51

6.7K 83 7
                                        

Dua bulan setelah kelahiran anaknya, Galang dan Lyn memutuskan untuk menikah. Sebenarnya, Wan menyarankan untuk Galang dan William menikah pada hari yang sama untuk menghemat ruang dan waktu, tetapi kedua pemuda itu bersikeras untuk mengadakan pernikahan secara terpisah.

Jika sesuai rencana, selang satu bulan setelah pernikahan Galang dan Lyn, William dan Samira akan menikah juga.

Samira inginnya pernikahan itu diadakan biasa saja, tidak perlu terlalu mewah dan tamu undangan hanya keluarga dekat saja, tetapi karena dia adalah putri kesayangan dua keluarga, keinginan tersebut kurang mendapat persetujuan. Reno dan Wan sama-sama ingin jika pernikahan kedua anaknya semeriah mungkin. Sebagai anak penurut yang tidak pernah berkata kasar, Samira mengiyakan saja kedua orang tuanya itu.

“Cie yang minggu depan udah nikah.” Khia menyenggol lengan Samira. Gadis itu baru muncul ke permukaan setelah menghilang begitu lama dari peradaban.

“Hosea mana, Ra?” Tanya Karin. Gadis itu sangat menyukai Hosea dan terus ingin bersama anak kecil itu. Karin bahkan beberapa kali menginap di rumah William demi melihat dan bermain bersama anak kecil itu.

“Lagi sama Mbak Merry di belakang.”
“Kok bisa anak lo selucu itu sih, Ra? Jadi pengen juga.” Karin memberikan komentar kagum.

“Kata gue sih move on dulu baru ngomong.” Khia langsung mendapatkan tatapan tajam dari Karin. “Eh Angga udah lama bangat, yah, di luar negeri. Ada yang bilang sih dia mau dijodohin sama cewek antah berantah sama orang tuanya.”

“Kata siapa? —, maksud gue—, gue penasaran doang.”

“Lah? Lo benaran gak tau? Angga bakalan dijodohin. Banyak kali dibahas sama anak-anak di grup Gangs Up.”

“Gak penting.” Karin pura-pura tidak peduli. “Kalian kenapa natapnya gitu?”

“MOVE ON, MBAK!” Seru Samira dan Khia pada Karin.

“Heh heh, apa sih teriak-teriak?” Anna menegur. “Ra, coba deh temui MUA di depan. Kamu pilih sendiri model make up kamu.”

Yah begitulah keseharian Samira. Mencoba ini dan itu. Memilih ini dan itu. Sedangkan William? Pemuda itu bahkan sudah satu minggu tidak pernah menginjakkan kaki di rumah karena sibuk melakukan pekerjaan, ia memilih tidur di kantor ketimbang harus kembali ke rumah.

Walau Samira tak mengurus semuanya, tetapi ia juga ingin mendengar pendapat William. Tentang dekorasi, gaun pengantin, make up, dan semua persiapan pernikahannya mereka yang meriah itu. Menyebalkan.

“Sabar, Ra. Bentar lagi nikah loh ini.” Khia menyenggol lengan Samira saat menyadari perubahan mimik wajah Samira. Khia cukup paham karena beberapa hari ini ibu-ibu itu kerap mengomel di depan Khia betapa dirinya begitu kesal kepada William saat ini.
“Kurang sabar apa gue?”

Sudahlah. Semua tidak akan berubah jika Samira terus kesak kepada William.

***

Eh komen dong apa yang belum jelas dari cerita ini, biar aku bisa perjelas lagi ke depannya.

Jangan lupa kasih saran biar penulis tahu letak kesalahan dan kelemahan cerita ini.

Terima kasih sudah membaca dan terima kasih telah menunggu sampai sekarang.

Love you guys. [Emote love]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Comfortable Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang