Selamat Membaca!
***
Ketakutan Samira sekarang adalah munculnya sikap jail William. Bisa-bisanya William meninggalkan Samira sendirian di mobil saat Samira tak sengaja ketiduran. Bangun-bangun, jam telah menunjukkan sekitar pukul 3 dini hari. Untung saja apartemen William tidak pernah ada berita horor. Jika tidak, kemungkinan Samira akan langsung mati di tempat.
Paginya, Samira dibangunkan oleh Mbak Merry.
“Aku gak ada kuliah, Mbak.” ujar Samira.
“Dipanggil Tuan William, Non.” Mbak Merry memberitahu.
“Bilang aja lagi tidur. Ngantuk banget, Mbak. Sumpah.” Samira berucap tak jelas dan kembali tertidur. Berapa kali pun Mbak Merry membangunkan, tetap saja gadis itu tak kunjung bangun. Hingga akhirnya ia menyerah dan memberitahukan hal tersebut kepada William. Pemuda itu tampak badmood saat Mbak Merry menghampiri.
William tak menjawab dan segera menuju ke kamar Samira. Sudah sejak kemarin sore gadis itu tidur dan sampai sekarang belum bangun juga.
“Ih gak mau.” tolak Samira saat merasakan tubuhnya kembali terguncang.
William menarik selimut yang menutupi tubuh gadis itu dengan sekali sibakan. Demikianlah William dapat melihat tubuh Samira yang hampir telanjang. Gadis itu mengenakan baju tidur, tetapi tersibak hingga ke paha, sedangkan payudara gadis itu terlihat menonjol tanpa bra.
Jika seperti ini, bisa-bisa William tidak berangkat kerja. Niatnya untuk mencium gadis itu sepertinya akan dia urungkan.
Samira kembali menarik selimut dengan kakinya karena mulai merasa kedinginan. Samira kembali membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut. Gadis itu tenggelam di bawah kain putih yang tebal itu.
“Fuck!” geram William yang mulai memanas.
“Mm?” suara gadis itu terdengar, lalu terlihat mengintip dari bali selimut. Ia baru menyadari bahwa pelakunya adalah William.
Drrt! Drrt!—,
Tatapan keduanya beralih ke ponsel Samira yang bergetar. Saat melihat siapa yang menghubungi gadis itu, William segera mengambil alih.
“Samira udah bangun?”
“Belum.”
“Loh, Samira mana? Kamu jangan macam-macam, yah. Cukup foto kalian yang tersebar, jangan sampai video juga. Mama tidak suka kamu merusak anak gadis sebelum waktunya.”
“Bukannya aku datang ke nikahan Mama sama Papa yah?”
“William!”
“Iya, ma.”
“Mama gak mau kamu apa-apain Samira.”
“Dianya aja yang menggoda.”
“Willia—”
Tut!
William memutuskan sambungan telepon tersebut secara sepihak.
“Bangun.” William memperhatikan wajah Samira. Gadis itu kembali terlelap. Apakah terlalu mengantuk?
Sebelum keluar, William menyempatkan diri untuk mencium gadis tersebut. Ia tak ingin berlama-lama di sana karena ada pekerjaan yang harus ia selesaikan.
Samira perlahan membuka mata, ia kembali menyadari satu hal. Hari ini Mama William menyuruh Samira untuk menemani wanita paruh baya itu untuk memilih dress entah untuk apa.
“Kak, Will, nebeng!” Teriak Samira dengan sebagian kesadaran yang masih di alam mimpi.
Samira segera berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Seperti gadis pada umumnya, Samira menyelesaikan mandi di atas 20 menitan. Entah apa yang gadis itu lakukan saat mandi, tetapi waktunya untuk mandi selalu saja lama. Bahkan kali ini tergolong cepat dari biasanya.