Selamat Membaca!
*M13*
Usai melampiaskan kemarahan dan kekesalan dengan dua preman yang mengusik William di jalanan tadi, kini ia lanjut untuk mencari keberadaan Samira.
Singkat saja, kondisi William cukup jauh dari kata rapi, setelan jas tak lagi ia kenakan, kemejanya sedikit kotor akibat terlibat aduh jotos dengan duo brengsek lainnya, dan beberapa lebam di wajah. Yah walaupun secara teknis William mengalahkan dua orang tersebut, tetap saja ia mendapat luka.
Jika Wan mengetahui masalah ini, kemungkinan besar pria tua itu akan marah.
Seperti biasanya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam dan Samira tak kunjung mengangkat teleponnya. Bahkan setelah memberanikan diri menghubungi Saga, pemuda itu juga mengatakan bahwa Samira belum pulang dan ponselnya tertinggal di rumah.
Neko, Devan, dan semua orang yang biasa bersama Samira juga tak mengetahui di mana Samira berada sekarang.
Tidak mungkin gadis itu di culik. Lagipula, siapa yang mau cari mati dengan menculik anak pengusaha terkenal itu, belum lagi karena keluarga Samira dan William tak pernah mentolerir hal-hal seperti itu.
Rasanya tidak mungkin ada yang berani.
Namun...
Di mana gadis itu?
Lalu, pikiran William mengarah pada satu anak iblis lainnya.
Awang. Kemungkinan besar gadis itu mengancam hal yang tidak-tidak pada Samira.
Dengan cepat, William mengunjungi tempat tinggal gadis itu dan segera menyuruhnya untuk menemui William di luar. Sialan!
“Kamu datang malam-malam untuk menuduh aku.” tanya Awang dengan raut tak percaya.
“Lo apain Samira?” William mencengkeram tangan Awang dengan keras, menuntut gadis itu untuk mengaku.
“Aku gak tau, Will.” Awang berusaha melepaskan cengkeraman tangan William.
“Kalau sampai lo macam-macam sama Samira, lo habis sama gue.”
“Apasih, Will. Aku benaran gak ngapa-ngapain.” mata Awang berkaca-kaca. Rasa sakit mulai menjalankan di area lengannya akibat cengkeraman William yang tidak main-main.
“Fuck!” William mengerang dengan dengan keras.
Otaknya benar-benar tak bisa berpikir sekarang.
Ke mana Samira pergi?
Rasa-rasanya, William sudah mengunjungi beberapa tempat yang kemungkinan bisa di huni Samira sekarang, tetapi nihil. William tak menemukan Samira di mana pun.
Waktu terus berlalu, William, Saga, dan Adam bahkan sudah bekerja sama untuk mencari gadis itu, tetapi belum juga berhasil.
Bahkan dengan bantuan Wan juga Reno, masih juga tak ada hasilnya.
Melapor kepada kepolisian pun rasanya percuma, harus menunggu 1×24 jam katanya? Cih, apakah mereka ingin melihat mayatnya saja?
Hingga larut, William belum juga menyerahkan dan mencoba untuk fokus. Menepikan mobilnya di pinggir jalan, ia mencoba berpikir.
Namun, yang terbayang dalam pikiran William adalah kemungkinan-kemungkinan terburuk yang terjadi. William takut Samira nekat melakukan hal yang tidak-tidak. Atau mungkin saja gadis itu diculik, disiksa, atau seseorang melakukan hal-hal mengerikan lainnya. Membayangkan semua itu membuat William rasanya seperti orang gila.
