Selamat Membaca!
***
Samira selalu berusaha mendekati William. Sedikit saja kesempatan akan ia pergunakan jika untuk bertemu William. Ikut lomba misalnya.
Saat itu, Samira masih duduk di bangku SMP semester akhir, ia melihat sebuah poster lomba memasak dan jurinya adalah William. Cukup aneh mengingat salah satu jurinya adalah pemuda sukses nan berlimpah harta. Namun, setelah Samira selidiki, ternyata pemuda itu dipaksa oleh Anna untuk menarik perhatian pelanggan di restoran milik Anna sendiri.
Samira mengambil kesempatan dengan menjadi salah satu peserta lomba itu. Ia lolos dengan jalur orang dalam, yaitu Saga dan diundang untuk datang ke restoran Minggu berikutnya. Samira tak sabaran, sehingga melupakan fakta bahwa ia tak bisa masak-memasak. Sialnya di situ.
Namun, Samira tak menyerah sampai di situ. Dari bantuan YouTube, Samira belajar. Dan dari akun fanbase William pun William lovers, Samira mengorek informasi akan makanan kesukaan William.
Udang. Tetapi Samira tak tahu harus menghidangkan udang yang seperti apa.
"Lo mau menang atau cuma untuk liat kak Will?"
Samira menjawab, "Tujuan utama ketemu kak Will, tapi kalau bisa menang juga biar makin dinotice samanya."
Selama seminggu, Samira melatih diri untuk memasak hidangan yang akan ia sajikan untuk William. Ketika tiba masanya, Samira justru tidak fokus memasak dan hanya memperhatikan wajah William terus menerus. Sungguh wajah yang tampan nan rupawan, pikir Samira. Ujungnya, Samira hanya memasak udang dan dengan percaya diri penuh membawa ke hadapan ketiga juri. Samira hanya mengenal William dari antara ketiga juri.
"Masak apa?" tanya salah satu juri.
"Udang."
"Yah, saya tau ini udang. Maksud saya, bagaimana kamu mengolah udang ini?"
"Ooh. Saya masak, trus saya kupas."
"Freak!" juri satu tampak kesal dan hanya mengambil satu udang sebelum akhirnya digantikan oleh William, tanpa komentar dan kemudian diganti dengan juri selanjutnya.
"Nama kamu siapa?"
"Samira."
"Umur?"
"Sekarang masih 14, tapi Agustus nanti udah 15 tahun."
"Masih SMP, yah?"
"Iya, tapi udah kelas 3." juri tampak manunggut-menggut.
"Kenapa kamu ikut kompetisi ini?"
"Biar bisa ketemu, eh maksud saya biar bisa masak."
"Kamu bisa memasak di tempat lain."
"Enggak. Saya biasanya dimasakin."
"Sama mama?"
"Bukan. Mommy sibuk kerja, aku biasa dimasakin sama mbak di rumah."
"Apa pekerjaan mama kamu?"
"Jadi sekertaris Daddy." juri tersebut hendak bertanya lagi, tetapi interupsi William menghentikannya. Ini bukan sesi wawancara. Lagipula, William tahu mengapa juri tersebut selalu memberikan pertanyaan. Tentu memiliki maksud lain.
"Kamu sudah coba masakan kamu?" tanya William dan Samira menggeleng.
"Coba." Samira maju untuk mencicipi masakannya dan seketika terbelalak.
"Ih, asin." demikianlah banyaknya kekurangan Samira dalam kompetisi tersebut dan dengan mentah-mentah dinyatakan tidak lolos tahap selanjutnya. UPS
Beruntunglah Samira karena setelah kompetisi tersebut, ia berpapasan dengan William dengan sengaja. William mencari Samira.
