|You Can play the music|
{Biar ada aura galaunya dikit✌}Semua berjalan begitu cepat. Doyoung tak menyangka. Hubungan yang mulanya baik-baik saja, kini rusak. Menyisakan memori-memori indah yang terlalu sakit jika di kenang kembali.
Semua mengatakan jika hubungannya dan Mashiho membuat mereka iri. Berbagai moment manis tak segan mereka tunjukan. Itu dulu. Namun sekarang semua terasa asing. Hancur berkeping-keping.
Doyoung sakit. Ia merasa gagal dalam semuanya. Keluarga, maupun pasangan. Dua rumah yang selalu menjadi sandaran ternyaman kini malah menjadi sesuatu yang menyakitkan.
Tangannya mengelus lembut sebuah polaroid yang menunjukkan fotonya juga Mashiho beberapa bulan lalu. Senyum bahagia tercetak jelas disana.
Namun mengapa, Doyoung justru menangis sekarang?"Kak, i miss u"ujarnya lirih. Ia menaruh polaroid itu di dadanya. Berangan-angan bahwa di dekapannya itu adalah Mashiho.
Ditengah suara isakan tangisnya, suara lain mengejutkannya. Sebuah benda yang sepertinya terjatuh. Ia menghapus air matanya. Beranjak keluar dari kamarnya untuk melihat apa yang terjadi di luar, dengan sebuah polaroid yang masih ia genggam.
"Kalau gitu kita pisah aja! Kamu nggak pernah bisa ngertiin aku! "
"Oke! Lagian aku juga udah capek kalau di suruh ngertiin kamu terus, tanpa kamu mikirin gimana kondisi aku! "
Suasana yang sudah biasa bagi Doyoung. Pertengkaran kedua orangtuanya. Sudah sering ia lihat. Sudah sering ia dengar. Namun, ini pertama kalinya. Doyoung mendengar kata pisah dari keduanya.
Keduanya menoleh, menyadari kehadiran Doyoung.
"Kamu pilih ikut mama atau papa? "
Tanya sang papa dengan napas memburu, menahan emosi yang ingin meledak. Juga mamanya yang berusaha menahan tangis.Doyoung hanya mampu menggeleng. "Jangan pisah"
"Cepat putuskan, Doyoung! "
Doyoung kembali menggeleng.
"Nggak! Doyoung nggak mau! Ma, pa tolong bertahan. Jangan pisah. Doyoung masih butuh kalian berdua. Tolong. Ayo kita perbaiki semua, ya? Doyoung mohon... ""Nggak ada yang bisa diperbaiki, Doyoung"Doyoung menoleh, menatap mamanya yang baru saja selesai bicara.
Tatapannya sendu. Namun keduanya seolah tak peduli. Ego keduanya sama-sama tinggi. Doyoung merasa kosong. Hampa.
"Doyoung nggak bisa"ia lantas membawa tubuhnya untuk pergi dari sana. Berlari sekencang mungkin. Mengabaikan teriakan keduanya. Dadanya terasa sesak. Air mata juga terus menerus turun.
Doyoung pergi ke taman kota. Memilih bagian yang sepi. Pinggir sungai menjadi tempatnya berhenti berlari. Ia terduduk lemas. Menangis sekencang-kencangnya. Bahkan memukul dadanya berkali-kali.
"Tuhan, kenapa harus begini? Aku nggak sekuat itu... Tuhan... Doyoung nggak punya sandaran lagi. Tolong berhenti. Doyoung capek... "
Ujarnya tersedu-sedu. Hingga ia merasakan sebuah tangan yang memegang pundaknya. Membuatnya menoleh. Matanya membola. Mendapati seseorang yang dulu pernah ia beri tempat spesial di hatinya. Mashiho.
"Doyoung capek? "Tanya Mashiho. Duduk di depan Doyoung, menyejajarkan posisi keduanya. Tangannya mengelus lembut surai Doyoung yang basah karena keringat.
Dan pemilik surai itu masih diam. Tak berkutik sama sekali.Mashiho tersenyum. Senyum yang menjadi penenang tersendiri oleh Doyoung. "Jangan menyerah dulu. Aku yakin, kamu pasti bisa"
Doyoung menggeleng. "Pergi, kak"
"Kenapa? Kamu benci ya sama kakak?"
"Adanya kakak disini buat luka yang selama ini aku coba keringin, basah lagi. Tolong, jangan hadir di hidup aku lagi"
Mashiho meraih tangan Doyoung. "Kakak tahu, kakak emang sebrengsek itu buat orang sebaik kamu, bby. Maafin kakak. Ending yang kita rancang, meleset jauh. Maafin kakak karena bikin kamu nangis, tambah beban pikiran"
"Jangan pernah ungkit apapun tentang kita. Tolong anggap kita nggak pernah kenal. Doyoung sakit"
Ujarnya kembali terisak.Tangisan pilu yang membuat hati Mashiho sakit. Tapi ia tahu, sosok di depannya ini jauh merasakan sakit dibanding dirinya. Ia merengkuh tubuh Doyoung. Membawanya kedalam dekapan yang sudah lama tak lalukan mereka.
"Maaf, maaf, maaf. Maaf kakak udah ninggalin kamu. Maaf kakak jadi salah satu alasan kamu sakit. Maaf udah bikin air mata kamu turun. Ayo, perbaiki semua. Kakak bakal berusaha"
Dalam dekapan itu, Doyoung menggeleng. "Takdir kakak bukan sama Doyoung. Jangan nentang apa yang udah dirancang Tuhan, kak"
"Kakak bakal batalin perjodohannya. Biar kita bisa sama-sama. Kakak nggak bisa tanpa kamu, bby. You're my universe. Kamu segalanya buat kakak. Maaf, tapi kali ini aku mau egois"
Tangisan Doyoung pecah. Ia membalas pelukan hangat yang diberikan Mashiho. "Kamu bakal kehilangan segalanya kalau sama aku, kak. Kamu bakal dibuang jauh sama keluargamu. Semua fasilitas yang kamu punya juga bakal ditarik sama mereka. Jangan gini. Tolong lepasin aku. Terima kenyataan kalau kita nggak ditakdirkan buat bersama. Aku nggak mau kakak sengsara gara-gara aku"
"Buat kali ini, kakak bakal tolak permintaan kamu. Kakak masih mau perjuangin kamu. Kakak mau jadi rumah kamu lagi, gantiin kasih sayang orangtua mu yang selama ini udah hilang. Please"
"Kenapa kakak malah perjuangin aku? Kakak bakal nyesel. Kakak nggak bakal hidup enak loh sama aku. Aku ini problematic. Kakak harusnya jauhin aku. Kakak harus bahagia sama seseorang yang dipilihin orangtua kakak. Jangan nentang orangtua kakak cuma demi aku"
"Bahagianya kakak cuma di kamu. Cari yang lain emang gampang. Tapi naruh perasaan tulus sama oranglain itu nggak gampang. Bisa aja daridulu kakak milih yang lain daripada kamu. Tapi perasaan tulus kakak cuma di kamu. Nggak ada yang bisa gantiin. Ayo jadi sandaran buat satu sama lain. Ayo kita saling menguatkan kaya dulu. Saling melengkapi. Walaupun aku harus dibuang dari keluargaku sendiri. Dan asal kamu tahu, mereka, nggak bener-bener sayang sama aku. Kita sama, bby. Keluarga kita harmonis di luar. Tapi dalamnya hancur. Berantakan"
Doyoung melepas pelukan itu. Menatap wajah Mashiho lekat.
"Kakak relain semua fasilitas kakak hilang? "Mashiho mengangguk. "Kakak masih punya tabungan kakak sendiri. Ayo, kita bangun semua dari awal. Kita bisa bahagia sama-sama"
Doyoung tersenyum. Ia mengangguk. Masih dengan air mata yang turun membasahi pipinya.
Keduanya kembali berpelukan. Menangis bersama. Lalu saling menguatkan. Mereka kembali.
Maap kalau nggak nge-feel🗿🙏
Awalnya pengin sad ending aja. Tapi nggak bisa. GWE NGGAK BISA OY😭✊