Selamat membaca epribadi!
Dua Puluh Enam
***
Sejak menginjakkan kaki di apartemen William, Samira sudah menebak bahwa ia akan di tahan di sini. Mengingat Zuya dan Reno sedang dalam perjalanan bisnis ke luar kota sejak kemarin pagi, begitupun dengan Saga yang sudah terhitung 3 hari meninggal kota kelahirannya. Dan ketika William tidak berada di rumah sakit, sudah pasti Anna akan membawanya menemui William, takut meninggalkan Samira sendirian di rumah.
Padahal, perjanjian awalnya Samira tinggal di rumah Anna tanpa sepengetahuan William. Itu adalah salah satu alasan Wan melarang keras William keluar dari rumah sakit, agar pemuda itu tidak mengganggu Samira.
Dan sekarang, usahanya untuk menghindari William sia-sia saja.
Setelah makan malam, Samira kembali meminum beberapa obat untuk menurunkan panas di badan Samira. Jika boleh jujur, Samira kurang kenyang, tetapi ia malu jika makan terlalu banyak di depan keluarga William yang makannya hanya beberapa sendok saja. Terkecuali Galang yang memang terlihat lebih rakus dibandingkan yang lain.
Khia
Gimana keadaan lo? Udah mendingan
Lumayan. Gak separah kemarin
Jangan begadang terus, Ra. Kesehatan itu juga perlu.
Iya, Khia
Nanti lo liat tugas gue aja, gak usah dipaksain
Perhatian bangat sih teman gue ini
Lo masih di apartemen kak Will?
Iya :(
Balikan nih kalian ceritanya?
Tuh kan, kata gue juga apa. Kalau lo udah ninggalin dia, pasti dia yang ngejar-ngejar lo. Cowok emang gitu harus ditinggal dulu biar sadar kalau sebenarnya dia juga sayang.
Apalagi untuk ukuran kak Will yang gengsinya lebih gede daripada perusahaannya.
Lo ada ngerasain apa gitu? Kayak senang atau merasa jatuh cinta kembali?
Enggak sih, kesal gue liat mukanya. Kayak pengen gue tampol aja kalau dia senyum.
Ih kok gitu? :(
Psycho bangat sih lo.
Gak tau kenapa, tapi itu yang gue rasain. Gue gak suka liat dia ketawa, maunya liat dia marah atau apa kek, yang penting gak ketawa.
Anjing
Perempuan macam apa lo itu ToT
“Eh?” kaget Samira saat merasakan ponselnya tiba-tiba berpindah tangan.
“Khia,” William menyebut nama Khia setelah melihat tampilan layar ponsel Samira.
“Jangan diliat, kak.” Samira berusaha menggapai ponselnya, tetapi langsung diangkat tinggi-tinggi oleh William. Badan pendek Samira tak akan bisa menggapai benda itu.
“Gak lucu.” Samira menampilkan wajah marah. Bukannya takut, William justru tertawa membuat Samira kesal bukan main.
“Kenapa belum tidur?” benda pipih milik Samira itu William masukkan ke dalam saku celananya.
“Balikin, aku gak mood bercanda.” Samira melipat tangan di dada sambil memasang wajah datar.
“Kenapa belum tidur?” William masih kekeh dengan pertanyaannya.