49

13 0 0
                                    

✨✨

Semilir angin pagi mengibarkan dedaunan jatuh. Suara serangga berbunyi merdu bersautan dengan alam. Mentari menampakkan dirinya membawa keceriaan.

Pagi telah tiba, banyak orang melintas menuju tujuannya. Mulai dari anak kecil, pemuda, hingga paruh baya. Kali ini sosok remaja Sma dengan segerombolan temannya lewat. Mereka tampak bercanda riang berangkat sekolah. Canda tawa mengiringi langkah kakinya membawa. Jika, dilihat banyak orang sungguh bahagia sekali hidup mereka sebelum menapakki usia dewasa.

Tanpa mereka sadari ada seorang gadis memandangi dengan senyuman yang mengembang. Berbeda dengan sorot mata yang meredup. Saat sekumpulan anak Sma sudah tidak terlihat. Senyuman gadis itu menghilang, hanya ada tatapan rapuh. Ia memandangi tangannya bergetar. Ada surat yang harus mau tidak mau ia baca. Sudah satu bulan terlewati surat dari seseorang belum ia buka atau sekedar memegang. Kali ini ia memberanikan diri, sudah saatnya ia tahu dan sembuh. Tapi, hati dan pikirannya tidak selaras. Kata move on tidak segampang ucapan orang diluar sana. Kenangan akan selalu ada walaupun hidup harus terus berjalan.

Gadis itu membuka lipatan surat dengan air mata luruh. Tetes demi tetes membasahi bajunya. Tidak ada orang tahu ataupun sekedar sadar bahwa gadis duduk di teras rumah mewahnya yang sudah kembali itu sedang tidak baik-baik saja.

Surat :

Assalamualaikum Ra

Sengaja aku nulis surat ini. Siapa tahu kalau surat ini adalah surat terakhirku.

(Ira menangis dirinya tak kuasa membaca lanjutnya, tapi dia harus tegar dan mulai melanjutkan bacaannya)

Jangan nangis, aku tahu kamu pasti nangis baca kalimat awal. Masih cengeng aja!. Aku udah nepatin janji ke Mamamu, sebelum tujuh hari aku bakal bawa kamu pulang dengan selamat.

(Ira memegang dadanya yang sesak)

Rencanaku tepat sebelum tujuh hari tiba kamu sudah kembali pulang. Padahal kurang beberapa jam menuju esok hari ke tujuh. Aku bersyukur bisa menolongmu lebih awal.

(Ira membeo."Tapi kamu yang kembali pulang di hari ke tujuh. Kamu bohong! Katanya kamu akan bebas keluar. Buktinya?")

Orang tua Zac dan Alex mungkin sudah memberitahu fakta sebenarnya. Maafkan mereka Ra, jadilah manusia yang memaafkan merupakan akhlak yang mulia menurut ajaran islam. Sejatinya manusia tidak luput dari kesalahan Ra.

Maaf jika aku maupun keluargaku mempunyai kesalahan. Maaf jika ada kata yang keluar saat aku menolongmu. Jika dirimu mengira itu benar, maka pikirlah sendiri.

Aku ikhlas menolongmu, kamu orang baik Ra. Walaupun sedikit bikin kesel aku. Kamu tetep perempuan kuat yang aku kenal. Semoga kita dipertemukan kembali walaupun dalam mimpi.

Pesanku, jadilah perempuan hebat untuk dirimu sendiri, pasanganmu, juga kepada anakmu kelak. Didiklah mereka menjadi anak yang membanggakan orang tua dan negara. Pasanganmu akan selalu ada untukmu.

Maaf jika pelakunya belum tertangkap. Tapi, ingatlah ada seseorang yang akan menangkapnya yaitu pasanganmu kelak. Cintai dia lebih dari apapun seperti dirimu mencintai orang yang kamu cintai.

Aku disini ikut bahagia melihatmu bahagia. Maaf, aku menitipkan keluargaku. Anggaplah mereka seperti keluargamu sendiri Ra.

Sorry, gue nulis pake kata 'aku' terdengar ga enak ya. Kenang gue Ra walaupun nantinya akan hilang. Kalo kamu ingin lihat aku, maka mengadahlah ke langit lihat salah satu bintang yang paling bersinar. Kemungkinan itu aku tersenyum bahagia. Lagi dan lagi terdengar aneh lucu aja seorang Gauravi nulis gini. Jangan ketawa Ra!
Kita adalah teman bukan?

Wassalamu'alaikum.

- Gauravi Nara

Ira mengusap air matanya dengan kasar. Dia tidak tahu siapa pasangannya kelak. Pastinya dia hanya berdoa yang terbaik.

Ira menghembuskan nafas panjang. "Kak makasih, mungkin hanya ucapan yang bisa aku sampaikan. Aku masih berharap jika kakak kembali, tapi tidak mungkin."

Semilir angin berhembus hingga mengibarkan rambutnya. "Kakak tahu ya?. Andai saja waktu bisa terulang mungkin semua ini tidak akan terjadi. Kak Ravi adalah orang baik sangat baik bahkan banyak orang tidak menyangka jika kakak harus pergi secepat ini. Aku sempat tidak akan pernah memaafkan diriku. Asal kakak tahu ada seseorang yang akhir-akhir ini setelah kejadian itu, dia selalu ada di samping Ira. Jika kakak mengira itu geng bebas, jawabannya jelas mereka. Tapi, ini seorang pemuda yang kakak pasti kenal. Aku tidak menyebutkan apa ini maksud kakak?"

"Walaupun luka hati ini masih ada. Seakan-akan ada sesuatu yang membuat hati ini sedikit lunak hanya sedikit tidak sembuh sepenuhnya. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya"

Meneteskan air mata, Ia melanjutkan kalimatnya. "Sepenuhnya aku tidak menyalahkan dia karena sejatinya ini adalah takdir. Aku sadar terbuka bahwa semua ini sudah jalannya. Orang di sekitarku meyakinkanku untuk sembuh. Dia berulang kali mengucapkan maaf. Kakak tahu setelah ini mungkin dia akan muncul" Ira bicara sendiri, bahkan orang lain mungkin sudah mengiranya gila.

"Aku bersyukur diberi kesempatan bisa kenal kakak. Ku akui hati ini masih sakit melihat orang yang dicintai pergi. Semoga kita bisa bertemu kembali entah dimana"

Ira mengusap air matanya kasar. Bayangan tentang pemuda itu selalu menghantuinya. Rasa bersalah sebenarnya masih melekat. Sampai kapanpun ia tidak akan melupakan kejadian itu.

Ia bisa hidup karena ada orang yang mengorbankan dirinya hanya untuk menolong Ira. Sungguh, dunia seperti tidak adil baginya. Orang tidak bersalah harus menanggung semuanya. Terkadang pikiran buruk menghampiri, tetapi ada banyak orang disekitarnya yang mensupport. Ia selalu ingat pesan dari Gauravi. Kali ini ia harus ikhlas walaupun berat rasanya.

Perasaan kalian baca part kali ini?

Kasih pesan ya buat masing-masing tokoh di Abhipraya!

Mengenai sad or happy ending, menurut kalian gimana nih?


Kalian mau extra chapter ga?

Jangan lupa vote, comment, dan share sebanyak-banyaknya agar author semakin semangat nulis.

Thank you buat kalian semua guys.

Happy Reading🌵

ABHIPRAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang