29. MOBIL BANDIT

72 13 0
                                    

"Arghtt... Aku tidak mau lagi jadi umpan hidup. Kakiku sangat sakit terkena peluru. Aku juga tak bisa berubah menjadi serigala sementara waktu."

Tapi itu ide darinya. Aku membakar barang-barang tak berharga milik para bandit. Ternyata mereka menyimpan banyak harta karun. Aku menemukan tudung dan bahan makanan. Kami bisa menggunakannya nanti. Sebenarnya kenapa berada dikawasan itu? Apa para manusia sering melewati jalan yang ada banditnya? Itu lebih menakutkan daripada hutan. Hutan juga sama menakutkan. Memang tak ada pilihan lain untuk manusia.

"Apa bahan bakarnya cukup untuk pergi ke kawasan bebas? Jika tidak, kita jalan kaki saja daripada mencuri mobil bandit lainnya. Aku tidak mau sama sekali di tembak dan dikejar seperti hewan buruan."

Aku dan Kiel memperhatikan Biv yang sejak tadi terus mengeluh tentang hidupnya. Memangnya dia ingin aku atau Kiel yang jadi umpan? Diantara kami bertiga, Biv lebih cepat berlari agar tidak ditangkap.

"Aku menemukan bahan bakar cadangan. Tenang saja." Kiel tersenyum menahan tawanya.

Dia pasti senang.

"Hah, malam ini kita harus bergerak lagi. Aku mencium aroma aneh lainnya. Apa kalian tidak merasakannya? Jika kita bertemu satu bandit, pasti ada bandit-bandit lain sepanjang jalan menuju kawasan itu."

"Aku akan menyetir." Aku masuk ke dalam mobil lebih dulu.

Kalau hanya menyetir mobil, aku terbiasa melakukannya di desa. Bukan hanya mobil, traktor, alat berat, aku pernah memakainya. Kata kepala desa, hanya aku yang bisa mengemudikannya lebih baik daripada para laki-laki. Itu karena tidak banyak laki-laki di ladang. Mereka terus berjaga di perbatasan.

"Kau bisa menyetir Luis? Aku percaya padamu, aku akan beristirahat sementara waktu. Aku sangat lelah berlari-lari seperti anjing." Biv berada di belakang.

"Siapkan senjatamu! Bisa saja mereka menyerang." Kiel menarik senjata dari tubuhku.

"Tak bisakah aku beristirahat? Aku ingin tidur dan bermimpi indah. Kalian tidak akan pernah tahu rasanya menjadi hewan buruan para bandit. Mereka bahkan tertawa melihat ekorku bergoyang ketakutan."

Aku tak mau mendengarkannya lagi. Dia akan bercerita sepanjang malam ini.

👣👣👣

"Airnya segar! Apa tempat ini tak ada penghuninya? Desa ini sangat sepi dan suram. Atau desa ini diserang kawanan makhluk aneh?"

Aku menimba sumur dan membasuh wajahku. Aku juga tidak tahu selain tak ada tanda-tanda bahaya di desa ini. Tak ada manusia, tak ada makhluk aneh. Sangat sepi, seperti sebuah kuburan. Kiel terlihat mengawasi sekitar dengan senajat api ditangannya. Dia lebih mirip kawanan bandit itu sendiri.

"Apa yang kau lakukan Luis?"

"Mencuci rambutku."

Ada darah yang menempel. Bahkan aku merasa rambutku sangat penuh kotoran.

"Apa para wanita melakukannya? Di desaku mereka tak melakukan hal seperti mu."

Aku mendongak dan menatap Biv. Tentu saja, bagaimana dia tahu ada wanita yang sedang keramas? Tidak mungkin jika dia bukan dalam keadaan seperti ku. Disini tak ada kamar mandi. Hanya ada sumur dengan air jernih. Aku menyelesaikan urusan ku dan segera masuk ke mobil. 

"Disini tak ada kelinci besar. Aku lebih suka hutan dengan banyak kelinci. Ada pohon, ada tanah, ada daun, ada hewan lain yang berkeliaran. Aku merasa sangat bosan melewati jalanan yang sepi."

Kuharap Biv tak melakukan doa lainnya. Kiel masuk dan mengemudi. Aku ingin tidur sekarang, semalam aku berjaga sampai ke desa ini. Kepalaku keluar dari mobil dan menikmati hembusan angin.

"Menurut kalian, kita sampai dimana? Peta ini tak menunjuk tempat. Hanya ada tanda panah yang mengarahkan kita."

"Mungkin lebih dari dua batu besar itu. Semalam kita melewatinya." Aku menatap jalanan yang sepi. Hanya ada pemandangan jalanan di depan sana.

"Benarkah? Dengan mobil lebih cepat berkali-kali lipat. Kita tak harus kelelahan berjalan dan melawan makhluk aneh. Aku jadi lega tahu usahaku menjadi umpan tidak sia-sia. Harusnya kita melakukan ini sejak dulu."

"Terima kasih atas ide bagusnya Biv!"

Dia pasti ingin sebuah pujian untuk dirinya. Sejak kemarin dia tak berhenti berbicara. Pembahasannya hanya tentang umpan dan umpan.

"Aku jadi senang." Biv tersenyum dan terdiam setelahnya.

Aku jadi paham watak Biv.

👣👣👣

"Apa kita pergi ke hutan saja?"

Apakah mungkin? Kami tak menemukan apapun di sepanjang jalan. Bagaimana para bandit bertahan di kondisi tak ada makanan apapun ini? Apa mereka selalu mencuri mobil lainnya? Aku membuka pintu dan berjalan keluar. Hanya ada mobil kami yang terparkir di pinggir jalan. Tak ada satupun mobil atau hewan yang melewati tempat ini.

Menahan lapar sepanjang hari juga tak bisa. Aku ingin hati kelinci lagi.

"Ada apa?" Kiel keluar dari mobil.

"Apa di depan sana ada hutan? Aku tak bisa melihat apapun selain jalanan."

"Kita berada di tengah-tengah jalan. Apa kau sangat lapar Luis?" Tanya Kiel.

"Aku yang kelaparan! Tidakkah ada hewan yang lewat, aku sangat lapar sampai tak bisa berjalan." Biv membuka kaca jendela.

Bagaimana jika kami mati kelaparan disini? Itu mengerikan. Tak ada hewan, tak kelinci. Benar kata Biv, lebih baik hutan daripada tempat ini. Kami tak bisa menemukan sumber makanan meski perjalanan kami menjadi lebih singkat. Perutku juga meronta-ronta ingin diberi makan.

"Kita teruskan saja. Mungkin di depan sana ada hutan atau desa yang bisa kita singgahi." Usul Kiel.

"Terserah kalian saja. Aku tak bisa menyetir atau berjalan. Aku sangat lelah dan lapar."

"Biar aku yang menyetir."

Aku bisa cepat sampai disana. Kiel sangat lambat mengendarai mobil. Jika kami menemukan seekor hewan, aku akan menembaknya detik itu juga.

👣👣👣

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

The Answer The World ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang