Haloo!
Heran kenapa pada gak suka William, padahal William baik loh.
Ini William, ganti visual.
Selamat Membaca!
***
Saga menatap Samira yang duduk di meja makan. Makan begitu banyak seperti orang kelaparan yang belum makan selama seminggu. Tidak seperti biasanya yang malas menyentuh makanan.
Saat Saga bertanya, “Gak diet, dek?”
Samira dengan entang menjawab, “Gak ah, males.”
Tidak seperti biasanya. Sangat berbeda.
Tapi, dipikir-pikir lagi, itu lebih mendingan daripada Samira yang memilih-milih makanan.
“Lagi marahan sama William, dek? Kok mommy gak dengar kamu panik.” Zuya meletakkan segelas air di depan Samira.
Hening.
Samira yang tadinya lahap kini berhenti mengunyah. Membiarkan makanan di dalam mulutnya terdiam begitu saja. Hingga akhirnya, Samira kembali mengunyah.
Zuya yang melihat itu seakan mengetahui suatu hal. Ia beralih menatap Saga dan pemuda itu terlihat menggeleng.
Masih hening.
Hanya ada suara sendok, garpu, piring, yang terdengar sedang berperang.
“Kamu belum berangkat kerja?” Zuya dan Saga bernapas lega saat mendengar suara Reno. Seakan manusia itu adalah udara yang mereka butuhkan saat ini.
“Belum, Dad. Aku mau anter Samira ke kampus dulu.” jawab Saga pada Reno.
“Bagaimana keadaan William?” Reno malah bertanya tentang William.
“Loh, Daddy udah telat kan yah? Makan dulu, masa mau ke kantor gak siap-siap.” Saga malah sok asik pada Reno, padahal kedua manusia itu biasanya terbentang jarak yang begitu jauh meski berada dalam lingkaran yang sama. Perbincangan Reno dan Saga tidak pernah santai dan hanya tentang pekerjaan tiap hari.
Reno mengernyitkan dahi tanda tak mengerti. Ia tak akan ke kantor hari ini.
“Oh iya, kamu mau ke kantor kan? Makan dulu, habis itu mandi.” Zuya ikut-ikutan membuat Reno semakin tidak mengerti.
“Mau makan apa? Ayam mau? Roti? Atau apa?” tanya Zuya lagi. Wanita itu terus memberikan kode berupa senyum kepada Reno, tetapi nyatanya pria itu tak kunjung mengerti.
“Mom, Dad. Aku mau berangkat dulu, yah.” Samira berdiri. Tak berniat berlama-lama di sana.
Gadis itu melangkah meninggalkan meja makan yang hening.
“Kamu gak mau jenguk William dulu, sayang?” Reno bertanya pada Samira. Gadis itu menghentikan langkah dan berbalik menatap Reno.
“Tidak?” Reno bertanya lagi.