Doyoung tahu ini semua salahnya. Tapi apakah harus separah ini kekasihnya membalaskan dendam?
Kemarin ia lupa jika ada janji dengan Yoshi, dan malah terlalu sibuk mengerjakan tugas kelompok bersama Haruto sampai larut malam. Tapi sumpah demi apapun, Doyoung memang lupa karena terlalu fokus. Tugas yang diberikan tidaklah sedikit, dan waktu pengumpulanya hanya sebentar. Sedangkan setiap kelompok hanya terdiri dari dua orang.
Dan hari ini juga ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, kalau Yoshi sedang duduk dan bercengkrama di meja kantin bersama seorang wanita yang tidak Doyoung kenali. Hanya tahu sebatas nama saja dan...sedikit fakta.
Jelas Doyoung merasa panas melihat pemandangan yang ia lihat. Yoshi saja sudah mengabaikannya dari kemarin, dan sekarang malah asik dengan seseorang yang dulu pernah menyimpan perasaan pada kekasihnya itu.
Tangannya terkepal kuat sebelum akhirnya memutuskan untuk menjauh dari tempat itu. Lama-lama bisa ia banting meja kantin itu.
Langkahnya menuju ke perpustakaan sekolah yang terletak di lantai dua. Sekolah besar ini tentunya tidak hanya memiliki satu perpustakaan. Tapi dua sekaligus, dengan ukuran yang besar. Dan Doyoung memilih untuk mengunjungi perpustakaan yang dilantai dua karena merasa lebih nyaman saja, dan lebih sejuk karena posisinya yang berada di lantai dua.
Doyoung memilih salah satu buku lalu membawanya ke meja yang berdekatan dengan cendela. Mulai menaruh fokusnya pada buku bacaannya. Bahkan terbesit dalam benaknya jika ia akan membolos saja. Jika nanti ada yang menangkapnya, maka ia akan beralasan belajar untuk olimpiade. Karena memang faktanya ia diikutkan olimpiade yang akan di adakan beberapa hari lagi. Dan sialnya ia malah memiliki masalah dengan Yoshi. Doakan fokusnya tidak terganggu, atau bahkan mereka akan berbaikan dalam waktu dekat.
Setelah menghabiskan waktu yang lama, akhirnya Doyoung selesai. Ia menatap kearah luar cendela yang ternyata hari sudah sore. Pasti jam pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.
Doyoung meregangkan ototnya yang terasa kaku setelah digunakan untuk duduk berjam-jam tanpa banyak bergerak. Sudah merasa puas untuk memberikan nutrisi pada otaknya itu, Doyoung bangkit lalu mengembalikan buku yang ia pinjam pada rak semula. Lalu pergi menuju kelas untuk mengambil barang-barangnya yang belum ia kemasi.
Sekolah belum benar-benar sepi. Masih ada beberapa guru, satpam, dan beberapa anak yang memang masih memiliki urusan. Entah mengerjakan tugas, bermain basket, atau semacamnya.
Tangannya terangkat guna memutar knop pintu kelasnya yang untungnya belum dikunci. Dan alangkah terkejutnya ketika ia mendapati Yoshi yang duduk dikursinya, seorang diri.
"Darimana aja? "Yoshi bertanya seraya berdiri, berjalan mendekat kearah Doyoung yang masih mematung setelah membuka pintu kelas.
"Perpus"
"Selama itu? Dari habis istirahat ke-dua, sampai sekarang? "
"Iya"
"Ngapain aja? "
Doyoung mengernyit heran. "Ya baca buku lah? "
Yoshi terkekeh. Langkahnya semakin dekat daripada sebelumnya. Walaupun Doyoung sedikit merasa terancam, tapi sama sekali tidak berpindah tempat. Dengan lagak berani ia menatap netra yang kian menajam itu.
"Cuma baca buku doang, kan? Nggak sama si Haruto itu? "
Pertanyaan, atau mungkin lebih tepatnya tuduhan yang Yoshi lontarkan tentu saja membuat Doyoung merasa kesal. Ingin sekali rasanya ia memaparkan jadwal sibuknya pada Yoshi agar si darah jepang itu memberikan sedikit saja pengertian padanya. Namun mulutnya kelu hanya untuk sekedar membela diri. Selain hanya dapat menunjukkan raut kesal dan tak percaya atas tuduhan yang dutujukan padanya.