"Ira bangun waktunya sekolah, jam berapa ini" mama menggedor pintu sangat keras layaknya singa mengamuk.
Itulah mama ku namanya Iken Negara. Dengan berat hati aku terbangun dari mimpi indah. Sebenarnya aku terpaksa sekolah di SMA itu. Lagi-lagi tanpa sepengetahuanku mereka melakukan sesuatu seenaknya sendiri.
"Iya ma bentar ini udah bangun, nanti juga Ira keluar" ucapku berjalan ke kamar mandi untuk siap pergi ke sekolah pertama kali.
Bagaimana bisa merasakan hal senang kalau dipaksa terus buat nurutin kemauannya. Kali ini aku tersadar mereka hanya menekan bukan untuk kebahagiaan anak nya. Rasanya semua isi kepalaku mau meledak. Berpura-pura terus layaknya punya dua kepribadian aneh. Sudah selesai kini saatnya keluar dan makan. "Ma".
Mama menggerutu sudah seperti lalat andai dia tahu bagaimana perasaan anaknya ini. Papa apalagi jarang di rumah kerja mulu, sekali pulang nentuin tujuan hidup anaknya.
" Cepat makan sebelum telat, kamu berangkat diantar pak supir ya" wajah nya senyum tanpa ada masalah.
"Ngapain ga mama atau papa yang nganterin"
"Kamu udah gede harusnya berangkat sendiri" terkekeh kecil
Aku berangkat sambil membawa sebuah tas layaknya anak baru sekolah. Eh emang iya ya kan anak baru SMA gitu. Pamitan berangkat tentu uang saku tak lupa. Tetap aja kesel kayak ga punya pendirian hidup harus diarahin terus. Jarak sekolah ga terlalu jauh juga. Kurang 7 menit nyampe, turun sini aja sambil healing tau tau kabur juga gapapa.
"Pak andi boleh berhenti di sini saya mau turun pak. Ini saya kasih buat beli makan dan jangan bilang mama sama papa ya pak" rasanya ingin melompat saja tanpa basa basi.
"Tapi non" pak adi tidak enak perasaanya padahal uang sudah di tangan kanan nya. Sungguh aneh dunia dunia.
Akhirnya diriku bebas berjalan kaki nyantai, Tuhan tolong keluarkan aku dari masalah ini. Maafkan aku jika berbuat salah, apapun kata mama papa selalu aku turutin. Hidup dua sifat terasa harus baik baik saja ke semua orang dibalik nya hati udah gemuruh.
"Pyur...." Air lubang menyiprati baju ku hingga kotor diikuti buyarnya ucapanku. "Woi bisa nyetir apa kagak liat emang ada orang di sini kalau mau berantem ayo".
Laki laki itu turun dari sepada motor menatapku tajam menakutkan. Tidak ada rasa bersalah lalu meminta maaf tunduk tanggung jawab layaknya sinetron. Hanya diam menatap seperti patung.
"Maaf saya tidak liat ada orang melintas" pergi buru buru menaiki sepeda motor.
"Loh loh dasar orang gak ada akhlak"
Baju kotor untung hanya sedikit. Masih bisa diatasi walau jam udah lewat gak berasa habis kejadian buruk. Sekolah dipaksa kena sial juga.
✨✨
Gerbang sekolah terlihat menjulang tinggi. Banyak orang tua mengantar anaknya, terlihat harapan mereka terpampang jelas pada sekolah ini. Gedung nya bagus, bersih, orang orang terlihat ramah layaknya anak SD. Tetap ira tidak menyukai karena bukan sekolah pilihannya, sulit dirinya melangkah memasuki gerbang. Tetap saja nekat masuk ke dalam sekolah.
"Wow indahnya hingga tak menyentuh hatiku" beonya
Setelah melihat kejadian Ira sedikit sedih orang tua nya tidak bisa mengantarnya ke sekolah. Sempat terpikir kenapa bukan mereka saja sekolah disini bukan Ira. Dikit dikit kok menekan anak semata wayangnya. Sekali kali anak nya ditanyai apa maunya gak gini.
Kembali berjalan menuju ruangan kelas. Di dalam sudah ada kakak panitia tidak banyak hanya 4. Banyak ya seperti pembaca yang banyak nebak alur. Bercanda maksudnya seperti anak ayam.
"Good morning adik adik perkenalkan ini kak Seli, di seberang pintu kak Naji, di pinggir kanan kak Moana"
"salam kenal"
"Sebenarnya kita ber empat untuk mengarahkan kalian dalam masa perkenalan, enjoy ya"
Duduk paling depan sendiri tak kenal rasa takut maka tak sayang. Ada satu kakak panitia belum datang entah siapa itu. Materi berjalan lancar ya tidak ada istimewanya. Bel istirahat berbunyi tanda materi selesai. Istirahat kami saling berkenalan satu sama lain.
"Hai kenalin namaku Keyra Varhani biasa dipanggil key"
"Kenalin juga namaku Ananda Irana Negara panggilan ira"
Kita satu kelas sudah saling kenal terkadang ada lupanya. Tak disangka key menjadi teman terdekat ku. Ada juga lainnya tapi hanya key terasa nyaman di dekatku. Sedikit cerita ternyata key rumah nya di komplek sebelah ya tetangga. Pertama kali bertemu dia seperti langsung melekat padaku. Dia orang nya humble, full senyum, baik. Udah dikit aja ini cerita nya Ira bukan Key readers.
"Buk"
"Ini bukunya jatuh" laki laki itu Jay dan temannya Vano.
"Eh makasih ya"
Alhasil mereka bergabung ke tempat duduk ku dengan Key juga. Kami cerita cerita asal mula masuk sekolah sekarang. Aku cuma diam karena dipaksa masuk sma. Bisa disimpulkan Jay dan Vano orang nya seru. Kita buat grup namanya bebas. Baru pertama sekolah udah akrab aja itulah kami. Berharap mereka jadi teman terbaik dalam suka duka ira.
Bel masuk berbunyi memulai materi selanjutnya ujian tulis buat menentukan kelas mana. Kertas di bagikan waktu pengerjaan singkat. Duduk grup bebas berdampingan buat bekerja sama dalam ujian sangat mudah.
"Ira lo tau nomer 30 apa?"
"Jawabannya C Vano"
"Key nomer 35 sampai 40 lo yang ngerjain ya"
"Iya ira lo nomer 40 sampai 45"
"Gaes nomer 45-50 gue udah" terlihat paling pintar Jay.
Harusnya jujur ya readers. Ternyata mereka pinta pintar good ira punya teman kayak mereka. Kertas kami kumpulkan. Kelas free habis ujian waktunya masih ada kurang 15 menit. Grup bebas rame.
"Ira lo ngapain bilang aku kamu sih?" Ujar key.
"Iya key aku ga terbiasa, gapapa kan kalian"
"Gapapa lah Ira tetep lo itu teman kita" mereka bertiga.
"Permisi maaf saya terlambat buat datang" laki laki itu tersenyum di depan pintu.
Teman teman malah terbelalak matanya gemuruh kayak liat artis. Aku masih gak tau liat key ke gitu liat siapa coba.
Setelah menoleh sedikit terkejut itu....Tbc.
Segini aja dulu.
Maaf jika ada kesalahan tulis.
Vote + comment ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
ABHIPRAYA [END]
Teen Fiction-cerita pertama aku- ✨✨✨ Bagaimana jika tidak seorangpun mengerti kita. Apa dunia terlalu kejam atau kita yang terlalu berlebihan dalam menghadapinya. Ananda Irana Negara duduk di bangku sma dengan kata keterpaksaan dari orang tuanya. Hidup nya te...