Sore menjelang malam ini, Doyoung lagi sibuk milih baju di dalam lemarinya. Soalnya nanti malam, Doyoung mau jalan-jalan sama Junkyu. Teman dekatnya. Ya... Walaupun Junkyu lebih tua satu tingkat diatas Doyoung.
"Kamu ngapain sih? "
Doyoung menoleh. Mendapati kepala bundanya yang menyembul di sela-sela terbukanya pintu.
"Milih baju"
Bunda mengernyit heran. Lalu masuk kedalam kamar anaknya.
"Buat apa? Mau dipake dirumah aja pake bingung"
"Ih, bunda... Aku tuh nanti malem mau ke pasar malam sama kak Junkyu. Mau jajan"
"Sama Junkyu? Lagi? "
"Iya... Kenapa? "
"Kamu mainnya sama Junkyu mulu. Bunda curiga, kamu punya hubungan"
"Ya rmang punya. Kan kita temen deket"
"Yakin cuma temen? "
"Ish! Bunda nih. Iyalah. Emang apalagi? "
Bunda mengangguk. "Oh... Gitu? "
Malam tiba. Junkyu sudah sampai dirumah keluarga Doyoung. Bahkan sekarang sedang berbincang-bincang santai dengan bundanya.
Lalu tak lama, mucullah Doyoung, yang baru menuruni tangga.
"Sory lama"
"Santai aja. Yaudah, bun. Aku sama Dobby izin dulu ya"
"Iya. Hati-hati. Oh iya, Jun"
"Iya? Kenapa, bun? "
"Kamu kalau suka sama Doyoung, tembak aja udah. Bunda restuin"
Doyoung melotot. Terkejud dengan bundanya yang tiba-tiba.
"Bun! Apaansih? "Tegurnya halus.
"Haha... Iya, bun. Kapan-kapan. Lagian belum tentu aku sama anaknya bunda"
"Udah-udah... "Doyoung menarik lengan Junkyu. "Dobby duluan ya, bun"
Dan... Disinilah mereka. Pasar malam.
Mata Doyoung berbinar. Dan itu sangat lucu bagi Junkyu."Seneng banget lo, cil? "
"Kak, ayo! "
"Mau kemana dulu? "
"Mau beli permen kapas"
"Jangan yang manis mulu"
Doyoung menoleh. Menatap Junkyu heran. "Kenapa? "
"Lo nanti tambah manis"
"Ih! Serius! Ayo"
Junkyu tertawa. "Ayo"lalu mengikuti langkah Doyoung dari belakang.
"Mbak, permen kapasnya satu"
"Iya, kak. Mohon tunggu sebentar ya"
Doyoung menarik ujung kaos Junkyu.
"Kok satu? ""Lo mau dua? "
"Nggak. Emangnya lo nggak mau?"
"Nggak. Lo aja"
Doyoung mengangguk.
"Ini, kak"
"Oh iya. Ini uangnya. Makasih, mbak"
Junkyu menarik tangan Doyoung.
Menuntunnya pada sebuah bangku kosong."Nih"Junkyu menyodorkan permen kapas milik Doyoung, yang langsung diterima dengan senang hati.
"Bby"
"Hm? "
"Bby"
"Hmmm"
"Bby"
"APA? "
"Ih? Ngegas amat"
"Lagian lo daritadi manggil, gwe jawab, malah manggil lagi"
Junkyu ketawa ganteng aja.
"Bunda lo sering banget jodoh-jodohin kita, nyuruh gwe nembak lo, dituduh pacaran. Cape nggak sih? ""Kesel sih"
"Nah, gwe tahu gimana cara biar bunda stop bilang itu semua. Dan berhenti nuduh kita"
Doyoung menoleh. "Gimana? "
"Kita jadian beneran aja"
"Heh! "Doyoung mencubit lengan berurat milik Junkyu.
"Aduh! Kok di cubit sih? Bener loh! Biar nggak di fitnah. Jadi kalau bunda ngomong gitu lagi, itu udah jadi sebuah fakta"
Doyoung menggeleng. Tak habis pikir dengan apa yang dikatakan Junkyu.
"Nggak gitu, bego. Jangan-jangan lo beneran naksir gwe lagi? "Junkyu dengan santai mengangguk. "Kalau iya, gimana? "
"Kalau iya, ya jangan"
"Kenapa? "
"Kan kita cuma temen"
"Temen ya? Tapi gwe demen. Gimana? "
Doyoung terdiam. Membuat pose berpikir. "Gwe juga demen sih. Tapi... Emang nggak papa? Yakin nggak bakal canggung? "
"Nggak. Gwe yakin"
Doyoung mengangguk lalu tersenyum lucu. "Coba dulu aja"
Junkyu ikut tersenyum. "Yaudah"
🙂🙂