14. jepit rambut.

484 29 0
                                    

''Kecantikan manusia, bukan diukur dari, warna kulit, rambut, dan mata. Melainkan, dari cara manusia lain, menatapnya seperti apa.''

Udara malam hari, terasa begitu dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udara malam hari, terasa begitu dingin. Lauren masih terjaga dari tidurnya. Kiren sakit, badannya panas, namun tubuhnya menggigil. Lauren tak berhenti mengganti kompres Kiren. Sesekali, ia menggosok tangan adiknya.

''Mbak Lala, Ayah udah ditelpon?'' tanya Lauren, ketika Mbak Lala masuk ke dalam kamar Kiren.

''sudah non, masih dalam perjalanan. Sebaiknya, non Lauren istirahat. Biar Mbak Lala yang jagain non Kiren.'' kata Mbak Lala khawatir, sejak tadi Lauren tidak istirahat sama sekali.

''Lauren istirahat di sini, aja Mbak.'' kata Lauren, kembali duduk di kursi, yang ada di pinggir kasur Kiren.

''Mbak Lala duduk di sofa, kalau ada apa-apa bangunin Mbak. Ya non,'' ucap Mbak Lala.

Lauren mengelus rambut Kiren, sambil memejamkan mata. Rasa kantuk tiba-tiba datang. Lauren menjatuhkan kepalanya, di kasur. Ia pun tertidur pulas.

''sayang, bangun. Nak,'' kata Arcellio, sembari mengelus rambut putri sulungnya.

Lauren merasa terusik dari tidurnya.
''Ayah?'' ujarnya dengan nada lemah. Nyawanya belum terkumpul semua.

Lauren melirik jam weker di atas nakas. Ternyata, sudah pukul 6 pagi.

''mandi, mau sekolah kan?'' kata Arcellio, dengan hangat.

''tapi- Kiren?''

''biar Ayah yang jaga. Kamu gak usah khawatir.'' Arcellio berusaha menyakinkan Lauren.

Lauren mengangguk setuju.
''pulang sekolah, Lauren beli martabak manis ya, buat Kiren.'' Kiren kalau sakit, dia suka makan martabak manis. Jadi, Lauren ingin membelikannya.

''iya,'' kata Arcellio.

Lauren pergi menuju kamarnya. Ia akan menyiapkan buku, dan alat tulis. Setelah semuanya siap, baru ia akan mandi.

Lauren sudah berpakaian lengkap, dan rapi, dengan seragam SMANIBA yang melekat pada tubuhnya.

''ini bekal, non Lauren.'' Mbak Lala memberikan Lauren kotak makan berwarna putih, dengan gambar bunga daisy di tengahnya.

''aku berangkat ya, Mbak.'' Lauren pergi dari dapur. Ia berjalan menemui Ayahnya, untuk berpamitan.

Lauren pergi sekolah, menaiki bus. Arcellio menjaga Kiren di rumah, itu sebabnya ia tidak bisa mengantar Lauren.

Lauren berjalan dengan lesu. Jujur, ia masih kepikiran dengan keadaan Kiren di rumah. Walau pun sudah ada Ayahnya, tapi rasanya tetap tidak nyaman.

''WOII, LAUREN!'' pekik seseorang, dari belakang.

I'M BACK [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang