6. MELARIKAN DIRI

105 17 0
                                    

"Ugh..."

"Luis! Lusi? Kau tidak ingin melepaskan ku?"

Siapa? Aku membuka mata dan melihat tubuh seseorang. Bagaimana bisa? Aku mendorong Cio menjauh, bukankah dia pergi setelah memberiku bajunya? Kenapa dia bisa masuk ke kamar ini lagi? Aku memijat kepalaku. Ini sangat membingungkan. Cio duduk dan menatapku. Apa yang dia lakukan semalam? Aku memeriksa tubuhku. Dia tak melakukan hal aneh bukan?

"Kau kenapa? Kita hanya tidur bersama."

"Ck..." Aku berjalan pergi dan mengambil pakaianku yang sudah kering.

"Bagaimana malam ini? Kau mimpi indah? Kita berdua begitu nyaman tidur. Aku bisa tidur akhirnya saat didekatmu." Cio memelukku dari belakang.

"Cio! Pergilah! Tak bisakah kau pergi dariku?"

Aku ingin mandi dan menganti baju ini. Aku tidak suka aroma Cio ditubuhku. Ini menjijikan, kenapa dia menempel padaku? Aku berbalik dan mendorong Cio. Kuharap dia pergi.

"Kenapa?"

"Aku harus berganti baju dan segera menemui temanku. Pergilah dan siapakah makanan untuk kami lagi!" Usirku.

"Kau lapar?"

"Hmm..."

"Baiklah. Segeralah turun nanti." Cio mencium rambutku dan pergi.

Kami harus segera melarikan diri. Dia bukan makhluk yang bisa melepaskan kami dengan mudah.

👣👣👣

"Cio!"

Upa melirikku yang duduk bersama Cio. Aku ingin meminta bantuannya dan Kuma. Mereka hanya diam dan menyantap makanan bersama Gia yang masih terlihat mengantuk. Apa mereka tak tahu perasaanku?

"Sttt... Makan dengan benar!" Cio menyuapiku.

"Cio! Aku bisa sendiri!" Aku memakan makananku.

"Makanlah dengan banyak." Cio mencium leherku.

Apa dia ingin menghisap darahku setelah aku makan? Aku bisa merasakan gigi tajamnya dileherku. Ini menakutkan. Upa berhenti makan dan melihatku. Bagaimana caraku menghentikan Cio?

"Arkk..."

Dia menggigitku! Dia menghisap darahku!

"Sttt... Makanlah Luis!"

Dia sangat gila! Aku tak bisa makan jika dia melihatku sebagai santapannya di meja makan. Darah keluar sampai mengotori bajuku lagi. Cio memang sudah tidak waras.

"Luis! Pergilah ke kamar dan bersihkan wajahmu." Upa pergi bersama Gia.

"Lihat! Dia tak peduli padamu. Ayo, ikut denganku!"

Cio membawaku ke kamar. Darahku sudah berhenti, tinggal sisa darah pada baju dan leherku. Aku hanya perlu membuat Cio tertidur beberapa waktu.

"Bagaimana kita habiskan hari ini bersama?" Cio menyentuh daguku.

Tidak untuk hari ini! Aku menarik tubuh Cio dan mencekik lehernya. Vampir ini, setidaknya aku harus membuatnya tutup mata pada kami.

"Kau... Mau apa?" Cio tersenyum senang.

"Jangan menggangguku!"

Aku memukul wajah dan perut Cio. Aku tidak suka rambut pirangnya ini.

"Arkkk... Ini sangat lucu, Luis!"

"Sttt... Tidurlah!"

Aku mendekat dan mencengkram leher Cio. Pada titik ini aku bisa merasakan dia kesakitan. Setidaknya untuk beberapa kesempatan aku ingin dia merasa sakit luar biasa. Aku menendang alat vitalnya sampai dia tersungkur ke lantai. Cio memeganginya. Aku mengikat mata, tangan, dan kaki Cio. Sebelum itu aku butuh pakaiannya. Berkatnya kaosku penuh dengan darah. Ini tak bisa digunakan lagi.

"Arkk... Kau apakan aku Lusi? Kau ingin bermain petak umpet?"

"Selamat tidur!" Aku memukul satu kali kali bagian vital Cio dan pergi.

Dia tak sekalipun akan tega memukulku. Aku berlari ke bawah dan menemukan Gia berdiri bersama Upa.

"Dimana Kuma?"

"Aduh! Aku disini!" Kuma melambaikan tangannya dan turun dari lantai dua.

Apa yang dia lakukan?

"Hah! Ayo, aku sudah membawa banyak makanan."

"Ya dan kalian mengorbankan teman kalian pada pimpinan vampir?" Aku mengusap leherku.

Rasanya masih melekat erat. Ini sangat menakutkan bila dia melawanku balik. Untungnya Cio tak berniat melawan sama sekali. Dia hanya menerima apa yang kulakukan padanya. Apa dia sedang mengujiku?

"Dia sangat menyukaimu. Bagaimana semalam?" Upa menatapku.

"Semalam? Apa yang kalian lakukan?" Tanya Kuma.

"Aku tidak mau lagi ikut rencana kalian. Itu menakutkan! Dia menciumku, memelukku, menggigitku! Itu sangat menakutkan!"

Jika bukan karena ide gila Upa semalam, aku sudah melarikan diri. Sebelum tidur, Upa mendatangi ku dan menyuruhku menerima perlakuan Cio untuk kami bertahan hidup. Kukira itu hanya sebatas perlakuan biasa, tapi Cio sangat di luar batas. Aku sangat jijik!

"Maafkan kami. Kami tidak ada ide lain." Kuma berjalan lebih dulu.

"Iya, itu yang terakhir!" Upa menepuk pundakku.

Terakhir apa? Cio bisa datang kapan saja! Itu bukan kalimat terakhir untuk kami. Aku memegang leherku. Ini sangat menakutkan jika mahkluk-mahkluk aneh mendatangiku. Itu sudah terjadi beberapa tahun terakhir. Aku hanya merasa setiap malam di desa, menjadi sangat mencekam. Hanya Upa yang pernah melihat dan menangkap mahkluk aneh masuk rumah kami. Memangnya aku enak untuk mereka makan?

"Tapi bajumu bagus!" Kuma melihatku.

"Aku mengambilnya, bajuku penuh dengan darah. Di luar dipenuhi vampir, bagaimana aku bisa hidup?"

"Itu cocok Luis!" Gia mengacungkan jempolnya.

"Hmm..."

Aku hanya mengambil kemeja Cio saja yang kututupi dengan jaketku. Baunya bisa disamarkan dengan ini. Kapan kami bisa keluar dari hutan vampir ini sebelum Cio sadar? Kami bertaruh dengan waktu yang ada. Sebelum gelap, kami harus sampai ke perbatasan hutan.

Kuma mengatakan, kami akan sampai siang ini tanpa berhenti.

Semoga saja dia benar. Aku tidak mau bermalam di hutan.

👣👣👣

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

The Answer The World ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang