(4) My Angel Devilz - My Lovely Phoenix

619 38 18
                                    

Setelah susah payah membawa Sunoo ke kamarnya, kini saatnya berpanik ria. Sunghoon melihat tangannya yang kini melepuh, kulit pada telapak nya mengelupas dan rasa sakitnya semakin menjadi karena sesuatu yang masih terus menjalar hingga ke dalam. Sunghoon tanpa sadar mengeluarkan air mata, mematikan keran pada wastafel. Membiarkan kedua telapaknya terendam di air yang ia simpan, meringis kesakitan. Air matanya meluruh jatuh, menyatu dengan air wastafel itu. Seketika Sunghoon tak lagi merasakan sakit itu, ini sedikit aneh. Sakitnya hilang sekaligus.

Mengangkat dua tangannya, melihat betapa buruk kini tampilan telapak nya. Sunghoon pikir tadinya dia tak bisa menggerakan jemarinya, tapi ini sangat mudah sebab sakitnya sudah hilang.

Sunghoon mendudukkan diri dibibir kasur, apa yang dia lihat tadi. Luka yang dimiliki Sunoo pada punggung pria itu menyakitinya, panas sekali.

"Lo tau, pernah ada rumor kalo bos lo itu makhluk Whizliz"

Sunghoon menyentuh dadanya yang bergemuruh, dia ingat bahwa dia bilang dia tidak takut dengan makhluk sihir itu. Tapi masalahnya kini apa yang dia lihat tadi secara tidak langsung membenarkan rumor itu, Sunghoon tak sadar bahwa dirinya sangat dekat dengan makhluk yang manusia pikir penuh ancaman.

"Gue harus pergi" Entah, Sunghoon yang mulai takut kini kebingungan. Meraih tas besar diatas lemari, memasukkan semua baju dan barangnya untuk dia simpan di dalam tas.

Sunghoon mengikat pasti tali sepatunya, beranjak dari kamar itu. Tanpa ragu mulai melangkah pergi, hingga hatinya rasa meragu.

Tolong jangan pergi!.

Langkahnya terhenti, Sunghoon menoleh pada tangga menjulang yang mengantar menuju kamar bosnya.

Tolong tetap tinggal, dia tak memiliki siapapun.

Dadanya kembali bergemuruh, Sunghoon tersengal hebat. Tangisnya meluruh lagi, Sunghoon bingung. Untuk apa dia menangis, dan rasa apa yang kini mengitarinya.
.
.
.
.
Niki berdiri di balkon, memeluk putranya yang merupakan Griffin. Bertubuh singa tetapi bersayap dan berkepala rajawali, wujudnya dengan cepat dapat menyesuaikan keadaan. Dari mata manusia biasa bayi miliknya terlihat sama dengan mereka, seperti yang pernah dijelaskan bahwa makhluk Whizliz dapat kembali ke wujud asli sesuai kehendak mereka sendiri.

Dan anak dari makhluk Whizliz tumbuh dengan cepat, mungkin seminggu lagi bayi Griffin yang baru lahir itu sudah bisa merangkak.

Niki menyipit, angin berhembus dengan sedikit kencang dari arah barat. Hatinya mendadak merasakan hal janggal, memeluk bayinya dengan sangat erat. Terperangah saat kalung berliontin berlian berwarna merah itu menyala, mengeluarkan cahaya yang mengedar mengelilingi rumah besar itu. Angin yang tadinya menerpa tak lagi Niki rasakan.

Bahunya di tepuk, Heeseung datang menyelimuti tubuh Niki. Mengecup pelipis bayinya kemudian beralih mencium bibir Niki, memeluk suaminya dari belakang. "Aku hampir lupa dengan nama bayi kita, sebaiknya diberi nama yang mirip dengan namamu"

Niki bersandar pada Heeseung. "Bagaimana dengan Heiki, gabungan dari nama aku dan kamu"

"Itu terdengar lucu, apa ya bahasa manusianya— imut?"

Niki tertawa kecil. "Benar, kamu hampir menguasai bahasa mereka"

Heeseung merasa bangga, dirinya semakin erat memeluk Niki. "Apa kamu sudah melihat foto yang ku kirim"

"Sudah, pemimpin kita bisa tersenyum juga"

Heeseung mengernyit. "Bukan biasanya Tuan Sunoo memang selalu tersenyum"

Niki memutar tubuhnya, bersandar pada dada bidang Heeseung. "Ya, tapi tak setulus itu. Kamu tau sendiri, setelah kekasihnya pergi pemimpin selalu diam. Tak tertawa, tak tersenyum, dan melakukan sesuatu dengan tulus. Dia masih memendam dendam, tapi foto yang kamu kirim— aku bisa merasakannya sayang. Dia mulai terlihat bahagia"

AmaranthineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang