50. pilihan yang terbaik.

1K 28 6
                                    

Yey! Sampai bab 50🎉🎉🎉🎉

Gimana nih, perasaan kalian ketika sampai pada bab ini?

Tata harap, kalian semua suka!!

Jangan lupa vote!

Kenzo duduk termenung di bawah pohon besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenzo duduk termenung di bawah pohon besar. Ia sudah 2 bulan di Yogyakarta. Hampa, tidak ada orang yang dia sayangi di sini. Hidup sendiri, memang tidak semenyenangkan itu. Melakukan semuanya sendiri, walau pun ada Tian di sini. Namun, rasanya seperti ada yang kosong. Hatinya, jiwanya, hidupnya, dan pikirannya. Semua ada di Jakarta.

Kalau bukan karena ingin menjadi lebih baik. Kenzo sudah lama meninggalkan kota Yogyakarta ini. Apalagi, Aditama telah divonis mengidap penyakit jantung. Berbulan-bulan ia dirawat di rumah sakit. Namun kondisinya tak kunjung membaik. Kenzo sangat sedih. Ia baru bertemu Ayahnya, Kenzo tidak mau kehilangannya. Semesta telah mengubah hidupnya seratus persen.

''gue nggak betah di sini,'' celetuk Kenzo pada Tian, yang berada di sampingnya. ''gue pengen pulang,'' lanjutnya.

''masih lama,'' tegur Tian.

''nggak enak ya, jadi dewasa?'' tanya Kenzo.

Tian menarik napas panjang, dan menghembuskannya. ''ada enaknya, ada gak enaknya. Hidup tidak selalu enak. Kadang kala, kita harus merasakan sakit jika ingin bahagia.'' Tian berhenti sejenak. ''contoh, lo pengen makan ayam. Sedangkan lo gak punya uang, berarti lo harus kerja supaya bisa dapat uang, dan lo bisa makan ayam.''

''gue tahu apa yang lo alami. Tapi please, jangan menyerah, okay?''

Kenzo tersenyum masam, ia tak tahu apa dia masih kuat atau tidak. ''kalau misal, gue sudah duluan, tapi mimpi gue belum tercapai, gue harus gimana?'' Kenzo bertanya hal random.

''masih lama. Lo jangan ngomong hal yang gak masuk akal!''

''takdir nggak ada yang tahu, Yan.''

''bacot!'' Tian memegang pundak Kenzo erat. ''lo ingat, ada Lauren yang nungguin lo, ada Mama Luna yang masih pengen lo buat bahagia.''

Kenzo terkekeh melihat sikap Tian yang menurutnya berlebihan. Ia hanya bertanya hal random, kenapa harus ditanggapi serius? ''gue bercanda. Gak usah tegang juga, tuh muka,'' ledek Kenzo.

''gue gak mau tahu! Kita harus wisuda bareng, kita harus kayak gini selamanya!'' kata Tian tidak mau dibantah.

''kangen MANGGALA yang dulu.'' Kenzo menatap awan biru di atas sana. ''kayak baru kemarin ya, kita bareng-bareng, tapi sekarang sudah punya jalan masing-masing.'' Kenzo menarik napas panjang. ''gue kangen hidup gue yang dulu.''

''hidup selalu berubah, Ken. Lo gak bisa minta yang indah selamanya.''

''sebentar lagi Lauren ulang tahun. Gue gak tahu harus bagaimana,'' adunya pada Tian.

''tinggal kasih kado, sama kue. Apa susahnya?''

Gelengen kecil, tampak pada gestur laki-laki berkalung rantai itu. ''kami udah nggak kayak dulu lagi. Ada tembok pembatas yang menghalangi komunikasi kami.''

I'M BACK [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang