Yoshi menghela napas kasar. Netranya masih terus mengamati punggung sempit milik seseorang yang tengah membelakanginya.
"Doyoung... "
Tak ada jawaban. Sama seperti sebelum-sebelumnya.
"Hadap sini, atau kakak yang ke depan kamu? Kakak serius. Daripada hp mu kakak ambil"
Yang dipangil akhirnya menoleh dengan raut kesalnya.
"Apasih? "
"Jangan ngambek dong"
"Aku gak ngambek?! "
"Masa sih? Gak ngambek tapi di panggil nggak ngerespond, apaan tuh?"
"Ish! "Doyoung kembali memunggungi Yoshi.
"Jangan marah"
"Mau ramen... "
Yoshi kembali menghela napasnya kasar. Ia ikut merebahkan tubuhnya di samping Doyoung. Merengkuh pinggang ramping itu dari belakang.
"Kan kamu udah sering makan ramen, dikurangi dong. Kamu hampir seminggu full makan ramen, sayang... Nggak baik buat kesehatan. Emang kamu mau usus kamu nggak ada jalan keluar alias buntu, hm? Nggak kan? "
"Ih... Mau ramen, kakak... "
"Dibilangin nggak ya enggak. Yang lain aja. Cepet bilang biar kakak deliv"
"Nggak usah deh"
Dahi Yoshi mengernyit. Menyangga kepalanya dengan tangan yang bertumpu pada kasur. Dapat ia lihat wajah Doyoung yang serius bermain game di ponselnya, tapi juga menunjukkan raut sedih.
"Nggak usah gimana? Nggak mau makan kamu? "
Doyoung menggeleng. "Ntaran aja"
"Tck! Bandel ya. Kalau gitu kakak pulang aja deh"
Saat Yoshi ingin beranjak dari kasur, tangan Doyoung dengan sigap menahan pergelangan tangan yang lebih tua, juga memutuskan untuk kembali menghadap Yoshi.
"Jangan... "
"Kenapa? Kan kamu nggak mau nurut"
"Ih! Iya-iya! Ayo makan! "
Yoshi tersenyum. Tangannya terangkat guna mengusak rambut yang lebih muda. "Gitu, dong. Mau apa? "
"Makan diluar aja"
"Yaudah. Ayo"
"Aku siap-siap dulu"
"Gitu aja udah oke"
"Nggak ih. Aku mau ganti"
"Yaudah, gih"
"Ya kamu mau disini? Keluar dulu dong"
"Hahaha... Kenapa? Sayangnya kak Yoshi malu ya? "
"Cepet keluar... Perut aku udah kroncongan! "
"Daritadi rewel sih"