✨✨
Sekarang ia berhenti di rumah bernuansa alami dan asri. Rumah ini tersusun dari bahan bahan alam yaitu kayu jati. Sepertinya sangat nyaman jika tinggal di dalamnya.
Tanaman hias terdapat di bagian depan rumah, juga perkebunan yang mengapit samping rumah tersebut.
"Eh gadis cantik!"
Menoleh ke belakang. "Bi Imah" berlari memeluk perempuan paruh bayah.
Melepaskan pelukan, perempuan tersebut langsung menanyakan kabar. "Nona Ira apa kabar?"
"Ira baik, lalu Bibi sendiri?"
"Alhamdulillah Non" mengelus surai rambut Ira yang mulai panjang.
"Masuk dulu Non, tidak enak jika berbicara di depan"
"Baik Bi, terima kasih" mengekor di belakang Bi Imah menuju ruang tamu.
Perempuan paruh bayah tersebut segera masuk ke dalam rumah tidak lama ia kembali menuju ruang tamu menyuguhkan minuman untuk tamu istimewanya.
"Minum dulu" mempersilahkan Ira.
Mengangguk tersenyum tidak lama ia menggeleng. "Nanti ku minum Bi"
"Non kok bisa tahu rumah Bi Imah?"
Ia mendekati Bi Imah lalu berbisik pelan. "Dari seseorang Bi"
Bi Imah terkejut bukan main. "Non, maksudnya?"
"Cukup aku aja yang tahu Bibi jangan, oke!" terkekeh.
Berkali-kali Bi Imah tersenyum lalu geleng-geleng dengan tingkah Nonanya. "Sekarang kamu sudah besar ya"
"Besar?" Mengerutkan kening.
"Iya, dulu waktu Bibi masih jadi pengasuh. Kamu itu manis, lugu, gadis kecil yang manis. Walau kamu banyak menutup diri dengan orang sekitarmu"
"Hm! Aku kira yang bibi maksud besar tadi pohon kan jadi reflek" merengek membuat lelucon yang tidak mungkin lucu jika di depan temannya.
Ia hampir lupa jika saat ini sedang bersama Bi Imah. Orang yang tentu akan tersenyum dengan apapun kalimat yang keluar dari mulut Ira.
"Kamu masih ingat Bibi rupanya"
"Bi Imah mah suka gitu"
"Kamu ga banyak berubah tetap gadis manis yang dulu. Sifatmu di depan Bibi yang sangat amat jauh berbeda jika dihadapan yang lain. Bibi berharap terutama hubunganmu dengan orang tuamu...." terdengar suaranya parau.
Ia memegang tangan Bi Imah. "Bibi tenang aja. Aku yang sekarang bukan yang dulu dikit-dikit....ya Bibi mungkin tahu" ia mengedikkan bahu lalu tertawa terbahak-bahak.
Hal ini juga membuat Bi Imah kembali tersenyum seperti semula kemudian ikut terkekeh. "Nona sendiri kesini?"
"Iya memang Bibi kira sama siapa?"
Bi Imah celingak-celinguk ke arah pintu depan. "Oh! orang tuamu tahu jika kamu kesini?"
"Jelas tidak Bibi, ada banyak hal terjadi selama ini asal Bibi tahu"
"Non" mengusap tangan Ira dengan wajah tanda tanya.
"Tapi tenang Bi semua akan terselesaikan. Aku kira Bibi akan lupa denganku. Sudah lama Bibi meninggalkanku dan semua orang mungkin melupakan Bibi kecuali aku"
"Nona tidak boleh bicara seperti itu"
"Astaga! itu fakta Bi Imah"
"Sebelumnya maaf ya Bi, Ira cuma mau nanya"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABHIPRAYA [END]
Teen Fiction-cerita pertama aku- ✨✨✨ Bagaimana jika tidak seorangpun mengerti kita. Apa dunia terlalu kejam atau kita yang terlalu berlebihan dalam menghadapinya. Ananda Irana Negara duduk di bangku sma dengan kata keterpaksaan dari orang tuanya. Hidup nya te...