28

85 1 0
                                    

"Aku ngalah apa syaratnya?" Ira menghembuskan nafas kasar.

"Lo harus ngabarin gue, ngerespon chat gue, telpon gue, dan video call gue"

Deg

"What!" Teriak Ira tidak terima enak saja emang dia gak punya kerjaan apa.

Gauravi langsung tertawa keras karena melihat raut wajah Ira memerah yang lucu baginya.

"Just kidding, lagian gue juga sibuk kali"

"Tapi kalo semisal aku ngehubungin lo respon ya" menaik turunkan alis tebalnya.

"Gitu aja marah, sebenarnya syaratnya bukan itu" nahan tawa.

Bom

"Please nih orang buat jantungan melulu" Ira ingin merengek rasanya.

"What ada lagi?"

"Ini yang bener yaitu-"

"Yaitu?"

"Janji sama gue ketika gue gak ada disamping lo, harus jaga diri baik-baik"

"Janji harus jadi Ira yang pemberani, pantang menyerah, dan gak nangisan"

Terdengar kata terakhir ia langsung dipelototin oleh Ira. Lagi-lagi Gauravi menahan tawa lalu tersenyum mengangguk kan kepala.

"Iya janji" Ira menjawab dikuti anggukkan kepala.

"Dan janji kita bisa bertemu entah suatu hari nanti atau di masa depan!"

"Ira janji tapi kak Gauravi juga harus janji"

"Udah hm" Gauravi menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Ira yang membuatnya terkekeh.

"Kayak anak kecil tau" Ira tertawa.

"Kak makasih ya udah bantuin banyak hal buat Ira, makasih udah ngasih saran Ira, dan tentunya makasih udah selalu ada buat Aku"

"Hm"

"Kok hm aja perasaan dari tadi hm hm terus" Ira baru menyadari jika Gauravi banyak berkata hm.

"Terserah gue, ayo kesana" Gauravi berdiri meninggalkan Ira yang melongo menatapnya.

"Pergi gak pergi ada gak ada sama aja nih orang tetep nyebelin" gerutunya pelan.

"Jangan ngomongin gue"

"Perasaan jauh loh, dia masih bisa denger"

"Pendengaran yang tajam" batinnya ikut melangkah pergi.

Mereka berjalan melewati beberapa tamu tidak banyak hanya orang-orang terdekat dan beberapa teman dari SMA.

Saat Ira menghampiri sekumpulan temannya. Ada yang berbeda dari mereka.

Cie Cie....

"Siapa?" Ira bertanya.

"Ya Lo siapa lagi coba!" Key memukul pundak Vano.

"Lo kalo mau mukul liat dulu bisa gak?"

"Gak bisa!"

"Setidaknya liat dulu ini orang apa tembok"

"Gak jelas!"

"Ngaca!"

"Cukup guys" Jay menepuk pundak Vano mengisyaratkan untuk mengalah.

"Oke gue ngalah"

"Pake bilang!"

"Key maunya kamu itu gimana hm?" Vano mengangkat sebelah alis bertanya.

"Y-ya gitu" terbata-bata.

"Hmm?"

"Apaan sih lo Van tiba-tiba jadi bernada kayak orang sabar, perasaan tadi ngegas" Key salah tingkah dibuatnya.

ABHIPRAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang