2 puluh

11.2K 356 19
                                    

Nah!

Update kan.

Selamat Membaca epriwan!

***

Samira menatap temannya yang baru saja menghampiri, terlihat beberapa lebam yang menempel di atas permukaan kulit wajah.

Di samping Samira berdiri Khia yang memiliki ekspresi penasaran seperti Samira. Ada apa dengan wajah tampan pemuda itu.

“Itu kenapa?” tanya Khia akhirnya.

“Oh ini? Biasa, permasalahan cowok.” ujar pemuda itu dengan tampang songong seolah hal seperti itu adalah suatu prestasi yang harus dibanggakan.

“Janjinya jam 9, kenapa baru datang sekarang?” damprat Khia. Kesal karena yang satu itu baru datang setelah pukul 10 pagi ini.

Neko orangnya.

“Berangkat jam 9 maksudnya itu.”

“Halahhh. Taik lu. Ini udah mau jam 11.” ujar Khia sambil memperlihatkan ponselnya dengan layar yang menunjukkan pukul 10.28 hari itu.

“Kalian udah lama di sini?”

“Baru sih.”

“Beda 5 menit aja.”

“Halahhh. Taik lu.” Neko mengikuti makian Khia tadinya.

“Seenggaknya masih lebih dulu daripada lo.”

Neko nyengir saja. Tak ada lagi yang bisa ia jadikan sebagai pembelaan. Ia lalu beralih menatap Samira yang lebih pendiam dari biasanya, Neko mengerti permasalahan Samira. Ia cukup tahu bagaimana posisi Samira sekarang.

“Gue kerja bagian yang mana nih?” tanya Neko kemudian.

Agenda mereka mengadakan pertemuan hari ini adalah untuk mengerjakan tugas-tugas yang sebentar lagi akan menemukan ajalnya. Dan Neko menagih bagiannya.

“Gak ada.” sewot Khia.

“Sok galak lu.”

“Semua udah dikerjain sama Samira. Mending lo kerja sendiri deh, jangan salin doang.”

“Serius, Ra? Kok tumben?”

“Liat aja, gue gabut semalam makanya kerja tugas.” jawab Samira sedikit berbohong. Sebenarnya semalam ia tak bisa tidur dan berakhir mengerjakan tugas hingga pagi menjemput. Pagi-paginya Samira justru dilanda perasaan takut dan berakhir overthinking sampai sekarang. Samira merasakan ketakutan yang luar biasa.

“Lo gak apa-apa kan?” tanya Neko ikutan cemas melihat perubahan mimik Samira.

“Iya gak apa-apa kok, liat aja.”

“Bukan itu, Ra. Lo kelihatan pucat gitu, lo yakin gak apa-apa?”

“Ah masa?” Samira buru-buru mencari cermin dari sling bag miliknya untuk melihat keadaan wajahnya sekarang.

Benar wajahnya pucat. Mungkin karena semalam ia begadang dan belum juga tidur sampai sekarang.

“Gak apa-apa kok. Ini karena kurang tidur aja.”

“Ra, di mana-mana, orang kurang tidur itu mata panda, bukan pucat.” sewot Khia.

“Iya ini karena gue lupa pake lipcream.”

***

Di sisi lain ada William.

William yang kalian benci padahal baik kok, gak kelihatan aja baiknya. Wkwkwk

Ia sedang berada di kantornya, terhitung dua hari sudah ia tak berkomunikasi dengan Samira dan itu cukup mengganggu konsentrasinya. Bukan hanya tentang Samira, tetapi tentang orang-orang yang ada di sekitar Samira.

Comfortable Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang