9

4.4K 194 0
                                    

Sudah dua hari sejak Pram menawarkan bantuan pada Annette,  dua hari juga gadis itu tidak menampakkan dirinya. Membuat Varon kebingungan. Dia sudah mencoba menghubungi namun tidak di jawab. Ia gusar, takut Annette pergi dari sini karena ada dirinya dan Sangga.

"Sebenarnya dimana Annette?" Alika yang baru saja masuk dari pintu utama hanya mengangkat bahu tanda tidak tahu.

"Mungkin di apartemennya" jawab gadis itu seadanya.

Varon menghela napas. Jika benar seperti itu, berarti Annette sangat ingin menghindar dari dirinya sampai kembali ke apartemen.

"Varon?"

Pria itu menoleh dan mendapati Pram tengah duduk di sofa menghadap padanya. Perlahan Varon melangkah mendekati pria baya itu.

"Dimana Annette, paman?" Pria tegap itu terlihat lesu. Membuat Pram terkekeh kecil.

"Tidak usah mencarinya, biarkan saja"

Varon mendongak tidak percaya "Kenapa paman berbicara seperti itu?"

"Annette sedang bekerja, nanti kalau sudah waktunya pasti dia akan kesini lagi"

Varon mengangguk pasrah "Tapi jika di tidak kesini lagi, aku harus apa? Paman tahu sendiri Annette tidak menyukaiku berada disini"

Pram paham kekhawatiran Varon, tapi dia masih tidak mau menjelaskan rencananya pada pria ini. Biarlah ia menjalankan kemauannya dulu.

"Dia akan kesini, percayalah padaku" Pram membalas tatapan Varon dengan yakin.

"Iya paman. Ah.. aku ingin berterimakasih padamu karena sudah mau menerimaku dan Sangga untuk sementara disini"

"Hmm.. Semua ini ada bayarannya, kau tahu? Kau harus mengembalikan Annette ku yang dulu, yang bisa membuatku tertawa karena kekonyolannya dan juga membuat cucu ku jadi anak hebat dan bahagia. Sanggup?" Pram menatap lekat Varon.

Di tempatnya, Varon agak berembun sebab hatinya seperti terhimpit  setelah mendengar kalimat ayah Annette. Dirinya bersyukur, pria ini begitu sabar menghadapi masalah yang lumayan besar yang terjadi pada putri kesayangannya.

Varon menunduk "Maafkan aku paman. Maaf karena sudah membuat hidup Annette berantakan. Iya, aku berjanji semua yang kau katakan tadi akan berusaha aku wujudkan" Suaranya terdengar lirih namun Pram tahu ada ketegasan disana.

"Sudahlah, sekarang sudah malam. Ambil Sangga dari neneknya karena bisa-bisa anak itu tidak akan tidur dibuat Hashi"

Varon terkekeh kecil "Sekali lagi terimakasih" kemudian bangkit dan pergi ke gazebo belakang rumah, dimana suara tawa Sangga berasal.

°°°

"Ayah, dimana bibi Anne?" Sangga baru saja selesai menyikat gigi dan menghampiri Varon yang tengah mencuci tangannya. Mereka tengah bersiap-siap untuk tidur.

Varon menoleh "Tidak ingat apa yang ayah bilang waktu itu?"

Sangga mengernyit heran "Apa?" Tanya bocah itu polos. Sebab sudah banyak hal yang ayahnya bilang padanya beberapa hari ini, tentu saja ia bingung.

"Bibi Anne itu ibumu, ingat?

Sangga diam. Membuat Varon ikut terdiam juga "Kenapa?" tanyanya kemudian.

"Bibi Anne tidak seperti ibu" kalimat pendek itu sukses menyentak Varon. Mengapa Sangga berbicara begini?

"Sangga tidak boleh berbicara seperti itu. Dia ibumu"

AFFECTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang