01

236K 1.7K 14
                                    

Samira telah kehilangan kebebasannya sejak Daddy dan Mommy nya meninggal tanah air, sedangkan saudaranya justru menitipkan Samira di apartemen William. Meskipun Saga dan William teman dekat, bukan berarti Samira harus ia titipkan kepada sosok pemuda itu.

Samira dan William telah saling mengenal sejak kecil. Namun, keduanya tidak sedekat itu. Samira tidak memiliki keberanian menatap William, sementara William hanya ingin menang sendiri, dan terlalu mendominasi.

Di apartemen William, Samira hanya boleh mengobrol dengan dua orang saja. Kepada William dan Marry yang merupakan salah satu maid perempuan. Tak ada yang tahu motiv William membuat peraturan tersebut.

Samira juga cukup heran mengapa ia tak boleh tinggal di rumahnya saja. Saga selalu menolak jika harus membiarkan Samira tinggal sendiri dengan alasan yang tidak jelas.

"Aku mau kelu-," Samira berhenti berbicara saat William menatapnya tajam.

"Ok." Samira berjalan keluar dari ruang kerja pemuda tersebut dan menghubungi temannya kala ia telah menutup pintu.

"Gue gak dapat izin. Besok ngampus pagi aja biar sempat kerja. Laporannya gue selesaikan malam ini."

"Kak Will gitu bangat yah sama lo? Tapi untung dia mau anter jemput lo, cuci mata gue tiap hari."

"Gak lucu. Bosen tau di sini, gada teman ngobrol. Jam tidur gue aja di atur. Mana Hp gue ikutan di sita lagi. Kek di asrama tau rasanya."

"Gue sih setuju aja Kak Will lakuin itu ke lo. Daripada lo taunya ngegame sampai subuh doang. Mana tugas kuliah sering gak di kerja. Semenjak lo di situ, enggak pernah tuh gue dengar lo mata panda sambil ngeluh tugas."

"Namanya juga terpaksa, kalau gak nugas yah gue gak ada kerjaan." Shan tiba di lantai satu dan langsung menuju ke dapur untuk mencari jenis makanan apa lagi yang harus ia makan.

"Tapi ada bagusnya juga kan? By the way, tadi Kak Adam nyariin lo tau. Kayaknya lo beruntung mulu soal cogan kampus."

"Kak Adam?" Samira tiba di meja makan. Fokusnya hanya dengan ponsel di telinganya sehingga ia tidak terlalu memperhatikan sekitarnya.

"Ia, tadi dia nanyanya ke gue. Katanya ada perlu."

"Masalahnya adalah gue gak tau Kak Adam yang lo maksud."

"Kak Adam temannya Kak Will, njing. Masa lo gak tau."

"Modus ke lo kali. Udah yah, gue mau makan. Bye!" percakapan keduanya di akhir sepihak oleh Samira. Namun, saat Samira melihat meja makan, ia dapat menyimpulkan bahwa William telah makan malam lebih dulu. Dapat ia lihat dari satu piring kosong berisi makanan kesukaan pemuda tersebut.

Khia

Telpon gue!

Urgent!

Njing!.

Buru ween

Drrt! Drrt-

"Halo? Bentar yah? Ini saya ke depan ambil paketnya, Pak."

"Paket? Gigi lo paket."

"Bentar. Saya udah jalan ke depan kok."

"Eh non, mau ke mana? Nanti-," ucapan Mbak Merry segera dipotong oleh Samira.

"Ambil paket, Mbak. Bentar." berkat alibi paket, Samira dapat tiba keluar dari pintu apartemen dan segera menuju lift sebelum dua bodyguard William memergoki Samira. Saat kedua pria berbadan kekar itu hendak menoleh, Samira segera berpaling ke arah tangga. Ia memilih jalan alternatif meskipun melelahkan, ketimbang ia harus gagal untuk keluar dari apartemen itu. Toh, William akan tidur setelah mengerjakan tugas kuliah dan urusan kantor, tak peduli apakah Samira sudah tidur atau tidak yang penting Samira tidak bermain ponsel atau stand by di depan komputer sampai larut.

Comfortable Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang