Seyuyurnya, cerita ini agak amburadul, tapi saya tetap UP, karena udah janji.
Tapi mau tau dong kalian maunya William-Samira gimana?
Selamat membaca!
***
Dari sudut pandang William; Samira akhir-akhir ini terlihat berbeda dan itu cukup mengganggu hari-hari William.
Di samping itu, William menyadari bahwa Samira benar-benar kecewa dan jujur saja William tak pandai membujuk Samira. Salah William yang meminta Samira berhenti mengejarnya. Sekarang William dilanda perasaan aneh yang tak dapat ia deskripsikan sendiri.
Pada dasarnya, ia tak suka melihat Samira berpaling ke orang lain.
Di sisi lain, ada Wan yang semakin marah pada William. Selain karena terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana— itu berlebihan. Selain karena William ketahuan memperlakukan Samira dengan tidak baik, William juga membocorkan secara tidak langsung perihal pertunangan William dan Samira.
Ada beberapa alasan Wan dan Reno tidak terlalu ingin mengekspos berita tersebut. Salah satunya adalah Saga. Pemuda itu masih belum menerima keputusan tentang William dan Samira.
“Napa lo senyam-senyum kayak gitu? Gara-gara lo, gue ikutan kena omel sama papa.” Galang duduk di samping William. Datang-datang wajahnya sudah cemberut dan tertekuk banyak.
“Masih mending gue sembunyikan masalah lo. Awas aja lo bawa-bawa nama gue pas ketahuan nanti.” balas William tak terima.
Galang menunduk. Menyadari bahwa kesalahannya lebih parah dari William. Kemungkinan untuk dimaafkan oleh Wan sangatlah minim.
“Gue akan jadi bapak.”
“Bukan urusan gue.”
“Urusan lo lah. Lo bakalan punya ponakan, bangga dikit kek.”
“Mending punya anak sendiri. Anak lo pasti jelek nanti.”
“Enak aja, ibunya cantik gitu masa iya anaknya jelek.”
William mencondongkan badan pada Galang. “Udah suka lo sama tuh cewek?”
Dipikir-pikir, William ini hobi bangat mengungkit masalah perasaan orang lain. Ada cowok omongin cewek, pasti pertanyaannya sama seperti tadi.
Galang menggaruk kepala yang tak gatal. Kecoplosan sih sebenarnya.
“Biar ibunya cantik kalau lo jelek, anak lo tetap jelek.”
“Bangsat lo, Will. Muka tampan gini dibilang jelek. Minus yah mata lo?”
“Lebih ganteng gue lah.”
“Ribut terus. Kalian ini, masih pagi udah ribut aja.” Anna numpang lewat sambil menggerutu.
“Ganteng doang, tapi akhlakless.”
Mendengar kalimat terakhir Anna, Galang dan William saling tatap. Benar kata wanita itu.
“Lo aja kali yang gitu.” William menuduh Galang.
“Dih mendingan gue. Gue masih kasih makan anak dan istri gue, lah elo? Pacaran kagak, ngentot iya.” Galang tidak mau kalah.
“Anak dan istri gigimu. Nikah kagak, hamilin anak orang iya.”
“Jadi lo mau bongkar-bongkaran?”
“Yang ada rahasia lo gue bongkar. Gue mah bakalan nikah, diurus sendiri sama Papa. Lah elo?”
“Asu lo, Will. Benar-benar asu lo.”
“Ekhemm!” suara berat itu muncul dari ujung tangga. Spontan kedua pemuda itu terdiam. Sepakat untuk tidak melanjutkan perdebatan tadi.