makanan mentah? Aku tak punya makanan mentah untuknya. Kiel tersenyum dan membuka mulutnya. Ada apa? Apa aku harus menyuapinya? Aku memasukan sendok ke mulut Kiel dan dia memakannya. Dia ingin aku menyuapinya?
"Pak Tua ini! Jadi, bagaimana kita menemukan senjata?" Biv menghabiskan piringnya sampai tak tersisa.
"Pertama kita bayar makanan ini. Beri aku dua keping uangmu Luis. Kalian tunggulah disini."
Aku memberi Kiel dua keping, dia masuk ke dalam sebuah pintu besi. Apa yang akan dia lakukan di dalam sana? Dia tidak melakukan hal aneh kan?
"Apa dia bisa mendapatkan senjata hanya dengan dua keping?" Biv menatapku.
"Aku juga tidak tahu."
"Meski dia pimpinan desa kanibal tapi tetap saja dia tak membawa uang sama sekali. Aku sudah mengecek pakaiannya, dia bahkan tak membawa senjata apapun. Memangnya apa yang dia lakukan di dalam sana?"
Aku ingin tahu dan melihatnya. Tapi itu tidak sopan. Bagaimana jika dia sedang bernegosiasi dengan pemilik tempat ini? Kiel keluar dengan membawa alat aneh. Apa itu? Kenapa Tuan Jabi terlihat sangat senang?
"Kita akan menambang!"
👣👣👣
Takkk.... Takkk...
Aku menggali tanah yang sangat lembab ini. Kami harus menambang batu untuk Tuan Jabi menggantikan senjata yang akan kami dapatkan nanti. Aku tidak menyangka kami melakukan hal ini. Biv menggali dengan sangat brutal, mungkin dia sedang marah pada Kiel. Kiel menambang dengan santai seperti sudah terbiasa. Mungkin dulu dia juga melakukan hal yang sama.
Aku merasa tanah dan mencari batu yang mungkin saja berguna.
"Kiel! Ambil batu yang aku dapatkan! Lihat, aku sudah banyak menambang batu yang kau katakan!" Biv menunjuk batu aneh hasil tambangnya.
"Itu tak berguna, kita menambang batu yang berkilau!" Kiel mendapatkan batu kecil yang berkilau dan memasukannya dalam keranjangnya.
Kenapa dia tidak katakan sejak tadi? Aku juga asal menambang batu. Aku menurunkan keranjangku dan memilih batu berkilau. Dimana ada batu yang berkilau? Apa tempat ini sudah menipis? Aku bersandar pada dinding dan melihat mereka yang masih berusaha.
Ini sangat melelahkan, pantas saja kami makan dan minum lebih dulu. Semua batuku tidak ada yang berkilauan.
"Arghttt... Kau membohongi kami?" Biv mencengkram baju Kiel.
"Tidak, kita memang harus menambang batu berkilau untuk mendapatkan senjata."
"Kenapa kau tidak katakan sejak tadi? Kau selalu diam dan saat kami kesulitan kau datang seakan sebagai penolong! Kau pikir dengan begitu kau bisa dianggap Luis sebagai malaikat? Kau itu iblis!"
Aku sangat lelah dan mengantuk!
Apa ini? Aku meraba tanah yang berlubang. Aku mencoba memasukkan tanganku ke dalam. Seperti ada udara lain. Aku menggali secepatnya. Mungkin ada lubang lain yang bisa kami dapatkan. Atau setidaknya air bawah tanah. Aku sangat haus!
Brukkk...
Batu-batu dinding mulai runtuh satu persatu. Aku menutup hidungku, ada apa disini? Cahaya mulia terlihat, aku melihat kilauan yang tak bisa digambarkan. Ini sangat indah. Air yang mengalir di sana begitu jernih dan segar, bebatuan yang berkilau indah dan begitu banyak bertebaran di seisi gua ini.
"Biv! Kiel!"
"Luis!" Biv berlari ke dalam dan memeriksa semua tempat.
"Apa kita harus memberitahu desa Dwarf? Ini sangat banyak!" Aku melirik Kiel yang menahan senyuman.
"Tidak, kita hanya akan memberitahu Tuan Jabi."
Apa itu tidak menimbulkan masalah? Aku masuk ke dalam dan mencoba air sungai. Ini sangat segar sampai aku bisa meminumnya berkali-kali. Ini sangat menakjubkan!
👣👣👣
Salam ThunderCalp!🤗
Jangan lupa like, komen, dan share!
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Answer The World ( END )
AdventureDunia yang sedang tidak baik-baik saja! Dunia aneh yang dipenuhi dengan makhluk aneh, bandit, kawanan perampok, dan berbagai macam hal di luar nalar manusia. Ini lah sebuah kisah yang akan mengantarkan perasaan aneh dan dipenuhi orang-orang yang me...