Pak Guru lll

1.5K 128 25
                                    

Sunghoon boleh ngakak ga sih, ini Sunoo cuman naik Halilintar aja udah tepar. Padahal Guru itu awalnya sok keren, pas udah naik sumpah Sunghoon mau copot telinganya. Jeritannya itu loh, astaga ga mau Sunghoon ingat lagi. Tapi seru juga, dia ngakak terus liat Sunoo yang begitu. Mana cuman sama Sunghoon Guru itu menampilkan sisi nya yang itu, haha.

Ga tau juga sih, mungkin beberapa murid udah denger teriakan Guru itu tadi. Kini mereka lagi dudukan aja, dan jauh dari murid lain. Ga tau, Sunoo yang ajak Sunghoon kesini.

Guru itu menutup mata sembari menengadahkan wajah, kayak lagi mimisan ga sih. Itu merah merah di hidungnya (?).

Sunghoon panik saat Sunoo beneran ngeluarin tisu untuk menyumpal hidungnya.

"Bapak mimisan?"

Guru itu menanggapi dengan santai. "Yah, udah biasa begini. Cuaca juga lagi panas" Lain sama Sunghoon yang panik setengah mati.

"Itu yakin mimisan biasa"

"Iya, ini sering terjadi kalo cuacanya begini"

"Yakin ga ada penyakit serius?" Sunghoon lagi takut tapi Sunoo malah ketawa, apa yang lucu.

"Kamu pikir saya punya penyakit serius, enggak Sunghoon. Saya baik-baik aja" Kemudian Guru itu bergerak menaruh kepalanya di atas paha Sunghoon. "Maaf, sebentar"

Sunghoon membeku, Guru itu kembali menutup matanya. Sunghoon membiarkan saja, dia jadi ga tega liat Guru kesukaan nya jadi begini karena dia yang nantangin.

"Pak saya bantu seka ya"

Tak ada jawaban, Sunoo beneran tepar. Tapi Sunghoon tetap merogoh kantong jaket Guru itu, meraih tisu dari sana. Membersihkan darah yang sempat merembes, Sunghoon jadi salfok sama bibir Guru itu.

Ranum, merah muda, dan terlihat kenyal. Kok bisa, padahal Sunoo perokok tapi bibirnya masih saja tampak sehat. Ah Sunghoon ingat kalau Pak Sunoo sering bawa lipbalm, rajin di poles lip serum kali. Jadi pingin cium, eh.
.
.
.
.
Waktunya pulang, ni orang kenapa pada jahil ya. Seharusnya Sunghoon tu pulang bareng teman-teman dengan mobil yang sudah di sewa, seakan tau pasal Sunghoon suka Pak Sunoo, semua murid berpendapat ada baiknya keduanya pulang bareng. Dengan alasan arah rumah keduanya sama, tapi memang kebetulan cuman Sunghoon yang arah jalan pulangnya searah sama Sunoo.

Sunghoon ga tau aja kalau beberapa dari teman sekelas nya tau jika mereka sering pulang berdua, jadi ga salahkan.

"Udah Hoon pulang bareng Pak Sunoo aja, disini ga ada tempat buat lo" Ledek Yoshi.

"Oo asu"

"Ini kesempatan loh Hoon" Teriak Jake.

Dahlah.

"Ayo Sunghoon, jadi nebeng saya ga?"

Sok nolak padahal mah mau banget, membuat decakan kentara. "Iya sabar dong" Tadinya dia mau pakai sendiri helm itu, tapi karena tangannya ga lagi kosong alias penuh barang otomatis Sunoo bantu pakaikan. Munculah kalimat 'cie cie' dari para teman, sumpah Sunghoon salting brutal.

"Udah kan, ayo"

Selama perjalan, entah ini hanya perasaan Sunghoon saja atau memang Sunoo sengaja memelankan laju motornya. Mana kebetulan jalanan lagi sepi, kayak mereka lagi habisin waktu berdua. Mendadak Sunoo meminta Sunghoon memberikan tangannya.

"Mau ngapain?"

"Udah siniin tangan kamu"

Sunghoon dengan bingung memberikan, kemudian tangannya dituntun untuk melingkar memeluk Sunoo. Ajg, maksudnya apaansi. Kenapa selalu buat jantung Sunghoon berdetak ga karuan, baru Sunghoon akan meletakkan dagunya di bahu kokoh Guru itu. Laju motor jadi tak terhingga kecepatannya, membuat Sunghoon terlonjak. Untung lagi pelukan kan, kalau tidak udah jatuh si Sunghoon.

AmaranthineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang