46

8 0 0
                                    

✨✨

"LO SEKARANG PAHAM? DIMANA KELUARGA LO RA KATANYA KITA KELUARGA BUKTINYA APA HA?" Mencekik leher Ira hingga sang empu menatap ke atas dengan nafas tercekat.

"Lissa lepaskan" Mamanya membantu melepaskan cekikan itu. Ternyata cekikannya terlalu kuat akibat kemarahan yang selama ini di pendam akhirnya terlepaskan.

"Lo harus mati Ra biar ngerasain gimana hidup gue hidup keluarga gue saat itu Ra" semakin mengeratkan cekikan.

"LISSA!" Zac berlari menghampiri melepaskan cekikan sang adik. Saat terlepas Lissa meneteskan air mata deras sedangkan sang Mama menatapnya tanpa arti.

"Love is blind!" Lissa berdecih.

"Satu lagi Ra! Perusahaan keluarga lo hancur. Rumah lo di sita pihak bank terus mungkin sekarang orang tua lo jadi orang pinggiran" Lissa sinis menatap Ira.

Ira menggeleng jadi ini alasannya orang tuanya tinggal di rumah Joko. Ia tidak menyangka jika di masa lalu ada hal besar yang ia tidak ketahui. Jika waktu bisa di putar mungkin tidak akan seperti sekarang. Apa boleh buat semua sudah terlambat akibat kesalahan yang tidak tahu itu benar atau tidak.

"Oops! Atau gila gara-gara kepikiran anak semata wayangnya meninggal?" Tertawa hambar, diam-diam mengeluarkan benda dibalik jaketnya.

"Stop!" Ira berteriak keras berontak berusaha membuka ikatan tangan.

Tidak lama Lisaa mengarahkan pisau ke arah Ira. "DASAR HAMA!"

"Aaahh"

Sebuah dorongan sedikit keras berhasil melepaskan pisau dari genggamannya. Lissa menatap orang tersebut berapi-api siap ingin menerkam. Tanpa banyak bicara Mama Zac mengajak Lissa keluar diikuti Zac menatap Ira tanpa arti sebelum keluar.

Tinggallah Ira seorang diri mencerna semua kejadian di depan matanya hari ini. Dia berharap semoga ada orang yang menolongnya dari tempat mengerikan ini. Walaupun jika tidak maka ia harus berakhir di tangan mereka tidak masalah yang terpenting semua terselesaikan dan semua keadaan menjadi baik seperti semula.

Memanfaatkan waktu yang ada ia kembali mencoba melepaskan diri. Ira merintih kesakitan karena pergelangan tangannya mengeluarkan darah segar. Lama-kelamaan penglihatannya mengabur menjadi gelap. Akhirnya ia menutup mata dengan rapat.

✨✨

Dua perempuan berlari tergesa-gesa menuju suatu tempat untuk menemui seorang lelaki paruh baya.

"Pak Aryo?"

Menoleh ke belakang orang tersebut tersenyum. "Bagaimana kabar Ibu?"

"Alhamdulillah baik pak. Lalu bapak sendiri?"

"Alhamdulillah baik"

"Siapa Ma?" Menyenggol lengan Ibunya.

"Lissa kenalkan beliau Pak Aryo tangan kanan Papamu. Apa kamu tidak ingat sayang?"

Menyipitkan mata Lissa tersenyum. "Pak Aryo yang dulu sering nganterin Lissa buat ketemu Papa saat meeting kan?"

Paruh baya tersebut mengangguk. "Apa kabar non?"

"Baik pak"

"Ada yang pak Aryo ingin bicarakan?"

"Sebenarnya ini tentang kejadian Bapak waktu lalu Bu."

Mengerutkan kening Mama Lissa ingin Pak Aryo menjelaskan lebih detail kejadian masa lalu. Pak aryo menjelaskan ketika kejadian menimpa Bapak, orang yang pertama kali di sana adalah Papanya Ira. Tapi memang ada bukti mengatakan jika pelakunya adalah Papa Ira dan menyengkal bahwa beliau tidak bersalah. Karena keluarga Ira yang asalnya kaya dan terpandang. Berakhir semua berita di tutup sehingga tidak ada atau bahkan sekalipun media menayangkan.

ABHIPRAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang