✨✨
Terlihat Vano mengucapkan suatu kata doa untuknya. Ia tersenyum melihatnya meski terdengar samar-samar.
Key berusaha mengatakan. "A...ku...tu...su...ka...ka-" ucapannya terpotong oleh nafasnya yang menipis.
Vano mengarah ke bawah untuk melihat apa yang di bicarakannya. Ia ketara khawatir, Key berharap Vano mendengarnya.
"Su...ka?" Vano menyipit tapi ia kembali fokus berlari.
"Stss kamu diem dan berdoa ya"
Key mengangguk dengan peluh yang membasahi dahinya. Cairan kental berwarna merah tidak ada hentinya. Ia mulai kehabisan tenaga.
Dirinya berusaha tetap membuka mata lalu beberapa detik kemudian nafasnya naik turun tidak karuan. Dadanya berdebar kencang, tanpa disangka ia berakhir menutup mata secara perlahan-lahan.
"KEYRAA" teriak histeris Vano keras.
"Ya Allah Key bangun" terduduk pada kasarnya aspal jalanan.
Dari arah belakang terdengar deru mobil melaju. Segera ia menoleh berniat memberhentikan. Ternyata mobil mendekat berhenti tepat di belakangnya.
Dua insan manusia berbeda gender keluar, ia adalah Jay dan Ira.
"Van? Kamu gak papa?" Ira mendekat dan langsung duduk bersimpuh di depannya.
"Keyraa" menangis menggeleng tidak percaya.
"Van cepet lo bawa Key ke mobil" perintah Jay langsung diangguki.
Di dalam mobil mereka bertiga terus merapalkan bacaan doa agar Keyra selamat.
"Key ini salah aku! Coba aja kalo itu gak bakal terjadi pasti aku yang kena sekarang" menangis tersedu-sedu.
"Ra yang harus kita lakuin sekarang berdoa jangan nyalahin diri sendiri" Jay menoleh ke arahnya.
Sedangkan Vano terdiam di belakang dengan kepala Key yang bersandar di dadanya.
Tidak ada yang tahu bagaimana pikiran Vano saat itu juga. Semua memilih membisu dari pada berbicara kembali.
✨✨
Rumah sakit Islam kota tujuan mereka saat ini. Mobil melaju begitu cepat hingga mereka sudah sampai. Karena jarak dengan rumah sakit tinggal beberapa meter saja. Hal ini di sebabkan Vano yang berlari sehingga jaraknya tidak terlalu jauh.
Saat sampai di depan pintu UGD rumah sakit. Vano segera membuka pintu mobil dengan keras.
"TOLONG CEPET"
"DOKTER SUSTER TOLONG"
Ia berteriak sambil menggendong Keyra. Beberapa pihak rumah sakit langsung membawa hospital bad atau ranjang rumah sakit khusus pasien.
Ia segera meletakkan Key dengan hati-hati. Lalu mereka membawa Key menuju ruangan khusus. Di perjalanan Vano tidak henti-hentinya memanggil manggil namanya.
Sepanjang perjalanan genggaman tangannya pada tangan Key tidak terlepas. Rasanya berat jika ia melepaskan begitu saja.
"Key"
"Key gue tahu lo kuat"
Saat sampai di depan pintu ruangan mereka berhenti dan salah satu suster berujar. "Maaf Mas, tunggu di luar"
Menggelengkan kepala. "Saya ikut masuk"
"Tidak bisa, mohon kerja samanya!"
Jay dari belakang menepuk pundaknya untuk meyakinkan bahwa semua demi Keyra. Ia berakhir setuju dengan melepaskan genggaman tangannya perlahan-lahan.
Langsung pihak rumah sakit mendorong hospital bad ke dalam menuju ruangan operasi.
Keyra langsung di operasi saat itu juga. Semua administrasi sudah di urus oleh Ira.
Suara langkah kaki berlari mendekat ke arah mereka. "Dimana Key?"
"Udah masuk ke dalam" Jay berdiri di sebelah Vano yang terlihat bersandar pada dinding dengan tangan yang menutupi wajah.
Ira mendekat beberapa jarak di hadapan Vano. "Van"
Vano mengangkat sebelah tangan lalu pergi dari hadapan Ira untuk duduk di kursi depan ruangan.
"Van, aku cuma mau-"
"Lo ga paham sama intruksi gue?"
"Ya itu-"
"Ra lo diem atau pergi dari sini" menekankan setiap kata katanya.
"Ra udah lebih baik duduk" Jay menengahi mereka. Ira menyetujui langsung duduk di kursi yang sama oleh Vano hanya beberapa jarak.
"Maklumin aja mungkin dia lagi kebawa"
"Maksud lo kebawa apa?" berdiri seketika langsung mencengkram kera baju Jay.
"Istighfar Van"
"Astagfirullah haladzim" ucapnya beberapa kali mengusap dada.
"Lebih tenang sekarang?" Jay berucap langsung diangguki Vano.
"Inget kita gak bisa salahin siapapun. Ini musibah yang gak kita duga juga"
"Tapi lo tahu kan" melirik ke arah Ira yang sedang menunduk menangis.
"Semua perlu bukti"
"Di depan mata kita masih perlu bukti?"
"Cukup! Nanti kita bahas, sekarang fokus ke Key semoga operasinya lancar"
"Aminn" Vano kembali berdiri kali ini di dekat pintu ruang operasi.
"Lo udah kabari orang tuanya?" Jay bertanya ke pada Vano.
"Udah aku hubungin" bukan Vano yang menjawab tapi Ira.
"Kalo gitu gue kabarin Ana"
"Jangan!"
Mengerutkan kening. "Maksudnya?"
"Bukan situasi yang tepat kita gak tahu gimana kondisinya sekarang"
"Kamu paham kan?"
"Ya" Jay mengiyakan.
Jam berjalan detik demi detik terlewatkan. Sudah hampir dua jam Key belum keluar atau sekedar mendapat informasi mengenainya.
Tinggallah Ira seorang diri di depan ruangan tersebut. Dua pemuda tadi pergi untuk menunaikan ibadah.
Ia berjalan mondar-mandir dengan pikiran berkecamuk. "Key kamu harus sembuh, kamu orang yang kuat. Aku yakin kamu bisa" menggigit jari.
Dari arah samping terlihat dua orang paruh baya menghampiri ruang operasi. Mereka adalah kedua orang tua Keyra. Tampak raut wajah khawatir dan sedih menjadi satu.
"Bagaimana keadaan Keyra?" Ucap perempuan paruh baya bersamaan menetesnya air mata.
"Sabar Ma"
"Gak bisa Pa" menangis tersedu-sedu.
"Keyra masih di dalam belum keluar" Ira menunduk.
Ceklek
Suara pintu terbuka menampilkan sosok laki-laki berpakaian khusus. Ia adalah dokter yang menangani pasien.
"Keluarga pasien atas nama Keyra Varhani?"
Mereka segera menghampiri terutama kedua orang tua Key. "Iya dok kami orang tuanya"
"Bagaimana keadaan Keyra dok?"
"Keadaannya cukup-"
Next Part?
Sedih dengan kondisi Keyra saat ini.
Apa maksud dari Ira?
Bagaimana keadaan Keyra?
Apa yang sebenarnya terjadi?
Gimana perasaan kalian baca part kali ini?
Jangan lupa vote, comment, dan share sebanyak-banyaknya agar author semakin semangat nulis.
Thank you buat kalian semua guys.
Happy Reading 🌵

KAMU SEDANG MEMBACA
ABHIPRAYA [END]
Teen Fiction-cerita pertama aku- ✨✨✨ Bagaimana jika tidak seorangpun mengerti kita. Apa dunia terlalu kejam atau kita yang terlalu berlebihan dalam menghadapinya. Ananda Irana Negara duduk di bangku sma dengan kata keterpaksaan dari orang tuanya. Hidup nya te...