✨✨
Belum juga mengucapkan terima kasih, handphonenya berdering tertera nama Mama di sana. Bergegas ia mengangkat ternyata ada suatu kabar yang mengharuskannya kembali.
"Makasih ya minumannya, Bi Imah maaf Ira harus pulang sekarang. Sebenarnya masih banyak yang harus dibicarakan"
"Gapapa, sampaikan salam ke orang tuamu. Kamu pulangnya diantar Joko ya!"
"Akan Ira sampaikan. Tidak! nanti merepotkan, Ira bisa pulang sendiri beneran. Joko nanti kabarin lewat telpon aja ya" Joko mengiyakan perkataan Ira. Setelah berpamitan ia bergegas pulang dengan buru-buru.
Dia bersyukur menemukan kendaraan untuk dimintai tolong mengantar sampai jalan utama, jika tidak mungkin dirinya akan berjalan seperti semula meski lewat jalan tikus.
Saat kendaraannya mulai melaju ia tidak sengaja berpapasan dengan mobil mewah keluaran terbaru. Saat itu juga Ira membeo "Kok bisa ya mobil sebagus itu masuk sini. Tapi orang didalam mobil itu kayak kenal ga asing aja. Kira-kira siapa ya?"
"Stop Ra! Ga penting sekarang fokus biar cepet-cepet pulang"
"Semoga gantungan kunci ini membawa titik terang"
"Maaf Non, saya hanya bisa mengantar sampai sini"
Ira tersadar dari keterdiamannya. "Oh! Baik pak saya yang seharusnya terima kasih. Ini pak sedikit rezeki untuk bapak" ia menyodorkan beberapa lembar kertas uang berwarna merah.
Bapak tersebut menggeleng tidak mau. Dengan segala cara Ira membujuknya agar mau menerima akhirnya bapak tersebut menerima uang tersebut.
Kali ini ia berjalan kaki mencari taxi. Nada dering telpon kembali berbunyi bukan nama mamanya yang tertera tapi unknown number.
Tanpa berpikir ia menjawab siapa tahu penting pikirnya. "Hallo? disini dengan Ira sendiri"
Tidak ada sautan dari penelpon. Ia kembali melihat handphonenya tidak ada masalah dan masih menyambung.
"Hallo, ini dengan siapa?"
"Masih belum tahu rupanya?" suara tegas seorang pemuda.
"Ini siapa? Maksud anda apa?" Bergidik ngeri. Saat ingin mematikan sambungan telpon ia harus mau tidak mau mendengar suara interupsi dari seberang. "Tunggu tanggal mainnya" kalimat yang membuatnya semakin terkejut bukan main.
"Siapa anda?"
"Gadis yang malang! jangan macam-macam jika tidak keluargamu akan....." Ia mengakhiri pembicaraan dengan tawa yang menggelegar.
"Kamu! jangan pernah libatkan mereka" Ira bersuara keras.
"Temui saya di taman pinggir kota tengah malam, jika kamu ingin tahu siapa saya!"
Sambungan telpon langsung terputus. Ira mencoba menelpon kembali tapi tidak bisa. Kali ini ia mendapat setitik bukti bahwa memang benar ada dalang dibalik semua ini. Tapi siapa pikirnya.
✨✨
"Mama?"
"Ira kamu darimana nak?"
"Key sudah bangun, dia mencarimu nak"
"Aku akan menemuinya Ma. Dimana Vano dan Jay?"
"Ia kembali pulang nanti pasti kembali. Tadi mereka menitipkan ini kepadamu"
Sebuah paper bag diserahkan Mamanya. "Apa ini Ma?"
"Tidak tahu buka saja nanti, sekarang kamu temui Key ya"
Ia mengangguk lalu segera menemui sahabat yang sangat dirindukan. "Assalamualaikum" mendorong gagang pintu.
"Waalaikumsalam" rupanya orang tua Key berada di dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABHIPRAYA [END]
Teen Fiction-cerita pertama aku- ✨✨✨ Bagaimana jika tidak seorangpun mengerti kita. Apa dunia terlalu kejam atau kita yang terlalu berlebihan dalam menghadapinya. Ananda Irana Negara duduk di bangku sma dengan kata keterpaksaan dari orang tuanya. Hidup nya te...