Busy!

1.1K 80 2
                                    

"Kak kak! Lihat deh, tadi dobby bik--"

"Ssttt... Diem dulu, bby"

Bibir Doyoung mengerucut. Merasa agak kesal dengan Hyunsuk yang menyuruhnya diam. Ya walaupun mungkin ini salahnya, karena posisi Hyunsuk sekarang sedang menelphone seseorang. Tapi percayalah, Hyunsuk belakangan ini sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan terkadang Doyoung merasa terabaikan.

Akhirnya Doyoung memutuskan untuk keluar dari ruang kerja Hyunsuk. Membawa kembali sebuah gelang yang tadi ingin ia tunjukkan pada Hyunsuk.

"Kak Uncuk sibuk mulu! Doyoung nggak suka"gumamnya, sembari berjalan dengan kaki yang di hentak-hentakkan.

Sesampainya di kamar, Doyoung mendudukkan dirinya di pinggiran kasur. Mengusap air mata yang tadi tanpa disadari turun. Ia hanya rindu Hyunsuknya.

Drttt.... Drrttttt....

Hingga atensinya beralih pada handphone miliknya yang bergetar, berada di atas nakas.

"Jeongwoo? Halo?.... Sekarang?.... Hah?! Iya-iya. Gwe kesana"

Doyoung bergegas mengambil kunci mobil miliknya, lalu menuruni tangga tergesa. Tak peduli jika nanti Hyunsuk mencarinya. Toh, dia sibukkan?






















"Hah... "

Hyunsuk meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku karena terlalu lama duduk. Juga memejamkan mata sejenak karena matanya terasa lelah akibat terlalu lama menatap layar laptop.

Hingga ia mengingat sesuatu. Hyunsuk bangkit dari duduknya. "Dobby"panggilnya.

Namun sama sekali tak mendapat sahutan. "Doy... "

Nihil. Tak ada sahutan juga. Apa mungkin sudaj tidur? Tapi ini belum terlalu larut. Pikirnya. Alhasil Hyunsuk memutuskan untuk pergi ke kamar Doyoung. Namun apa yang ia harapkan tidak ada. Kamar itu kosong.

Hyunsuk menghela napas kasar. Ia mulai kesal jika Doyoung pergi tanpa seizinnya. Hyunsuk kembali keruang kerjanya. Mengambil ponsel yang berada di atas meja. Menelphone seseorang.











































Jam menunjukkan pukul 23.00 namun belum ada tanda-tanda Doyoung akan pulang. Hyunsuk memutuskan untuk kembali menelphone orang yang tadi.

"Halo, Woo. Gimana?..... Oh, oke. Thanks ya. Sory ngerepotin..... Iya"

Sekitar sepuluh menit lagi Hyunsuk menunggu di ruang tamu itu, akhirnya pintu ruangan paling depan itu terbuka. Menampakkan seseorang yang Hyunsuk tunggu. Doyoung masuk dengan keadaan yang buruk. Wajahnya merah, lankahnya gontai, serta luka di sudut bibirnya.

"Dari mana kamu? "

Tak mengindahkan pertanyaan Hyunsuk, Doyoung hanya meliriknya tanpa memberhentikan langkahnya.

"Doyoung. Jawab"

Nihil. Doyoung sama sekali tak berbalik, atau bahkan sekedar berhenti. Hyunsuk yang geram akhirnya berdiri. Melangkahkan kakinya cepat, lalu menarik tangan Doyoung agar berhenti dan berhadapan padanya.

"Lepas"

Hyunsuk menggeleng.

"Lepas! "

"Tadi aja kamu nggak mau jawab kakak, apa sekarang kakak harus nurutin kamu? "

Doyoung berdecih. Lalu dengan sisa tenaganya, ia memberontak. Mencoba melepaskan cekalan tangan Hyunsuk. Namun Hyunsuk semakin mengeratkannya.

"Lepas. Aku mau mandi"

"Jawab pertanyaan kakak dulu. Habis dari mana kamu sampai pulang larut begini? Kenapa mukanya? "

"Ngapain nanya? Pasti udah tahu dari Jeo. Nggak usah tanya lagi"

Hyunsuk menggeleng. "Kakak mau kamu jelasin langsung"

Doyoung menghela napas kasar. "Dari luar, jenguk temen yang masuk rumah sakit. Terus berantem sama orang yang jadi biangkerok. Udah, kan? Lepas. Aku mau ke atas"

"Hey, kamu kenapa sih? Sewot banget? Kakak ada salah? "Tanya Hyunsuk. Merasa heran dengan tingkah Doyoung yang tak seperti biasa.

Doyoung menggeleng. Masih terus berusaha melepaskan diri dari Hyunsuk. "Lepas! "Dan dapat Hyunsuk lihat, mata Doyoung berkaca-kaca.

"Hey, ssttt.... Tenang. Why? Kenapa nangis? Kakak cuma pengin kamu jawab jujur aja, okay? Maaf kalau kakak kasar"

Hyunsuk membawa tubuh Doyoung kedalam dekapannya. Membiarkan kesayangannya menangis di pundaknya.

"Kenapa? "

"I hate you! "

"Okay. Sory. Im sory. But, why? "

"You're very busy, kak! Doyoung nggak suka. Kakak kadang abai sama Doyoung"

Hyunsuk tersenyum. Mengelus lembut punggung Doyoung. "Sory, babe. Kakak nggak bermaksud buat abai sama kamu. Tapi kakak beneran sibuk akhir-akhir ini. Tapi kakak bakal usahain buat cepet selesaiin semua. Biar bisa temenin Dobby, ya? "

Dapat Hyunsuk rasakan, Doyoung mengangguk dalam oelukan itu. Hyunsuk lantas melepaskan pelukan mereka. Melihat wajah Doyoung yang lucu setelah menangis, membuatnya tertawa gemas.

"Jangan ketawa... "Rengek Doyoung. Hyunsuk malah semakin tertawa.

"Iya-iya. Yaudah. Ayo keatas kakak temenin. Katanya mau mandi? "

Doyoung menggeleng. "Udah capek. Mau langsung bobok aja"

"No. Mandi dulu. Badan kamu pasti nggak nyaman. Lengket gitu, kringetan"

"Aku nggak bau! "

"Kakak nggak bilang kamu bau"

"Nggak mau... "

"Mandi. Atau kakak mandiin"

"Nggak usah. Aku bisa sendiri"

Hyunsuk kembali tertawa. Melihat Doyoung yang berjalan dengan kaki yang di hentak-hentakkan. Menggemaskan!

"Habis mandi ke kamar kakak. Biar kakak obatin lukanya! "Teriak Hyunsuk karena jaraknya dan Doyoung yang cukup jauh.

"Nggak mau! "Sudah Hyunsuk duga. Doyoung memang susah jika mau di obati.

"Mau kakak mandiin beneran? "

Doyoung berbalik. Menggeleng dengan cepat.

"Makannya. Lukanya di obati"

Doyoung menjulurkan lidahnya. Terlihat seperti meledek Hyunsuk.
"Oh? Gitu? "Hyunsuk berlari, mengejar Doyoung yang juga ikit berlari.

"Iya-iya. Nanti aku ke kamar kakak! Jangan kejar aku"

"Bener ya? Awas kalau enggak"

"Iya-iya! "

"Selamat mandi kelinciku"

"Silimit mindi kilinciki"

"Doy... "

"Hehe"

DoyoungieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang