18

17 0 0
                                    

✨✨

Di taman samping sekolah

Kecanggungan sempat meliputi mereka berdua. Di liat liat bak orang ber pacaran yang pertama kali bertemu. Tak lama kemudian.

"Ra?"

"Kak?"

"Oke kamu duluan"

"Kamu duluan"

"Eh"

"Udah gih kamu aja hm?"

Sempat bingung perasaan dia yang mengajak bicara tapi Ira yang harus duluan bicara. Menepis semua pikiran tidak guna dia langsung berbicara.

"Gimana sih rasanya bahagia?"

Deg

"Iya bahagia sebenarnya tanpa masalah aku kira kemarin bener bener bahagia nyatanya sek-"

"Sttsssst hei cukup udah. Liat aku Ra sekarang" arahnya menghadap Ira.

"Kamu jangan pernah sekali pun berpikir seperti itu. Semua orang berhak bahagia, roda kehidupan berputar. Lupakan masa lalu dan melangkah ke ma.sa de.pan" lanjutnya penuh penekanan di akhir kalimat.

"Saat ini aku bisa melewati semuanya bukan?"

"Hm"

"Selanjutnya apa aku bisa melewati nya. Apakah aku pantas bahagia seperti yang lainnya?"

"Ananda Irana Negara tidak ada yang tidak mungkin jika sudah kehendak Tuhan"

"Yah aku tahu.......tapi sekarang aku aja hampir jatuh lagi dan lagi. Aku ingin menepis semuanya bahwa aku tidak akan jatuh ke lubang yang sama. Tapi gimana aku harus bertahan ha?" sangkalnya tidak mungkin terjadi.

"Lupakan apapun yang sudah terjadi. Perjalanan mu masih panjang, mimpi mu belum kamu gapai bukan?"

"Iya benar"

"Sttsts ada seseorang yang harus kamu bahagiain. Kamu jangan takut memulai karena kegagalan awal keberhasilan. Lawan semuanya hadapi bahwa kenyataan tak seburuk itu"

"Ya, seharusnya aku bertahan demi mama papa, mimpiku, dan orang sekitar ku"

Senyum mengembang terbit di wajah Ira. Masa depan harus kita hadapi jangan masa lalu. Sudah kali ini benar benar harus di sudahi. Detik ini Ananda Irana sudah benar benar muak dengan drama yang di buat khayalan nya. Perlu di ingat bahwa satu persatu mulai berubah menyayangi nya. Wajah kedua orang tuanya terbayang di benaknya. Ingat teman teman nya yang setia menunggu nya. Dan masa depan yang menantinya.

"Apakah suatu saat nanti ada seseorang yang ditakdirkan untuk membantu ku menjadi rumah kedua ku setelah orang tua ku?" senyum nya tipis sangat tipis mendongak ke langit.

"Semoga yang pasti itu kehendak Tuhan" responnya menghadap sang empu.

"Hm aku selalu ada untuk mu" lanjutnya.

"Yakin?" kekehan keluar di akhir kalimatnya. Ia berusaha merubah suasana setelah menyudahi keseriusan yang terjadi beberapa detik barusan.

"Ada temen temen aku jug-" lanjutnya.

"Hm"

"Ha?"

"Hm"

"Ha apa hm doang nyebelin nih orang lama lama tadi aja udah kayak psikolog eh sekarang udah kambuh gajelasss" beonya melotot tidak terima.

Pletak

"Jangan ngumpatin gue"

"Auh sakit tau benjol nih"

"Lebay"

"Emang siapa yang ngumpatin, sini gantian" berniat ingin membalas malah Gauravi kabur berlari.

Merasa tidak terima ia ikut berlari kejar kejaran layaknya anak anak. Tidak menyadari dari tadi ada yang mengawasi mereka sambil terkekeh geli.

"Berhenti gak"

"Gue olahraga"

"Ha? Olahraga jadi dari tadi lari di kira apa gak salah denger berhenti gak woi"

"Woi woi woi mulai nih?"

"Mulai apa? Berhenti atau gak-"

"Siapa lo ngatur ngatur gue"

Dengan suasana hati yang memanas dia memutuskan untuk mengalah duduk kembali di bangku semula. Duduk terdiam sambil mengawasi gerak gerik Ravi yang katanya sih olahraga. Atau memang dia tidak menyadari bahwa sang korban sudah berada di tempat semula.

"Temen temen dimana ya? Kira kira yang ngebongkar semuanya siapa coba"

"Dan dia jadi-"

"Oh atau jangan jangan?" beonya seketika mata nya membulat tidak percaya jika pelaku nya.

Pletak

"Ishhh"

"Ngelamun mbak?"

"Gak nanya"

"Jadi orang suka marah marah cepet tua entar makin ngereog" terdengar biasa tapi tidak untuk orang di sampingnya seperti merasa tersindir. Seketika matanya memincing tajam ber isyarat "Apa?"

"Gue cuma bicara apa salah hm?"

"Au ah aku pulang aja, enak enak ngelamun malah di ganggu"

Saat ingin berdiri tangan nya tiba tiba di cekal oleh seseorang ya itu Gauravi oh bukan dia adalah........

"Tidak ada yang tidak mungkin jika sudah kehendak Tuhan"
- Gauravi Nara

"Masa depan harus kita hadapi jangan masa lalu"
- Ananda Irana Negara

Gauravi Nara makin menjadi jadi gak nih (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
Irana semakin menjadi lebih baik (⁠•⁠‿⁠•⁠)

✨✨

- Gimana chapter kali ini?
- Baper gak nih?
- Pesan buat Gauravi?
- Kesan buat Irana?
- Siapa nih yang mencekal tangan?

Next Chapter?
Tungguin kelanjutannya jangan lupa spam like, vote, comment.
Happy Reading guys

ABHIPRAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang