✨✨
Rumah dalam keadaan sepi tidak seperti biasanya mungkin ada beberapa art atau bodyguard berkeliaran kesana kemari.
Pintu tepat sekali tidak dikunci. Menyelinap masuk ke dalam perlahan, yang ia amati pertama kali adalah foto keluarga terpampang di dinding. Hatinya seketika menciut melihat wajah yang amat ia kenali. Foto berdiri dengan orang tua ditengah. Samping kanan kiri laki-laki yang sudah jelas ia ketahui Zac dan Alex. Kemudian sebelah Zac seorang gadis seumuran dengannya yaitu Larissa, tapi tidak mungkin. Ia menggeleng berusaha mengingat hingga kepalanya pusing kembali. Tidak sia-sia ternyata ia ingat itu adalah Lissa Rajasarna adik Zac yang sudah lama tidak ia ketahui keberadaannya. Kebodohan yang ia ratapi adalah mengapa tidak mengetahui dimana Lissa sekarang, terakhir informasi mengenai Lissa ada di luar negeri. Anehnya kenapa wajah Lissa sama persis seperti Larissa. Kemudian mama mereka dan di tengah seorang paruh bayah terbaring lemah di ranjang rumah sakit, yang ia ketahui adalah papa Zac sudah lama meninggal karena kecelakaan. Bagaimana bisa papa Zac masih hidup dan terpampang di foto sangat jelas bahwa foto itu di ambil tidak lama.
Ia kembali keluar tidak menyadari jika ada cctv yang sedang mengawasinya. Rupanya ada seseorang yang mengawasi dengan senyuman miring meratapi kebodohan gadis tersebut yang tidak tahu ada cctv.
Kembali ke kamar ia duduk di kursi dekat jendela yang terbuka. Angin masuk mengibarkan surainya yang panjang. Ia masih tidak memahami kejadian tadi. Kenapa wajah Lissa sangat mirip dengan Larissa, yang ia ketahui tidak ada kabar lagi mengenai Lissa seperti tiba-tiba hilang. Sekarang pertanyaannya dimana seorang anak perempuan satu-satunya keluarga Rajasarna yang sudah beranjak dewasa seperti dirinya.
"Handphone aku harus cari pasti di sekitar sini"
Ira bangkit kesana kemari mencari handphonenya di penjuru kamar. Pintu kamar terbuka menyembulkan kepala pemuda yang sudah ditebak ia Zac Rajasarna.
"Cari handphone Ra?" Suaranya membuat Ira terjingkat kaget.
"Astaga! Bisa ketuk pintu dulu kak kalo masuk kan bikin kaget kalo aku mati gimana?"
Terdengar lebay tapi bagi Zac itu suatu pertanda kesenangan sendiri. "Tinggal mati juga"
"Ha?"
"Hp lo udah gue charger" menyerahkan handphone ke tangan sang pemilik.
"Makasih ya kak"
"Hm! gue keluar dulu"
Dalam keadaan sendiri hal paling ia inginkan. Ketika membuka hp anehnya semua nomer hilang seperti hp baru padahal jelas-jelas ini hp nya ataukah nomernya baru.
"Sorry Ra!" memperlihatkan seluruh badan di balik pintu yang terbuka lebar.
"Kak Zac kan aku udah bilang"
"Hm bawel! Gue mau ngasih tahu kalo hp lo nomernya baru kemarin kecebur genangan air waktu lo ditemuin dalam keadaan memprihatinkan"
Wajah Ira sudah ingin melayangkan protes. "Gak usah protes, harusnya lo makasih"
"Iya makasih kak Zac terbaiknya Ira" tersenyum paksa tapi kenapa malah membuat Zac merasakan kehangatan dihatinya. Ia segera keluar kamar lalu memegang jantungnya yang menurutnya sudah tidak baik-baik saja.
Tepukan pundak di belakangnya membuat sang empu terjingkat. "Lo suka dia?"
"Ha?"
"Siapa tahu lo suka, suka musuh sendiri" Alex berbisik lalu melenggang pergi dihadapan Zac yang terbengong mencerna kalimat Alex.
"Gue suka dia?" Zac mengeratkan genggaman tangannya kuat hingga menampakkan urat-uratnya. Saat sadar ia segera menyusul abangnya.
✨✨
KAMU SEDANG MEMBACA
ABHIPRAYA [END]
Novela Juvenil-cerita pertama aku- ✨✨✨ Bagaimana jika tidak seorangpun mengerti kita. Apa dunia terlalu kejam atau kita yang terlalu berlebihan dalam menghadapinya. Ananda Irana Negara duduk di bangku sma dengan kata keterpaksaan dari orang tuanya. Hidup nya te...