''Terkadang, imajinasi lebih menyakitkan, dari pada kenyataan yang ada.''
Lauren dan Darrel saat ini berada di salah satu mall yang ada di Jakarta. Mereka sedang mencari kado yang sempurna untuk mama Darrel. Sedangkan Cia dan teman-teman Darrel, mencari alat dan bahan untuk merayakan ulang tahunnya nanti.
''ini bagus.'' tunjuk Lauren, pada salah satu jajaran baju yang ada di mall.
''jangan ren, cari yang lain aja,'' tolak Darrel, saat melihat baju tersebut. Baju itu sama sekali bukan style mamanya.
''oh, oke.''
Mereka lanjut berkeliling mall, karna sejak tadi, mereka sama sekali belum menemukan kado yang pas.
Darrel menatap sebuah jejeran alat make up, tapi mamanya juga sudah banyak memilikinya. Tolong, kenapa mencari kado untuk perempuan sesusah ini?
''gue tau!'' ucap Lauren tiba-tiba.
''lo beliin, liontin aja gimana?''
Darrel tampak berpikir sejenak. ''boleh.'' reflek menggandeng tangan Lauren.
Lauren yang kaget, hanya mengikuti langkah Darrel yang mau kemana.
Sesampainya mereka di toko perhiasan. Keduanya sama-sama bingung mau membeli yang mana. Bayangkan saja, di dalam toko ini ada begitu banyaknya macam perhiasan.
''enaknya, beli yang mana?'' tanya Darrel kepada Lauren.
''lah, gue udah pusing lihatnya,'' bisik Lauren.
''terus gimana?'' Darrel yang tadinya pusing mau cari hadiah apa. Sekarang dia malah pusing, mau pilih yang mana.
''mending kita tanya aja,'' saran Lauren.
''bener juga.''
Darrel pun mengajak Lauren menuju ke depan, menemui salah satu karyawan toko ini.
''mbak, liontin yang paling bagus di sini apa?'' tanya Darrel.
''bentar ya kak, saya ambilin dulu.''
Karyawan itu pun kembali dengan membawa kotak warna hitam di tanggannya.
''ini kak, dilihat dulu.'' Dea menyodorkan, kotak hitam itu.
Darrel dan Lauren pun membuka kotak tersebut, untuk melihat seperti apa bentuk kalungnya.
Sebuah kalung berwarna silver dengan liontinnya yang berbentuk lingkaran. Bagian yang paling menarik adalah, bandul liontin ini bisa dipasang sebuah foto.
''bungkus, mbak.'' ucap Darrel, dia sangat suka dengan kalung ini, sejak pertama kali melihatnya. Jadi, tak heran jika Darrel langsung membelinya tanpa pikir panjang.
Karyawan itu pun langsung bergegas menyiapkan pesanan Darrel. Dia membungkusnya seperti apa yang diminta oleh Darrel.
Sembari menunggu pesanannya jadi. Darrel sekarang, tengah memperhatikan Lauren. Terlihat di sana, Lauren sedang memperhatikan macam-macam kalung yang dipajang.
Darrel mengikuti arah padang Lauren, ternyata Lauren sedang menatap sebuah kalung yang terlihat sederhana tetapi sangat cantik.
Pernah mendengar? Bahwa kecantikan berasal dari kesederhanaan. Itulah yang saat ini Darrel simpulkan.
Setelah menatapnya cukup lama, Darrel mengalihkan padangannya, karena pesanannya sudah siap.
''ini mas.''
Setelah membayarnya, sekarang mereka tinggal mengambil kue ulang tahun, yang telah dipesan oleh Darrel.
''semoga, mama bisa suka sama kejutan yang gue buat.''
Lauren tersenyum, ''mama lo pasti suka. Seorang ibu mana sih? Yang nggak bahagia diberikan kejutan oleh anaknya.
Memikirkan soal ibu. Membuat Lauren merindukan ibunya. Andai, dia bisa membuat kejutan untuk ibunya. Andai, dia bisa membuat bahagia ibunya. Lalu melihatnya tersenyum senang ke arahnya. Semua itu hanyalah mimpi Lauren yang tak akan pernah terwujud.
Setelah menempuh waktu yang cukup lama, kini mereka semua sudah sampai di depan rumah Darrel. Semua sudah bersiap untuk masuk ke dalam rumah. Rasanya, Darrel takut ini akan berjalan tidak sesuai yang dia harapkan.
''langsung aja, kita?'' tanya Bagas.
''ayo,'' ajak Darrel.
Mereka berjalan mengendap-endap. Agar, keberadaan mereka tidak diketahui oleh mama Darrel.
Darrel melihat mamanya ada di dapur, sedang memasak makanan. Dia dan yang lainnya pun langsung menuju tempat tersebut.
''happy brithday, to you.
happy brithday, happy brithday.
happy brithday, to you.'' mereka bernyanyi dengan sangat kompak.Riana yang sedang memasak pun terkejut, dia membalikkan tubuhnya. Ternyata, anak semata wayangnya dan teman-temannya, sedang ada di hadapannya sambil membawa kue, hadiah, dan aneka ragam hiasan.
Mata Riana berkaca-kaca, sungguh, Dia terharu. Ia pikir, dia tidak akan diberi sebuah kejutan seperti ini.
''kalian semua-'' Riana tak mampu melanjutkan ucapannya. Dia sedih sekaligus senang hari ini. Bahkan, dirinya lupa akan ulang tahunnya sendiri karena terlalu sibuk mengurusi rumah. Tapi tanpa diduga, anaknya membuat sebuah kejutan untuknya.
''ayo ma, tiup lilinnya.'' ujar Darrel, membuyarkan lamunan mamanya.
''somoga, semua akan selalu seperti ini.'' setelah mengatakan itu dalam hati, Riana langsung meniup lilin tersebut hingga padam.
''mama, Darrel sayang mama. Darrel tau kalau usia mama tidak lagi muda. Tapi mama masih terus berjuang untuk keluarga kita.'' Darrel memeluk tubuh ringkih mamanya dengan erat.
''Darrel, anak mama. Nggak terasa, kamu sudah sebesar ini. Dulu, kamu masih merengek untuk ikut mama jika mama pergi. Tapi sekarang, kamu bisa pergi sesuka hati kamu. Dulu, kamu masih takut untuk menghadapi dunia, dan meminta perlindungan kepada mama. Tapi sekarang, kamu bahkan bisa melawan dunia untuk melindungi mama.'' Riana tak kuasa menahan air matanya.
Anak yang dulu setiap hari membuat rumah berantakan, karena mainannya kini sudah tumbuh dengan baik. Anak yang dulu selalu menangis jika keinginannya tidak terwujud. Kini sudah bisa mewujudkan keinginannya sendiri, bahkan keinginan orang lain.
Kalau boleh jujur, Riana ingin kembali ke masa dulu. Ia ingin Darrel tetap menjadi anak kecil. Ia ingin Darrel selalu bergantung kepadanya. Ia ingin Darrel selalu berada di sampingnya.
Anggap saja dirinya egois, tapi Riana tidak perduli. Ia seorang ibu.
Lauren menatap pemandangan indah itu dengan nanar. Ia tidak seberuntung itu untuk bisa menikmati kehangatan sebuah keluarga.
''kalau gue nggak terlahir dari sebuah keluarga yang sempurna, maka keluarga yang sempurna harus terlahir dari gue.''
~~~🍭🍭🍭~~~
Kalian merasa, cerita ini gimana?
Jujur takut banget kalau cerita ini jelek dan pesan di dalamnya nggak tersampai.Ada yang mau diceritain?
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M BACK [THE END]
Teen Fiction''Konon katanya, Laki-laki hanya jatuh cinta sekali seumur hidup, sisanya hanya melanjutkan hidup.'' Setiap manusia di bumi, pasti merasakan namanya jatuh cinta. Namun, Valenthyna Lauren Arcellio, belum pernah merasakan jatuh cinta dalam hidupnya. S...