"Doy, lo nggak mau ke lapangan? "
Doyoung yang tengah menikmati seblak di kantin sekolah itu menoleh. Menatap Jungwon yang barusan berujar.
"Males"
"Kesambet apa lo? Kak Jaehyuk tanding loh. Masa lo nggak mau lihat? Ayang lo tuh"
Doyoung menggeleng. "Ayang dari mana? "
"Kok jadi pesimis gitu lo sekarang? Ada masalah apa? "Jungwon bertanya, mendudukkan dirinya di bangku depan Doyoung.
"Nggak ada sih"
Mata kucingnya memincing. "Bohong. Nggak mungkin. Biasanya kalau kak Jaehyuk tanding lo selalu maju garda terdepan buat nonton"
Doyoung menghela napas pelan. Ia menatap Jungwon dengan tatapan yang putus asa.
"Kenapa si? Bilang ke gwe coba. Siapa tahu gwe bisa memperkeruh masalah yang lo punya"
Doyoung tersenyum. Rasanya ingin sekali melayangkan botol kecap ke kepala anak itu.
"Nggak usah memperkeruh. Lo duluan yang gwe gantung di pohon jati, mau? "
Jungwon menggeleng. "Yakali. Bercanda elah! Serius amat lo jamet"
"Lama-lama gwe getok pala lo pake centong nasi"
"Jangan dong. Nggak lucu kalau kepala gwe penyok. Udah ah! Cepet cerita! "
"Lo tahu kan? Club basket kelasnya kak Jaehyuk baru aja buat jersey? "
"Oh? Iya! Tahu! Terus? Masalahnya dimana? "
"Di jerseynya"
"Ada apaan? "
"Nomor punggung kak Jae 12. Banyak yang bilang kalau itu couple-an sama nomor punggung jerseynya Zoa. Kan kelasnya Zoa juga punya jersey"
"Zoa? Zoa adek kelas? "
Doyoung mengangguk lesu.
"Ah masa? Belum tentu bener itu! "
"Tapi lo tahu kan? Zoa sama kak Jae deket! "
"Ya terus? Emang lo nggak bisa lebih deket? "
Doyoung menggeleng. Bibirnya melengkung ke bawah.
"Pesimis lo. Nggak asik! Mending sekarang ikut gwe"Jungwon berdiri, menarik tangan Doyoung ke sebuah tempat.
Lapangan basket.
"Ish! Lo apa-apaan sih, Won? Gwe males kesini kalau lo lupa"
"Halah. Bodo amat. Nanggung tuh, gwe udah booking tempat duduk di tribun. Mana paling depan. Udah ayo"
Jungwon kembali menyeret Doyoung menuju sebuah tempat duduk yang sudah di pesan Jungwon.Sorakan riuh para penonton membuat telinga Doyoung sakit. Padahal hari sebelum-sebelumnya ia juga ikut berteriak, bahkan tidak menghiraukan sorakan-sorakan yang membisingkan itu. Entahlah. Moodnya sedang tidak baik.
Prittttt
Peluit berbunyi. Pertandingan basket dimenangkan oleh kelas Jaehyuk.
Semua penonton bersorak lebih kencang."Doy, Doy, Doy! Lihat tuh! Lihat! Kak Jae jalan kesini"seru Jungwon heboh sambil menunjuk-nunjuk Jaehyuk yang berjalan mendekat.
Doyoung hanya berdecak malas. Lalu pergi begitu saja. Raut bingung dimuka Jungwon tak bisa disembunyikan.
"Kenapa, Won? "
Jungwon menoleh, mendapati Jaehyuk yang sudah berdiri di depannya.
"Itu, kak. Si Doyoung. Tiba-tiba pergi"
"Oh... Mukanya daritadi kelihatan bete juga. Kenapa dia? "
"Kayanya gara-gara nomor punggung kak Jae? Katanya tadi sih gitu? "
"Nomor punggung gwe? Kenapa? "
"12? Katanya nomor punggung Zoa juga sama"
Jaehyuk tertawa. "Salah sangka nih anak"
"Hah? Gimana? "
"Nggak. Sekarang anaknya dimana? "
"Nggak tahu. Tapi kayanya di kantin. Soalnya tadi gwe ngajak dia kesini, seblaknya belum habis. Masih setengah"
Jaehyuk mengangguk, tak lupa berterimakasih. Lalu membawa langkah lebarnya menuju kantin.
Doyoung mengaduk-aduk seblaknya dengan perasaan dongkol. Juga menyuapkan kedalam mulutnya dengan kasar. Hingga akhirnya, ia tersedak karena sebuah tepukan di bahunya.
"Kodok! Ngagetin aja lo tai! Coba kalau gwe ma---"ucapannya terhenti. Kala kepalanya tertoleh ke belakang. Mendapati Jaehyuk yang berdiri sambil tersenyum.
"Maaf. Gak bermaksud ngagetin"
Jaehyuk duduk di hadapan Doyoung. Dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya."Sakit gak tenggorokannya? "
"D-dikit"
"Mau gwe beliin minum? "
"Nggak perlu. Makasi"
Jaehyuk mengangguk. "Btw, tumben tadi telat? "
Doyoung mengernyit. "Telat? Telat apa? "
"Telat lihat gwe tanding"Jaehyuk menaik turunkan alisnya.
Doyoung jadi gugup. Tapi tidak! Tidak boleh! "Emang gwe cuma mau lihat lo tanding doang? Nggak kali, kak"
"Masa sih? Nggak yakin gwe"
"Ngeselin lo, kak. Sumpah"
"Ngeselin-ngeselin gini, lo suka kan? "
"Pd"
"Iyadong. Pd itu baik. Dan apa yang gwe omongin barusan fakta. Bukan cuma sekedar pd-nya gwe nge-claim kalau lo suka gwe"
"Tau ah! Greget gwe! "
"Iyadeh... Yang lagi sensi gara-gara nomor punggung"
Mata Doyoung membola terkejut. Namun segera ia mengubah ekspresinya. Drama memang.
"Nomor punggung apaan? "
"Lo panas gara-gara lo ngira nomor punggung gwe couple-an sama nomor punggung Zoa kan? Ya... Gimana ya. Sebenernya gwe gak niat buat samaan sama Zoa. Gwe aja baru sadar kalau nomor kita sama. Jadi, lo mau tahu nggak, kenapa nomor punggung gwe 12?"
"Apa? "
"Lo nggak mau berpositif thinking gitu? Masa lo nebaknya langsung ke Zoa sih? Lo lupa nomor absen lo? "
Doyoung diam. "Nomor absen? Punya gwe? "
"Iya, sayaang..... Ini, nomor punggung gwe itu dari nomor absen lo"Jaehyuk mencubit pipi Doyoung gemas.
'Kaki gwe melayang nggak habis ini? Kaki gwe masih napak kan? '
"S-sayang-sayang! Se-enak jidatnya manggil gwe sayang"ucap Doyoung ketus.
"Kenapa? Gara-gara belum taken? Mau gwe takenin? Mau gwe claim jadi milik gwe sekarang? "
"Lo nanya, kak? "
"Iya. Ayo"
"Yaudah. Ayo! "