Sore itu, sama seperti sore-sore sebelumnya. Asahi, datang kembali di bukit yang lumayan ramai pengunjung. Tujuannya adalah melihat senja. Ia sangat senang dengan pemandangan ini.
Pandangannya menelusuri tempat sekitar. Dan tak jauh dari posisisnya, ia mendapati sebuah objek yang indah. Seseorang yang sedang duduk dengan menatap langit di atasnya.
Bibir Asahi terangkat keatas membentuk sebuah lengkungan tipis. Cepat-cepat ia mengambil kamera yang berada di sampingnya. Lalu memotret objek indah itu.
Selesai dengan kameranya, Asahi berdiri. Lalu berjalan mendekati seseorang yang baru saja ia potret.
"Gwe boleh duduk sini? "
Orang itu menoleh. Mendongak menatap Asahi yang berdiri.
Ia mengangguk dan memberikan senyum manis."Boleh"
Asahi tersenyum. Mendudukkan dirinya di samping seseorang itu.
"Gwe Asahi. Lo? "
"Aku Doyoung "
"Lo sendirian? "
"Iya"
"Berangkat kesini juga sendirian? "
"Nggak sih. Sama abang taxi"
Asahi mengangguk.
"Kakaknya suka banget ya sama senja? "
Asahi menoleh. Menatap bingung Doyoung.
"Ya... Mungkin bisa di bilang gitu. Kok lo tahu? "
"Aku sering lihat kakak kesini"
Asahi mengangguk lalu tersenyum samar.
"Lo sendiri, juga suka senja? "
Doyoung mengangguk semangat. "Iya. Senja indah. Aku juga suka langit waktu malam"Jawabnya antusias.
"Gwe juga suka. Tapi, lo tahu nggak, ternyata, ada yang lebih indah dari senja"
Doyoung mengernyit bingung. "Apa? "
"Lo mau tahu? "
"Mau"
Asahi menunjukkan layar kamera pada Doyoung. Menampilkan sebuah hasil jepretan yang ia ambil tadi.
"Eh? Ini.... "
"Sory gwe ambil diem-diem. Kalau lo nggak izinin, gwe bakal hapus. Tapi gwe jadiin polaroid dulu"
Doyoung tertawa. "Nggak papa. Ambil aja. Tapi aku juga mau"
"Yaudah. Besok, dateng kesini lagi. Gwe kasih"
Doyoung kembali mengangguk.
Sore itu, Asahi sudah resmi mengenal seseorang bernama Doyoung. Seseorang yang mampu membuat jantungnya berpacu kuat. Seseorang yang Asahi sebut Indah.