30 Desember 2022
Enjoy guys :)
***
Tubuh Samira terasa beku. Kaku untuk digerakkan. Ia menggigil. Setelah mengunci diri berjam-jam di dalam kamar mandi, Samira kini mendengar ketokan pintu di iringi suara lembut yang memanggilnya. "Ra."
Samira bergerak gelisah. Takut jika saja William kembali mendobrak pintu kamar mandi.
"Gue naro handuk di sini." setelah itu hening, jujur Samira masih tak yakin untuk membuka pintu. Ia ragu.
Pada akhirnya, Samira memberanikan diri untuk membuka pintu. Benar saja, ada handuk yang terletak di kenop pintu. Buru-buru Samira mengambil benda tersebut dan kembali menutup pintu.
Ia kemudian mandi dengan air hangat dan segera keluar dari kamar mandi. Di ruang kamar, Samira tak mendapati sosok William. Saat melewati ruang tamu, barulah Samira melihat pemuda itu telah mengenakan setelan jas kerjanya seperti biasa. Tampaknya sedang berbicara dengan seseorang melalui sambungan telepon.
Tak ingin berlama-lama, Samira segera berlari kecil menuju ke kamarnya. Mengunci rapat-rapat pintu kamar, menyetel suhu AC menjadi 23°C. Samira memilih memakai hoodie agar tubuhnya segera hangat.
Tok! Tok! Tok!
"Non? Mau saya bawakan sarapan ke kamar?" teriak Mbak Merry terdengar samar.
"Iya. Nasi goreng aja, Mbak." Samira balas berteriak. Bagaimana pun juga ia butuh makan.
Samira mengambil ponselnya seraya merebahkan tubuh di atas tempat tidur, ia mencari-cari kontak yang ingin ia hubungi. Mendial salah satu kontaknya.
"Halo, sayang." ujar seseorang di seberang sana ketika panggilan tersambung.
"Mom."
"Loh kok kamu nangis? Ada apa, cerita sama Mommy." nada wanita itu terdengar panik.
"Samira kangen, Mom."
"Apa perlu Mommy pulang sekarang, sayang?" selanjutnya Samira bisa mendengar teriakkan Mommynya memanggil sang suami.
"No, Mom. Samira cuma kangen aja, kok. Mommy gak perlu balik sekarang."
"Kamu yakin baik-baik aja?" tanyanya lagi. Cukup khawatir mendengar nada bicara sang anak yang tak seperti biasanya.
"I'm okay. Samira cuma kangen aja, kok." setelah bertukar kabar hingga hampir setengah jam, akhirnya panggilan tersebut terputus saat Samira menyadari bahwa Daddynya harus segera berangkat kerja.
Makanan yang diantarkan oleh Mbak Merry pun tak sempat ia makan karena sibuk menelpon.
Merasa belum puas, Samira kini menghubungi Saga.
"Kenapa, Ra? Gue lagi di kantor." ucapnya setelah panggilan terhubung.
"Bang, mau pindah. Ke apart atau ke rumah kek. Aku gak mau di sini terus."
"Why?"
"Aku gak mau tau, intinya aku gak mau lagi tinggal sama kak Will." final Samira.
"Kasih alasan yang jelas."
"Semalam aku hampir dibunuh sama kak Will, hampir di rusak lagi."
"Okay. Nanti gue jemput."
"Sekarang, Bang." rengek Samira.
"Hm." setelah itu, sambungan telepon terputus.
"Sorry, semalam gue mabuk dan gak bermaksud nyakitin lo." suara tersebut terdengar di belakang Samira.
