"Aku rasa ini ide yang buruk."
Nora menahan nafas mendapati posisinya yang semakin tidak menguntungkan. Ide Paman Niel untuk membagi tim dan menempatkan Nora bersama Eros benar-benar menjadi malapetaka. Lihatlah kondisi mereka yang kini berdempetan didalam lemari kayu. Nora bahkan tidak bisa mundur satu langkahpun dan harus rela membiarkan seluruh bagian tubuhnya menempel pada Eros.
"Sstttt!" Eros menempelkan jari tengahnya dibibir Nora ketika mendengar langkah kaki memasuki ruangan itu.
Keduanya mengeryit bingung sebab langkah kaki itu tak lagi terdengar. Ketika mereka sedang memfokuskan pendengaran tiba-tiba saja pintu lemari kayu yang reot itu terbuka. Sinar matahari yang menyorot dari atap-atap rumah yang bolong langsung menerpa wajah Eros dan Nora.
"Sedang apa kalian didalam sana wahai anak muda?" seorang nenek tua dengan tongkap kayu sederhana ditangannya bertanya pada Nora dan Eros.
Wajah ramah sang Nenek membuat mereka kikuk. Bagaimanapun mereka tidak pernah menyangka bahwa pemilik rumah tua ditengah hutan yang angker ini adalah seorang nenek yang tak berdaya.
"Hati-hati." Telapak tangan Eros menyentuh kepala Nora, menghalanginya agar tidak membentur kayu ketika keluar dari dalam lemari.
Rumah itu jauh lebih tua ketika diperhatikan baik-baik. Dindingnya yang terbuat dari kayu tampak rapuh dimakan oleh rayap sedangkan sebagian atapnya sudah berlubang terkena hujan dan terik matahari.
Suara gesekan ranting-ranting yang tertiup angin serta arus sungai yang terletak tak jauh dari rumah menciptakan kenyamanan ketika Nenek meminta mereka untuk duduk diatas tikar yang telah usang.
Dua gelas tembikar disajikan untuk mereka. Nora memperhatikan Sang Nenek yang sejak tadi terus tersenyum ramah. Padahal Nora dan Eros sudah lancang masuk dan mengobrak-abrik rumah.
"Maaf kami sudah bersikap tidak sopan." Kalimat itu keluar dari bibir Eros. Nora ikut mengangguk dengan rasa bersalah. Namun nampaknya Nenek tak merasakan hal yang sama. Dia justru merasa senang atas kehadiran Eros dan Nora.
Tinggal seorang diri ditengah hutan membuatnya kesepian. Tak ada suami juga anak yang menemani. Hanya ada dirinya sendiri melewati hari-hari yang menyedihkan. Apa yang dilakukan Eros setelahnya semakin memperlebar senyum diwajah yang penuh dengan keriput itu.
Selagi Eros memperbaiki bagian-bagian rumah yang rusak, Nora memutuskan untuk membantu Nenek. Sepertinya wanita tua ini baru saja kembali dari hutan untuk mengambil beberapa buah dan sayur. Nora membuka sebuah kain lusuh dan mendapati seekor ikan berukuran kecil yang sudah mati. Nora buru-buru menutupnya lagi.
"Sudah berapa lama kalian menikah?"
Nora yang masih berusaha mengatur kembali detak jantungnya langsung mendongak membalas tatapan Nenek dengan bingung.
"Melihat kalian berdua membuatku merindukan masa-masa muda. Ah, memang tidak ada yang lebih membahagiakan ketika masih menjadi pengantin baru." Nenek menerawang jauh. Keriput disudut-sudut matanya terlihat sangat jelas ketika dia tersenyum.
"Itu tidak seperti yang Nenek pikirkan. Dia bukan suamiku."
"Benarkah? Tapi kalian terlihat seperti sepasang kekasih."
Nora tersenyum sungkan mendengarnya.
"Ya, dulu memang sempat seperti itu tapi sekarang sudah tidak lagi."
"Apa dia menyakiti hatimu, Nak?"
Nora merasakan usapan dari tangan keriput Nenek. Cara Nenek bertanya sungguh menyentuh hatinya. Nora kembali tersenyum. Kali ini dia juga mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYAL CHEATING
RomanceNora terjebak. Desa tempatnya bermalam diserang oleh sekelompok prajurit dari kerajaan seberang. Alih-alih berlari menyelamatkan diri putri kerajaan Sandor ini justru berpura-pura menjadi wanita tunanetra dan dengan pasrah bergabung bersama tawanan...