Doyoung diam termenung di balkon kamar markas miliknya. Sebenarnya, tempat yang kini mereka gunakan bukanlah rumah asli milik mereka. Namun ini adalah rumah yang dijadikan markas oleh mereka.
Asik memandangi langit malam yang terlihat indah. Sebuah tangan melingkar di pinggang ramping miliknya.
"Maaf"
Tanpa menolehkan kepalanya pun Doyoung sudah tahu, kalau pelakunya adalah Haruto. Suara bariton khas milik pemuda itu sudah terekam jelas dalam ingatan Doyoung.
Haruto menyembunyikan wajahnya pada perpotongan leher milik Doyoung. Pemiliknya pun hanya diam, dengan posisi berdiri keduanya masih setia berpelukan. Atau hanya Haruto saja yang memeluk? Karena Doyoung tak membalasnya, anggap saja begitu.
"Gue tadi kasar banget ya? "
Doyoung masih diam. Tak berniat untuk membalas pertanyaan Haruto.
Kalau ditanya kenapa Haruto bisa masuk kekamarnya walau sudah terkunci, itu karena Haruto mempunyai cadangan kunci kamar milik Doyoung."Hey, jangan diem aja"
Haruto membalikkan badan simanis agar menghadap padanya. Diusapnya surai itu dengan pelan. Menatap netra cantik dengan bulu mata lentik milik kesayangannya.
"Ayo selesaiin semuanya dibawah. Gue nggak mau kita kaya gini"
Haruto menarik pelan pergelangan tangan Doyoung agar mengikutinya untuk berkumpul di ruang tengah bersama yang lain.
Sesampainya disana, Haruto dan Doyoung yang baru saja datang ikut bergabung dengan posisi duduk melingkar. Haruto di sisi kanan Doyoung, dan Junkyu yang berada di sisi kirinya.
"So, can you speak up what went wrong today?"
Hyunsuk bertanya. Kini semua mata tertuju padanya. Doyoung mengerucutkan bibirnya sedikit. Lalu menunduk. Memilih memainkan karpet berbulu yang mereka duduki.
Namun kepalanya kembali terangkat, kala tangan Junkyu terangkat. Dua jarinya mengapit dagu Doyoung agar kembali menatap depan.
"It's okay. Bicara aja"Tutur Jaehyuk lembut.
Bukannya mengangkat bicara, tangan Doyoung malah merogoh sesuatu yang berada dalam sakunya. Setelah mendapatkannya, Doyoung mengeluarkan benda tersebut, yang ternyata adalah ponsel. Jarinya bergerak lihai diatas layar handphone mahalnya. Lalu setelahnya, meletakkannya dibawah, agak mendorong ponselnya kedepan.
Sontak yang lain pun mendekat mengerubungi ponsel miliknya. Terdapat sebuah roomchat milik Doyoung dengan salah satu wanita populer di sekolah mereka. Wanita itu mengirimkan dirinya dan teman-temannya yang sedang bersama sebelas pangerannya.
Dengan sebuah pesan yang terkesan mengancam pada Doyoung, untuk menjauhi kesebelas orang itu.Setelahnya mereka kembali menaruh atensi pada Doyoung yang masih saja mengerucutkan bibir. Namun kini matanya terlihat ber-air.
"Kalau digituin lagi, lawan aja"sahut Asahi tegas.
"Mereka perlu tahu, kalau kita punya lo, dan lo, punya kita"balas Jihoon.
Doyoung mengangguk.
"Besok biar gwe kasih pelajaran sama tu bocah"Jeongwoo berujar dengan semangat. Tangannya terkepal lalu meninju udara kearah atas.
"Udah, itu aja masalahnya? "Pertanyaan dari Junghwan sontak membuat yang lain diam. Menunggu jawaban yang akan diberikan Doyoung.
Namun nyatanya, simanis malah mengeluarkan isakannya. Membuat Junkyu yang berada disampinya langsung mendekap tubuhnya. Lalu menjulurkan lidahnya, bermaksud mengejek mereka yang saat ini tidak bisa mendekap Doyoung.
"Sstt... Kenapa malah nangis? "
Yedam ikut menenangkan. Posisinya yang berada di samping Junkyu membuatnya dekat dengan Doyoung. Tangannya terulur untuk mengusap lembut punggung sempit itu."Bilang aja, manis.... Kita nggak bakal marah kok"timpal Yoshi.
Doyoung akhirnya melepaskan diri dari dekapan hangat Junkyu. Mengusap air mata yang membasahi pipinya.
"Ke-kemarin, waktu kak Asa, kak Jae, Jeo, sama Hwan mau pulang, kenapa nggak pamit sama aku? Huwa.... "
Tangisnya kembali pecah.Junkyu kembali mendekap tubuh Doyoung. Dan mereka pun langsung menatap horror pada nama-nama yang disebutkan oleh Doyoung.
"Bangsul! Pulang tuh pamit dulu ya! Salah, kan"ujar Yoshi kesal.
"Lo pada sih. Jadi sedih kan si Doyoungnya"Jihoon berujar, kembali memanaskan suasana.
Sedangkan ke-empag orang tersangka itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Memberikan cengiran canggung.
"Gue ngewakilin nama-nama yang disebut Doyoung, minta maap sebesar-besarnya deh"Ujar Jaehyuk.
"Tuh. Udah minta maaf. Dobby mau maafin? "Tanya Junkyu lirih. Mendekatkan bibirnya pada telinga Doyoung, lalu mengecupnya sekilas.
"Yaudah. Untuk mengakhiri pertikaian ini, ayo berdiri. Kita lakuin ritual kaya biasanya"Hyunsuk kembali bersuara.
Kini semua berdiri, termasuk Doyoung yang tangisnya sudah mereda. Doyoung memeluk Haruto yang pertama.
"Maaf sekali lagi"bisik Haruto. Mengambil satu kecupan di leher milik Doyoung.
Selanjutnya Jihoon.
"Udah, jangan nangis lagi"
Ujar Jihoon sembari mengusak rambut Doyoung.Sekarang Hyunsuk.
"Jangan diemin kakak lagi ya? "
Doyoung mengangguk. Lalu beralih pada Yoshi."Maaf ya, sayangnya kakak. Besok kita bakal kasih hadiah buat cewek tadi"
"Lama lo"Mashiho yang berada disamping Yoshi langsung mengambil alih Doyoung. Mendekap erat tubuhnya.
"Jangan diem aja kalau ada problem. Kakak nggak bisa kamu diemin"
"Buaya anjir"Jaehyuk mengikuti cara Mashiho tadi. Menarik pelan Doyoung agar masuk kedalam pelukannya.
"Maaf ya. Kakak lupa buat pamit sama kamu. Habis ini, kakak bakal pamit-pamit kalau mau balik, okey? "
Setelahnya, giliran Jeongwoo.
"Maaf buat semuanya ya. Tadi gwe kelewat kasar waktu di meja makan. Juga maaf kemarin nggak pamit"Sekarang adalah bagian Asahi.
"Maaf. Kakak salah"singkat. Namun Asahi melakukan yang berbeda daripada yang sebelumnya. Asahi mengecup singkat bibir Doyoung. Mengundang tatapan tak terima dari yang lain.Dan sekarang adalah bagian Junghwan. "Maaf. Besok gue beliin es krim satu kresek deh"
"Es krim? "Wajah yang mulanya bersembunyi di dada bidang milik Junghwan kini terangkat. Menatap manik Junghwan dengan binar bahagia. Junghwan terkekeh gemas, lalu mengangguk.
"Udah. Giliran gue"ujar Yedam, menarik Doyoung agar dapat ia dekap.
"Besok kalau ada apa-apa, kalau tu cewek ganggu kamu lagi, bilang aja. Biar kakak tonjok"
Doyoung merengut tidak suka.
"Sama cewek loh""Biarin. Salah siapa ganggu kamu? "
Belum sempat membalas ucapan Yedam, Junkyu terlebih dahulu menarik Doyoung kedekapannya. Satu tangannya naik untuk mengusap lembut surai si manis.
"Kalau ada apa-apa jangan diem aja, ya? "
Doyoung mengangguk. Membalas pelukan dari Junkyu. "Iya. Maaf ya, kak Kyu"
"Gue juga minta maaf"
"Nah... Gini dong. Udah selesai kan masalahnya? "
Yang lain mengangguk menanggapi Jihoon. Setelahnya, mereka memutuskan untuk tidur bersama di ruang tengah dengan beralaskan karpet bulu saja. Kalau kata Jaehyuk, tidak dingin. Karena sudah ada Doyoung.