22. MELANJUTKAN

75 12 0
                                    

Setelah Kiel bangun ada hal aneh darinya. Wajah Kiel menjadi sangat merah saat melihatku. Kata Biv, Kiel mengalami demam ringan dan aku harus menjauh agar tidak tertular. Aku harus berhati-hati pada ikan di sungai. Ternyata sungai lebih berbahaya daripada di danau.

Hari mulai menjelang malam hari. Kami belum sampai juga ke desa Goblin. Tapi apa kami bisa diterima disana? Kami makhluk aneh, mungkin saja mereka melihat kami berbahaya untuk mereka.

"Luis! Simpan barangmu baik-baik. Mereka suka mengambil barang!" Biv menatapku tajam.

Mereka suka mencuri? Bukankah itu bahaya? Kenapa kami justru pergi kesana?

"Tunggu disini! Aku akan mengecek di depan. Luis! Menjauhlah dari Kiel!"

Aku mengangguk dan berdiri jauh dari Kiel. Kiel hanya diam dan menutup wajahnya. Apa dia tidak apa-apa? Apa dia butuh obat demam? Aku ingin bertanya padanya. Dia terlihat tidak baik-baik saja.

"Kiel? Kau belum sembuh?"

"Hmm? Iya." Kiel memalingkan wajahnya.

"Kau ingin obat? Aku punya obat demam. Tunggu sebentar."

Aku mengambil obat dan minum untuk Kiel. Dia harus menurunkan demamnya, malam hari akan jauh lebih bahaya untuk Kiel. Dia bisa saja lebih sakit lagi. Aku mendekati Kiel dan menyerahkan obatnya. Kenapa dengan Kiel? Kenapa dia terus memalingkan wajahnya?

"Kiel? Kau tak minum obat?"

"Nanti saja."

"Kau harus cepat sembuh." Aku menyentuh dahinya. Dia lumayan hangat, apa dia baik-baik saja tanpa minum obat?

"Luis, menjauhlah dariku!"

"Aku tidak akan sakit! Tenang saja!"

Kiel menyentuh tanganku dan menatapku. Wajahnya sangatlah merah, apa efek racunnya masih belum habis? Dimana Biv? Dia harus melihat keadaan Kiel sekarang. Bagaimana jika Kiel semakin parah? Dia juga mendapatkan banyak gigitan dari ikan sungai.

"Luis!"

"Apa?"

Kiel memelukku sangat erat. Apa dia merasa sakit? Aku mengusap punggungnya pelan.

"Jika... Jika aku melakukan hal jahat padamu. Tolong, sadarkan aku!" Bisik Kiel dengan suara lemah.

"Tentu saja!"

"Terima kasih."

Perlahan tubuh Kiel merosot, apa dia pingsan? Kiel menutup matanya dan tertidur lagi. Aku membenarkan posisi Kiel dan menjauh darinya. Jika Biv tahu, dia pasti sangat marah padaku. Apa disana Kiel baik-baik saja? Dari jauh dia tertidur sangat lelap.

"Disini aman. Kenapa dia lagi?" Biv menunjuk Kiel.

"Dia tidur lagi. Apa dia baik-baik saja? Apa efek racunnya sangat bahaya?"

"Tidak, besok dia sudah kembali seperti semula. Kau istirahat saja Luis, aku akan menjaga Kiel."

👣👣👣

"Kiel! Kiel!" Aku menunjuk pipi Kiel.

Kenapa hari demi hari, wajah Kiel lebih manusiawi? Lingkar hitam dimatanya berkurang drastis, bahkan kulit kusamnya jauh lebih bersinar sekarang. Dia tak terlihat menyeramkan. Dia seperti manusia pada umumnya. Aku melirik Biv yang siap berangkat pergi.

"Hmm..." Mata Kiel perlahan terbuka.

"Kau tidur sangat lama. Bangunlah, kita harus berangkat sekarang sebelum para Goblin datang."

"Luis?"

"Hmm? Kau masih merasa tubuhmu demam?"

Kiel bersandar pada bahuku, apa yang terjadi padanya? Biv melihat kami dan menopang wajahnya. Dia seperti sangat lelah menunggu kami. Tapi Kiel belum sadar juga, apa kami butuh waktu lagi untuk membangunkannya?

"Kiel?"

Wajah Kiel menatapku, kenapa wajahnya masih merah? Apa dia masih mengalami demam?

"Aku sangat lapar."

"Aku masih punya ikan, kau makan saja. Ayo, pergi! Jika Goblin datang, mereka bisa mengambil barang kita." Aku berdiri dan menarik Kiel untuk berdiri. Dia sangatlah berat!

"Ayo, Pak Tua. Singkirkan pikiranmu dan bergegaslah. Kita tak punya waktu untuk menunggumu!" Biv terlihat menahan amarahnya lagi.

"Hmm..."

Kiel bangun dan menjulurkan tangannya. Dia ingin ikan sekarang? Aku mengambil ikan dan memberikannya. Semoga dia kenyang dengan ikannya. Aku tidak bisa memberinya banyak ikan. Ini untuk bekal kami kedepannya. Aku mengikuti Biv yang berjalan lebih dulu.

Kenapa Kiel diam disana?

"Kiel!" Aku memanggil namanya.

Dia berjalan mengikuti kami akhirnya. Ini memakan banyak waktu, mungkin kami lebih lama sampai ke tempat penyihir kenalan Biv.

👣👣👣

"Sttt... Pelan-pelan!" Biv menyuruh kami berjalan sangat pelan melewati desa Goblin.

Mereka sangatlah banyak dari dugaanku. Kami berjalan sangat pelan dan mengendap-endap. Ini sangat sulit karena aku membawa banyak barang di tas. Belum dengan senjata api dan pedangku. Tinggal sedikit lagi kami sampai di perbatasan.

Tinggal desa Centaur!

"Hah... Ini sangat melelahkan!" Biv tersungkur di tanah setelah melewati perbatasan.

Punggungku juga sakit terus membungkuk. Apa para Goblin tidak menyadari keberadaan kami? Kurasa kami banyak menimbulkan suara tadi terutama barang ku.

"Baiklah! Tinggal desa satu lagi! Masalahnya kita tak mungkin seperti tadi. Siapkan pedang kalian, mungkin kita harus bertarung dengan para kuda itu!"

"Apa tak ada jalan lain?"

Mungkin ada jalan lebih aman daripada desa para Centaur. Mereka sangat suka bertarung dan perang. Aku tak bisa mengimbangi mereka yang bertahun-tahun hidup untuk itu. Aku masih pemula. Atau mereka bisa menerima uang? Aku punya banyak uang untuk membayar mereka.

"Ada, tapi itu sungai dipenuhi ikan piranha dan hutan dengan pemakan rusa. Aku tak punya jalan lain selain melewati desa Centaur. Itu lebih cepat untuk sampai ke tempat penyihir."

Aku tak mau lagi bertemu ikan atau rusa. Tapi dengan para Centaur? Apa itu pilihan terbaik kami? Aku melirik Kiel yang diam memperhatikan ikan yang masih ada ditangannya. Katanya dia lapar, kenapa tidak memakannya?

"Ayo, pergi!" Ajak Biv.

"Kiel? Kau tidak apa-apa?"

Kiel sangat aneh setelah digigit para ikan.

"Aku baik."

Syukurlah, kami masih harus bertemu para Centaur.

👣👣👣

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

The Answer The World ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang