Sunoo baru saja menyelesaikan ending dari cerita di laptopnya, dunia orange yang digemari para remaja itu adalah salah satu pelarian Sunoo ketika memiliki waktu luang.
Satu notif kemudian ribuan notif menyerang laptop maupun ponsel Sunoo, ia pasti dapat banyak pesan juga komentar kecewa karna ending di ceritanya.
"Sunoo!!!!!!"
Augh Sunoo siap-siap kena omel tetangga sekaligus bestie nya. Pintu kamarnya dibuka dan...
Pletak!
"Auw" Pekik Sunoo menemukan Tupperware berwarna hijau berukuran sedang menghantam kepalanya. "Won lo bisa gue tuntut gara-gara timpuk gue pakek Tupperware, ga ada hati ya lo"
"Biarin, ga akan gegar otak juga. Lo kan tubuh baja, gigi kawat, tulang besi"
Sunoo mendengus kesal.
Jungwon merengek bagai bayi kehilangan dot susunya. "Kenapa dua cogan gue lo buat metong sih No, ngadi-ngadi ni anak kasih ending yang sad gitu"
"Ya kan emang begono alur ceritanya Jungwon monkey"
Sunoo di buat kaget dengan liquid Jungwon yang telah mengalir deras. "Jahat banget lo, kena teror kan lo sama para pembaca. Juga kenapa gak ngasih tau gue kalau mau sad ending, seenggaknya gue siapin mental dan batin gue"
Sunoo berdecak malas. "Alay lu markonah, lagian kalau di spoiler ya ga seru lah ra. Emang elu yang suka ganggu jam molor gue cuman untuk spoiler, enggak banget deh"
"Terus gimana? Lo ada cerita baru lagi?"
Sunoo membuka laptopnya kembali, memperlihatkan banyak nya tulisan yang telah ia ketik kehadapan Jungwon. "Wah banyak banget, ini lo mau publish semua sekaligus"
"Enggak dodol, ya bertahap gitu. Btw visualnya ganti, bukan Haru sama Jae lagi"
"Haru dan Jae, dua cogan gue itu lo buat metong di 'Ma adopted brother'. Terus siapa visual di cerita lo selanjutnya?"
Sunoo terdiam, memikirkan siapa yang akan menjadi visual yang cocok. Cukup membingungkan karna memang karya Sunoo rata-rata pemeran utama pria nya adalah Haru dan Jae, dua fiksi itu selalu cocok di cerita maupun genre manapun.
"Apa gue harus pakek Haru dan Jae lagi?"
Jungwon menelengkan kepalanya. "Gue sih setuju aja, tapi gimana sama readers lo? Emang mereka gak bosen?"
Iya juga sih. "Yaudah pakek Abin sama Gyu aja"
"Sabi tuh, tapi gue gamon sama Jae" Rengek Jungwon lagi. "Nyesek gue tu baca mereka udah metong aja"
Sunoo menunduk, sebenarnya ia juga merasakan sesak yang teramat saat memutuskan dua karakter cogan nya meninggal. Terlebih pada Haru, pria tinggi, baik, sopan, tampan, tajir. Argh husband type Sunoo banget.
Karna memang begitu akhir dari ceritanya, mau nya buat happy ending. Namun akan sangat terlihat aneh menurut Sunoo jika akhirnya seperti itu.
Jungwon pamit karna dipanggil Buna nya, meninggalkan Sunoo yang masih merenung.
Setetes air mata mendadak jatuh, Sunoo sangat mencintai karakter fiksinya yang satu ini. Haru, Sunoo selalu merasa Haru itu nyata. Bercanda bersamanya, menemani nya selalu.
Terdengar menakutkan karna Sunoo mengharapkan pria yang mirip dengan Haru. Jujur saja, Sunoo menangis saat mengetik kata demi kata menjadi sebuah kalimat yang menerangkan bahwa Haru-nya telah tiada.
Sunoo menutup wajahnya, meraung menghabiskan suara pilunya. Mengeluarkan semua sesak yang di rasa.
~•∆•~
"Dia itu hanya karakter fiksi yang tak sengaja terpikirkan sebab suatu cerita, tapi mengapa kehilangannya terasa begitu nyata?"
~•∆•~
"No!" Teriak pria bersetelan serba merah itu, siapa lagi kalau bukan Jungwon.
"Apa sih Won, teriak mulu kerjaannya"
"Ayo siap-siap katanya mau beli buku"
"Tapi mendung loh, gue takut nanti hujan"
"Ya bawa payung lah, kayak tu toko buku jauh aja"
Sunoo menautkan alisnya. "Jalan keluar dari gang, nyebrang jalan besar. Terus harus jalan jauh lagi, lewatin mall, lewatin dua halte baru nyampe. Kita ga bawa motor kalau lo lupa"
"Lo kenapa jadi mirip Buna deh cerewet banget"
Sunoo menggeram marah. "Kalau lu bukan Jungwon udah gue telen"
Perdebatan unfaedah itu akhirnya selesai, mereka sampai di toko buku pas saat rintik air menyerang turun. Sunoo sibuk memilih buku yang akan menarik perhatian nya, namun acara memilihnya terpaksa berhenti karna alergi Jungwon terhadapa debu kambuh.
Mungkin pria itu tak sengaja mendekati buku yang berdebu, bersin nya tak dapat di kendalikan. Terpaksa Sunoo menemaninya keluar sembari mencari taksi.
"Lo bisa pulang sendirikan, gue nanti kerumah lo deh"
"Iya ja-jangan Hachuuu!"
"Iya nanti gue bawain madu sama cuka apel"
Taksi nya melaju cepat, Jungwon selalu berhasil membuat Sunoo panik.
Sunoo kembali masuk kedalam toko buku, dan pandangannya tak sengaja melihat sosok yang seperti tidak asing baginya.
Figur seorang pria dengan balutan jaket jeans berjalan dengan dua buku di tangannya, Sunoo melangkah mendekat.
Merasa seseorang mendekatinya, pria itu menoleh pada Sunoo.
Sunoo terpaku, terkejut, ter ter lah pokoknya. Serasa ia mengenali pria tinggi di hadapannya.
"Haru..." Nama itu yang sontak keluar dari bibir Sunoo.
"Lo ngomong sama gue?"
Tangan Sunoo terangkat, jemari lentiknya menyentuh pipi pria itu tanpa sadar. "Lo mirip banget sama Haru"
Pria itu tampak tak risi dengan Sunoo. "Haru itu karakter novel, gue manusia nyata"
Lamunan Sunoo buyar. "Lo, tau Haru?"
Pria itu sontak terkejut. "Gue gak asing sama lo, Jangan-jangan lo Sunoo ya. Sunoo_odette kan?"
Sunoo tersenyum manis. "Ternyata lo baca novel gue juga ya" Suatu keberuntungan Sunoo dapat menemukan salah satu readers nya.
Pria itu menjulurkan tangan, hendak mengajak berjabat secara formal. "Gue Haruto, gue suka baca cerita lo karna ngerasa gak asing sama karakter Haru. Juga cerita lo bagus-bagus"
Sunoo tersenyum sangat manis, menjabat tangan Haruto erat. "Sunoo, ya gue pikir gue gila karna ketemu karakter fiksi gue di dunia nyata. Btw gue minta nomor HP lo dong, nanti gue ganti pake hati"
Sunoo tertawa, tawanya terdengar renyah. Merdu di dengar.
"Boleh"
Tautan tangan mereka tak lepas, malah semakin erat. Sunoo beruntung bukan.
Kalian yang sedang membuat cerita atau sedang berhayal teman masa depan, apakah sudah pernah bertemu di dunia nyata?
~•∆•~
KAMU SEDANG MEMBACA
Amaranthine
Short StoryCerita oneshoot dengan Sunoo-tokoh utama di setiap cerita. ⚠️ -bxb -bxg -gs ©𝐋𝐲𝐫𝐚 𝐲𝐨𝐚