"Ju, kak Doyoung masuk uks! "
Pergerakannya terhenti. Bola basket yang mulanya ia dribble dengan tangannya, kini sudah terlembar tak tentu arah.
Ia berbalik, menghadap pada seorang temanya yang tadi memberi kabar padanya.
"Thanks"
Junghwan berjalan keluar dari lapangan indoor itu dengan langkah yang tergesa. Tujuannya sekarang yakni uks.
Saat pintu uks terbuka, netranya langsung menangkap seseorang yang terbaring di ranjang uks.
Kakinya ia lngkahkan dengan pelan untuk mendekat ke arah seseorang yang terbaring.
"Kak? "
"Hm"
Helaan napas kasar keluar dari belah bibirnya.
"Sakit apa? "
"Pusing. Dikit"
"Semalem begadang lagi? "
"Nggak"
"Nggak salah? "
"Tahu dari mana lo?"
"Kamu marah? "
"Nggak"
"Bohong. Kamu aja aja pake lo-gwe"
"Lo diem deh. Pala gwe makin pening tahu nggak? "
"Okey. Sory buat semalem nggak angkat telpon kamu padahal aku on. Tapi serius, aku nggak bisa njawab karena aku lagi di rumah sakit njenguk saudara yang sakit. Nggak enak mau izin. Apalagi keadaan lagi serius-seriusnya"
Lawan bicaranya hanya diam. Hanya sekedar mendengar, namun belum mau merespond.
"Sekarang kamu jujur. Semalem kamu begadang kan? "
"Iya"
"Aku tahu tugas kamu penting, kak. Tapi kesehatanmu lebih penting. Kalau emang malem itu belum bisa di selesaiin, pagi kan bisa? Daripada begadang, terus ujungnya sakit"
"Iya"
"Iya iya aja. Paham nggak? "
"Paham, ih! "Jawabnya dengan nada agak sewot. Juga, matanya yang terlihat berkaca.
"Eh? Aku cuma tanya. Kok nangis sih?"
"Maaaaffffff"
Doyoung berusaha bangkit dari tidurnya, mengubah posisinya menjadi duduk lalu memeluk Junghwan.
"Kok kamu yang minta maaf? Kan aku yang salah. Bisa aja semalem aku chat kakak"
"Aku yang salah. Aku marah padahal belum tahu alasan kamu apa. Maaafff, hwaniiieeeee"
"Hahaha... Iya, sayang.... Iya. Dimaafin kok. Tapi kamunya jangan begadang lagi, ya? "
"Iya"
Junghwan tersenyum, mengusap kepala Doyoung gemas.