35. cinta yang efemeral.

396 22 0
                                    

''Jika ternyata kau adalah angin. Aku rela menjadi butiran debu yang tak terlihat. Meski begitu, aku abadi dalam dekapanmu.''

Lauren terbangun dengan keadaan yang sangat kacau, kedua matanya sembab akibat menangis, rambutnya sangat kusut, siapa pun yang melihatnya, mungkin akan mengira dirinya orang gila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lauren terbangun dengan keadaan yang sangat kacau, kedua matanya sembab akibat menangis, rambutnya sangat kusut, siapa pun yang melihatnya, mungkin akan mengira dirinya orang gila.

Lauren mencuci mukanya di wastafel kamar mandi. Ia menatap wajahnya lama di cermin.

Seorang wanita memasuki kamar Lauren. Ia duduk di pinggiran ranjang, mengelus rambut Lauren halus.

''sayang, jangan seperti ini, nak.'' suaranya begitu lembut didengar oleh Lauren. Sampai-sampai, Lauren berusaha keras untuk membuka matanya yang terasa berat.

''tidurlah, sayang. Jangan dipaksa.'' wanita itu tahu, kalau Lauren memaksa membuka matanya.

''putri sulung Bunda hebat, dia kuat bertahan sampai sekarang.''

''biarkan Ayahmu menikah dengan pilihannya. Jangan menangis, Bunda selalu bersamamu dan Kiren.''

''hati, Bunda selalu berada di dalam hati kalian. Jaga Kiren, tugasmu belum selesai di dunia ini, nak. Jangan kembali dulu, raih semua mimpimu.''

''bahagiakan Bunda dari sini, Bunda mencintai kalian.'' wanita itu mencium kening Lauren lembut.

Air mata Lauren mengalir begitu deras mendengar suara lembut itu. Kini, suara itu perlahan menghilang, dan tidak terdengar lagi.

Lauren menangis lagi di depan cermin. ''aku rindu, Bunda.'' isaknya terasa begitu menyakitkan.

Lauren mandi dan bersiap. Ia akan berangkat pergi ke sekolah, dan membuat Bundanya bangga di atas sana.

''kakak kemarin pulang sama siapa?'' tanya Kiren ketika Lauren duduk di kursi meja makan.

''sama kak Kenzo.''

''Lauren, Ayah mau ngomong sama kamu.'' Arcellio berdiri dan berjalan menuju halaman belakang.

Lauren menghela nafas pasrah. Ia berdiri dan mengikuti Ayahnya.

''sejak kapan kamu menjadi anak yang tidak punya sopan santun?''

''pamitnya ke kamar mandi, tapi malah keluar sama Kenzo.''

''aku gak keluar sama kak Kenzo,'' sanggah Lauren.

''terus? Kemarin malam ngapain?''

''dia cuma nganterin aku pulang, nggak lebih.''

''sudah minta izin sama Ayah, kamu?'' Arcellio berusaha mengontrol emosinya. ''Ayah gak suka kamu seperti ini, kamu gak malu sama tante Diana?''

''kenapa aku malu? Dia bukan siapa-siapa aku, Yah.''

''Lauren,'' geram Arcellio. ''dia calon ibu kamu.''

''Lauren gak mau!'' teriak Lauren kencang. ''gak ada yang bisa gantiin posisi Bunda!''

I'M BACK [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang