25

13 0 0
                                    

"Oke fine gue antar pulang, please stop itu muka jangan berlagak sok imut" Vano bergidik ngeri melihat wajah Key di imut-imut kan.

"Ra kalau gitu kita pulang yuk, kan besok mau menghadiri acara kak Gauravi" Ana mengalihkan topik setelah kedua orang tersebut selesai adu mulut.

"Makasih ya kalian udah mau nungguin aku"

"Sans Ra, kaya sama siapa aja" Jay.

Lalu geng bebas memutuskan untuk pulang dengan Key yang masih saja cemberut di hadapan Vano.

Ira berjalan disamping Ana yang tampak sibuk dengan handphone nya.

"An boleh pulang bareng gak? supir ku gak bisa jemput" Ira tersenyum kepada Ana.

Tanpa sepengetahuannya, Ana tampak terkejut sebentar karena tidak lama ia menetralkan raut wajahnya sebelum menjawab lontaran pertanyaan dari temannya.

"Gapapa nanti naik taxi bareng"

"Ra sebenarnya hari ini aku gak dijemput karena mau ke tempat biasa. Mau ikut Ra?" lanjutnya menawarkan.

"Mau tapi sorry An aku langsung pulang karena belum ngasih makan hewan peliharaan. Tadinya aku kira kamu langsung pulang"

"Kalau gitu aku bareng kak Zac aja, makasih ya An sorry ngerepotin. Bye"

Ira pergi menyusul Zac diikuti Ana bergegas pergi ke arah taxi agar segera ke tempat biasanya yaitu ke perpustakaan kota.

Setelah berada di dalam mobil, Ira menikmati perjalanan dengan melihat sekitar jalanan yang ia lewati.

Akhir-akhir ini ia jarang melihat kondisi perpustakaan sebab terlalu sibuk dengan pembelajaran sekolahnya.

Mobil berhenti ketika lampu merah menyala. Saat itu juga ia mengingat kejadian beberapa tahun lalu dimana seorang remaja lelaki menggunakan sepeda motor sport berhenti tepat di pinggir mobilnya saat lampu merah menyala.

Seorang lelaki tersebut tiba-tiba turun ke jalan raya. Ia menepi menghampiri sosok nenek yang sedang kesulitan menyeberang karena membawa barang belanjaannya.

Perlahan lelaki tersebut membantu nenek menyebrangi jalan dengan barang belanjaan di tangannya. Saat sampai di tepi lelaki tersebut segera memberikan barang yang telah dibawanya kepada sang nenek.

Bertepatan saat sang nenek pergi, ia seperti dikejutkan dengan kehadiran seorang anak kecil yang duduk di pinggir jalan membawa barang jualannya.

Dia menghampiri anak kecil tersebut, ternyata ia tidak membeli tapi dia memberi beberapa selembar kertas kepada anak tersebut tanpa mengambil semua barang dagangannya. Anehnya disini ia juga mengajak anak tersebut untuk naik di sepeda motornya.

Ana menoleh ke arah lelaki tersebut, ia masih curiga apa yang akan dilakukan lelaki memakai helm. Rasanya ingin sekali mengetahui siapa dia, bersamaan juga Ana kagum atas perbuatannya.

Kemudian seakan-akan dunia berpihak padanya, lelaki tersebut membuka penutup kaca helm sport nya. Terlihatlah mata yang tersirat akan kehangatan.

Seorang Ana masih menatap dan herannya sosok tersebut juga menatap balik Ana sebentar lalu menunduk. Beberapa detik kemudian motor tersebut berjalan mendahului Ana karena lampu sudah berwarna hijau.

Pertemuan tanpa sengaja ini yang membuat dia heran kenapa masih teringat hingga sekarang. Sebenarnya ia mencoba melupakan hal sepele ini tapi seperti tidak di izinkan untuk melupakan.

"Maaf Nona sudah sampai"

"Oh ya, terima kasih"

"Sama-sama Non"

✨✨

Ana turun dari mobil segera menuju pintu utama perpustakaan yang ia kelola.

Di awal kedatangannya staf yang ada di dalam heboh ricuh karena kedatangan sang pemilih perpustakaan. Jarang-jarang dia datang di saat waktu lenggang seperti sekarang.

"Sstss diam nanti pengunjung lain terganggu!"

Ana berusaha mengatasi situasi agar tidak menggangu pengunjung lain. Lalu datanglah salah satu wakil kepala staf yang menghampiri nya.

"Siap kak, lagi sepi kan bukan weekend hehehe"

"Tau! tetep aja pasti ada pengunjung hari ini"

"Eh kakak kok tahu?"

"Hanya menduga saja"

"Memang ada 3 atau 5 orang hari ini"

"Alhamdulillah"

"Asal kakak tahu ya, ada seorang pengunjung setia di sini"

"Terus?"

"Orangnya ramah, sopan, dan tampan banget"

"Terus? Please nanti orangnya denger baru tahu rasa"

"Aku cuma ngasih tahu. Jarang lo sekarang cowok itu setia sama perpustakaan, yang ada malah beberapa dari mereka sibuk"

"Baguslah kalau gak punah"

"Gak punah apanya kak?"

"Pikir sendiri, aku mau nge cek yang lain dulu"

"Kak berhenti dulu mau nanya nih"

"Apa?" Ana mengehentikan langkah kakinya.

"Kalau boleh tahu tumben kakak kesini?"

"Emang gak boleh ke perpustakaan sendiri ha?"

"Ya ya- boleh kan kakak yang punya!" gadis tersebut meringis.

"Lain kali kalo nanya yang penting dikit ya anak gadis"

"Baik yang paling tua!"

"Up to you!"

"Ha?"

"Kakak jangan ngomong bahasa inggris napa? gue kagak ngerti"

"Emang kamu sekolah gak diajari?" tanya Ana sambil berjalan berkeliling perpustakaan untuk mengecek buku-buku disana.

"Diajari cuma susah"

"Mau cara cepat tanpa belajar?"

Dia mengangguk dengan mata berbinar.

"Cara jitu langsung bisa bahasa inggris?"

Dia lagi-lagi tersenyum girang.

"Mimpi"

"Ha? Gimana sih kak"

"Ya mimpi karena gak bisa kalo gak belajar"

"Kakak kok bisa bahasa inggris?"

"Kepo!"

"Please kak cerita ya" mukanya dimut-imutkan.

Next chapter?

Gimana perasaan kalian baca chapter kali ini?

Kasih komentar yang banyak agar author makin semangat nulis.

Jangan lupa share, vote, and follow guys.

Happy Reading 🌵

ABHIPRAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang