"Ogah! Nggak mau gwe! "
"Halah, lemah lo Hoon. Kan lo sendiri yang milih dare"
"Yang lain aja. Jangan yang itu"
"Kenapa? Takut fallin in love lagi sama mantan crush? "Tanya Junkyu mengejek.
"Nggak lah. Bukan gitu. Gwe takut nyinggung perasaan dia. Yakali gwe ngajak date cuma gara-gara dare"
"Yaudah. Jangan diniatin karena dare. Tapi niatin aja karena lo emang pengin"Timpal Junghwan.
"Nah, bener tuh. Tapi gwe rasa, tanpa ngumpulin niat pun, lo udah ada niatan. Tapi belum terlaksana aja. Ya, kan? "
Jihoon melempar bantal sofa pada muka Jaehyuk. Namun Jaehyuk mempunyai respon yang baik. Jadi sebelum bantal itu mengenai wajah tampannya, tangannya sudah terlebih dahulu menangkpnya.
"Udah-udah. Mendingan sekarang, lo telpon Doyoung"
Jihoon berdecak. Bukannya malas. Tapi Jihoon tak siap jika jantungnya berdisco.
"Cepet. Atau jangan-jangan, lo hapus nomor Doyoung? "Jaehyuk kembali bersuara.
"Diem lo, jaemet"tangan Jihoon merogoh hp yang berada di dalam saku jaketnya. Lalu dengan tangan yang agak tremor, ia memulai panggilan pada Doyoung.
'Plis. Jangan diangkat'
"Hoon, hoon! Diangkat! Buruan"Junghwan menpuk-nepuk bahu Jihoon.
Jihoon melihat tiga temannya itu. Dan hanya di balas anggukan."Halo, Doy? Lagi dimana?.... Oh, nggak usah. Tunggu di situ aja. Gwe mau ketemuan. Nanti gwe jemput. Bye"
Jihoon melempar ponselnya lalu merebahkan tubuhnya pada lantai yang hanya terbalut karpet.
"Gwe harus gimana? "
"Yaudah. Nyatain aja. Jujur aja kalau lo pernah suka dia"
Jihoon keluar dari mobilnya. Mendapati Doyoung yang sudah menunggunya di depan rumah Felix. Sepupu Doyoung.
"Lix, gwe pinjem anaknya dulu, ya"
"Iya. Bawa aja. Tapi balikin ke rumah kaya kondisi sekarang. Jangan ada lecet. Entah itu jasmaninya atau rohaninya. Satu lagi, sebelum tengah malem, balikin dia kerumahnya. Ini udah jam setengah sembilah juga. Takut kemaleman"
"Iya-iya. Aman. Ayo, Doy"
"Iya. Kak Felix, dobby duluan ya. Makasih buat rotinya! "
"Haha. Iya, sama-sama. Kapan-kapan kesini lagi. Gwe ajak bikin roti yang lebih enak"
"Siap"
Selesai berpamitan dengan Felix, keduanya masuk ke mobil milik Jihoon.
"Jangan lupa pake seatbeltnya"
"Iya. Udah, kak"
"Oke. Kita jalan"
Selama di perjalanan, hanya ada keheningan. Baik Jihoon maupun Doyoung, tak ada yang membuka obrolan. Jihoon yang terlalu gugup. Dan Doyoung yang takut mengganggu.
Tak lama kemudian, keduanya sampai di tempat tujuan. Jihoon mengajak Doyoung untuk pergi ke sebuah restoran.
"Ayo turun"ajak Jihoon yang mendapat anggukan dari Doyoung.
"Udah pernah kesini? "Tanya Jihoon pada Doyoung yang sibuk melihat sekitar.
"Belum"
Jihoon tersenyum. Lalu tangannya menggenggam tangan Doyoung.
"Ayo masuk"Jihoon mengajak Doyoung di lantai dua. Dimana di lantai dua, mereka bisa melihat pemandangan yang indah. Doyoung terkagum. Lokasi restoran ini berada di dekat sebuah pantai. Dan di lantai dua ini, mereka tidak menggunakan tembok. Namun kaca. Sehingga matanya bisa leluasa melihat alam luar.
"Mau pesan apa? "Tanya seorang pelayan yang membuyarkan lamunan keduanya. Doyoung yang melamun melihat ke arah pantai, dan Jihoon yang melamun menatap orang di depannya.
"Eh, eee... Lo mau makan apa? "Tawar Jihoon.
"Aku mau orange squash sama kentang goreng aja"
Jihoon mengangguk. "Orange squah satu, cappucino satu, sama kentang gorengnya dua"
Pelayan itu mengangguk. "Mohon di tunggu, ya"
"Doy"
"Iya? "
"Lo sama Yedam, gimana? "
"Apanya? "
"Hubungan? "
"Hubungan apa? "
"Ya.... Hubungan. Lo sama Yedam, kan... "
Doyoung tiba-tiba tertawa. Dan hal itu membuat Jihoon bingung.
"Kenapa? Kok ketawa? ""Aduh-aduh... Hahaha... Bentar, kak, bentar"Doyoung mengusap airmata yang keluar di sudut matanya. Receh memang.
"Maksud kakak, hubukanku sama kak Yedam? Jadian, gitu? ""Iya. Bukannya emang iya? "
"Enggak, lah! Ngaco! Pada salah paham semua, sih? Banyak banget yang bilang aku sama kak Yedam jadian"
"Hah? "Jihoon cengo. Otaknya masih mampet.
"Iya. Banyak yang ngira aku sama kak Yedam punya hubunga. Padahal aslinya enggak"
"Hah? "
"Kok hah lagi sih? "
"M-maksud lo? Lo sama Yedam... "
"Kak Yedam itu saudara aku. Ayahnya kak Yedam itu kakaknya ayah aku, kak"
"J-jadi... Lo masih sendiri"
"Iya. Kenapa? Mau nemenin? "
"Boleh, kalau lo mau? "
"Hah? "Kini giliran Doyoung yang cengo.
"Permisi. Ini pesanannya"pelayan itu kembali datang. Dengan membawa nampan yang berisi pesanan mereka.
"Iya, mbak. Makasih"sahut Jihoon
"Iya. Saya permisi"
"Jadi, gimana? "Tanya Jihoon. Hal itu membuat Doyoung tambah bingung.
"Apanya yang gimana? "Jihoon menghela napas. "Mau ditemenin nggak? Biar nggak sendiri lagi"
"Eh? Ini... Kakak lagi serius? "
"Lo pikir gwe bercanda? Hey, listen to me. Gwe suka sama lo udah lama. Tapi gwe belum berani nyatain perasaan gwe. Dan waktu gosip-gosip muncul, tentang lo sama Yedam. Gwe pilih mundur aja, tapi perasaan gwe masih tetep sama. So, will yo be my love? "
Doyoung tertegun. Jantungnya berdetak tak karuhan. "Hm"jawab Doyoung singkat lalu memalingkan wajahnya.
Jihoon tertawa gemas. "Look at me"
Doyoung menggeleng. Wajahnya jadi merah. Dan hal itu membuat tawa Jihoon semakin menjadi. "Why? ""Malu, ih! "
"Hahaha... Lucu baget sih kamu"