11

25.7K 449 8
                                    

Selamat Membaca!

***

SAMIRA kini kembali merasakan kebebasan. Yah meskipun tak dapat dipungkiri bahwa hatinya masih tergores karena kejadian seminggu lalu. Namun, di samping itu Samira kembali mendapatkan kebebasan. Bebas berpendapat, bebas melakukan segala sesuatu, dan bebas memakai pakaian apa saja. Cukup menarik karena Saga pun tak pernah kembali ke rumah sehingga Samira benar-benar mendapatkan kebebasan.

“Happy lo sekarang, yah?” Khia menatap jengah sahabatnya itu. Baru saja ia menginjakkan kaki di rumah, dan sekarang sudah bersiap-siap entah mau ke mana lagi.

“Gue datang ke party Argob. Banyak cogan tau.”

“William maksud lo?” Samira hanya nyengir kuda mendengar tebakan Khia.

“Gue mau rusak hubungan orang sih nanti. Mau ikut gak? Eh, jangan-jangan lo gak ada yang ajak yah? Ups, kasian.”

“Gue datang bareng Andis. Lo kira gue sekecil itu sampai gak ada yang mau ngajak?”

“Trus kenapa lo gak siap-siap. Gue mah tinggal ganti baju. Beda sama lo, ganti baju berapa kali, coba ini, coba itu, make up. Ribet tau jadi lo.”

“Lokhia ku sayang. Hidup itu harus cantik dan jangan tepos.”

“Dih, body shamming.”

“Menurut lo gue cocoknya pake dress, atau celana panjang. Kan ini acaranya informal, kebanyakan yang datang pasti anak geng motor gak sih?”

“Ra, lo kira nanti malam pesta dansa mau pake dress segala?”

“Celana panjang atau pendek sih bagusnya? Atau rok aja yah?” Samira mengeluarkan beberapa pakaian yang hendak menjadi pilihan. “Kalau celana panjang kurang dapat feelnya, kayak tertutup bangat. Kurang sekse.”

“Serah lo deh.” Khia memutar bola mata malas dan berdiri untuk mengganti pakaian. Khia hanya mengenakan jeans panjang hitam yang ia padukan dengan baju kaos oblong dan jaket.

“Lo datang sama siapa?”

“Nadav.” jawab Samira dengan santai seraya memperhatikan penampilannya di cermin.

“What? Sejak kapan lo akrab lagi sama tuh anak?”

“Kemarin. Dia maksa ketemuan.”

“Dan langsung jalan bareng?”

“Why? Dia bisa dimanfaatkan, yah seenggaknya anter gue lah.”

“Ra? Lo sadar kan dia orangnya gimana?”

“Bukan tipe gue, Ki. Udahlah, bawa santai aja. Ntar balik gue gak sama dia, sans.” Khia ingin protes tetapi Samira tampaknya lebih peduli dengan penampilan ketimbang pembahasan tersebut. Alhasil, Khia ikutan menanggapi Samira yang menanyakan penampilannya.

Singkatnya, kedua gadis tersebut berangkat secara terpisah. Samira di jemput lebih dulu, sedangkan Khia harus menunggu sekitar 15 lagi sampai akhirnya Andis menjemput.

Setelah sampai, Samira cukup terganggu dengan perlakuan Nadav. Terlalu gimana yah, kalian lihat saja sendiri.

“Gak usah pegang tangan juga kali, Dav.”

“Gak boleh?”

“Bukan gak boleh, tapi risih diliatin orang.” Nadav justru mengeratkan genggaman tangan mereka. “Gue mau bareng lo ke sini karena dipaksa yah, bukan buat jadi pacar.”

“Iya, deh. Iya.” Nadav melepaskan genggamannya yang langsung membuat Samira meninggalkan Nadav. Gadis itu lebih memilih mencari kesenangan lain.

“SAMIRA!!” teriakan tersebut berasal dari seekor gadis bernama Karin.

Comfortable Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang