Selanjutnya, Samira terdiam dan William tak melakukan apa-apa. Perlahan, Samira mencoba bernapas. Takut-takut jika William terbangun dan melakukan hal yang tidak diinginkan Samira. Namun, diinginkan readers.
Ketakutan Samira terjadi. William mengeluarkan pergerakan. Ia merapatkan wajah ke perut Samira, dan tangannya memeluk erat gadis itu. Perlahan, Samira merasakan gejolak aneh di sekujur tubuhnya saat lidah William bermain-main di atas permukaan kulit Samira. Tak hanya itu, tangan William kini bergerak perlahan menuju gundukan daging di dada Samira. Persetan dengan payudara Samira yang berisi itu.
“Kakh...” Samira mencoba menarik tangan William agar tidak memainkan miliknya, tetapi William justru meremas kuat payudara Samira. Tanda bahwa ia tak ingin di ganggu.
“Sakith.” dengan pasrah, Samira membiarkan William memainkan tubuhnya. Suka-suka William deh. Samira sudah pernah mengalami ini.
William sepertinya tidak ingin membiarkan Samira merasa tenang. Saat Samira terdiam dan mengabaikan tingkah William, kemudian itu sengaja meremas kuat payudara Samira agar gadis itu menggeliat tak nyaman.
“Kak!” tegur Samira.
Tidak lagi. William kini hanya mengelus payudara Samira, ia meremas dengan lembut. Hingga akhirnya, pemuda itu tak lagi mengeluarkan pergerakan. Ia sepertinya telah tertidur.
***
Sesuai janji, William membiarkan Samira pergi untuk berbelanja. Dengan persyaratan bahwa Samira harus berada di rumah sebelum pukul 8 malam, serta William yang akan mengantar dan menjemput Samira. Tah hanya itu, William juga memberikan black card untuk gadis itu.
Harusnya sih ini normal yah.
Setelah Samira bertemu dengan Khia, William pun meninggalkan gadis tersebut. Ia pergi sementara Samira dan Khia mulai menelusuri setiap sudut di mall tersebut.
“Lo mau beli apaan? Perasaan baju lo gitu-gitu aja tiap belanja.” tanya Khia.
“Lo ingat dress gue yang kemarin, belum gue pake keluar udah dibuang sama Kak Will. Gue cuma boleh pake Hoodie, sweater, pokoknya yang over size deh.”
“Jadi lo mau beli hoodie lagi gitu?”
“Enggak juga. Mau beli tas aja, buat nyimpen HP.” Samira menampilkan deretan giginya pada Khia. Ia tahu bahwa temannya yang satu itu mulai kesal dengan tingkah Samira.
Setelah membeli tas sesuai keinginan Samira, kedua gadis itu langsung mencari makanan. Namun, Khia lebih memilih untuk makan di pinggir jalan karena menurutnya makanan di sana lebih enak dan lebih murah.
“Kan lo banyak duit. Bisa kali makan sushi kali ini. Cacingan lo tau rasa.”
“Apa lo gak bosan sama yang gituan. Sekali-kali ikut gue lah makan bakso, pangsit, atau apa kek.”
“Dih ogah.” tolak Samira.
“Ya udah, lo makan aja sendirian. Sekalian noh, lo pesan ikan salmonnya yang masih hidup, lo bawa pulang, pelihara juga sekalian.”
“Ih kok lo gitu.”
“Mulai. Gak yah, gue gak akan ngalah. Dahlah, good luck yah. Bye!”
“Ih, tunggu.”
“Katanya gak mau.”
“Iya deh, kali ini gue ngalah.” mendengar ucapan Samira, Khia tersenyum puas. Tak biasanya Samira mau ikut dengan Khia.
“Awas yah gak enak.”
“Enak kok.”
Khia mengajak Samira ke salah satu tempat yang tak terlalu jauh dari mall tersebut. Mereka hanya menempuh sekitar 5 menit selama turun ke jalan raya, hingga akhirnya mobil yang mereka tumpangi berhenti.
![](https://img.wattpad.com/cover/328133110-288-k884511.jpg)