Doyoung mendengus kesal. Seharusnya malam ini ia sudah bermanja-manja dengan kasur empuk miliknya. Jika saja Dohyon tidak mengingatkan sebuah tugas kelompok yang harus selesai besok juga.
Dan ini sudah hampir setengah jam Doyoung menunggu Dohyon datang untuk menjemputnya.
Tin-Tin
Suara klakson mobil terdengar dari depan rumahnya. Doyoung segera bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju ruang tamu.
Baru saja membuka pintu, ia sudah di kejutkan dengan Dohyon yang tiba-tiba bersin. Untung saja Dohyon menutup mulutnya.
"Yon! Lo dateng-dateng nyapa atau gimana kek? Ini malah bersin. Bikin orang kaget aja tahu nggak? "
"Ya sory. Mana gwe tahu kalau lo mau buka pintu. Udah deh. Daripada lo ngamuk-ngamuk, mendingan berangkat sekarang"
Dohyon menarik kerah baju Doyoung. Lalu berjalan mendekati mobilnya.
Biadab memang.
"Mau kemana sih? Kenapa nggak di rumah aja? "
Tanya Doyoung yang sudah masuk mobil.
"Ke cafe sepupu gwe. Biar suasananya beda. Setiap kerja kelompok di rumah terus ngerjainnya. Bosen"
Doyoung mengangguk paham. Benar juga apa kata Dohyon.
Setelah melakukan perjalanan yang tak cukup jauh. Keduanya sampai di depan sebuah cafe.
"Ayo turun"
Doyoung mengangguk. Mengikuti langkah Dohyon yang berjalan di depannya.
Sesampainya di dalam, Dohyon langsung menuju ke meja pemesanan.
"Ey, bang"sapa Dohyon pada seseorang yang tak Doyoung kenal. Lalu ber-tos ria.
"Ey... Kemana aja lo? Jarang banget kelihatan? "
"Iya. Tugas sekolah lagi padet. Terus gwe juga harus bolak-balik dari rumah sakit ke rumah. Soalnya jagain bibi gwe"
"Bibi lo sakit? "
"Iya. Lo tahu sendiri, bibi gwe nggak punya siapa-siapa di kampungnya. Jadi nggak ada yang bisa di suruh jaga"
"Gws deh buat bibi. Eh btw, manusia manis di belakang lo itu temen lo?"
Dohyon menoleh ke belakang. Mendapati Doyoung yang juga menatapnya dengan agak mendongak.
"Cil, ngapain lo di belakang? Nggak kelihatan"Dohyon menarik Doyoung agar berdiri di sampingnya.
Doyoung menatap Dohyon sinis. Enak saja memanggil dirinya 'cil'!
"Ini temen gwe bang"
Dohyon menyikut lengan Doyoung. Memberi isyarat agar ia memperkenalkan diri."Eh? Iya. Halo, kak. Gwe Doyoung. Temennya Oyon"Doyoung mengulurkan tangannya, juga memberikan senyum manisnya.
"Salam kenal, Doyoung. Gwe Jihoon, sepupunya Dohyon"ujar Jihoon, menanggapi uluran tangan Doyoung.
"Oh iya, bang. Moccacino 1"
"Siap. Doyoung mau pesan apa? "
"Milkshake coklat aja"
Jihoon mengangguk sembari menulis pesanan mereka. "Mau nambah? "
"Gwe sih enggak. Lo mau? "Tanya Dohyon, menoleh ke arah Doyoung yang hanya dibalas gelengan.
"Yaudah. Duduk sono. Gwe buatin"
Dohyon mengangguk, lalu berjalan kearah meja yang masih kosong.
"Di sini aja ya"
Doyoung mengangguk.
Kini keduanya sudah duduk bersama, dan mulai mengerjakan tugas mereka."Doy, gwe ke toilet bentar ya"
"Iya. Buruan lo"
Dohyon mengangguk, lalu bergegas pergi ke toilet. Dan setelah itu juga, Jihoon mengantar pesanan milik mereka.
"Si Dohyon mana, Doy? "
Doyoung yang mulanya sibuk dengan layar laptop, kini menoleh. Mendapati Jihoon yang baru saja meletakkan dua gelas minuman pesanannya juga Dohyon.
"Ke toilet, kak"
"Oalah. Eh, ini diminum ya"
"Iya, kak. Makasih. Maaf ngerepotin"
"Hah? Kan emang tugas gwe jadi barista"
Doyoung terdiam. Benar juga.
"Iya-ya. Kak Jihoon sih! "
"Loh? Kok gwe? "
"Salah sendiri gantengnya kelewatan! Jadi nggak fokus tahu"
Jihoon tertawa. "Apaan deh? Gombal ih"
"Beneran tahu! "
"Hahaha... Iya-iya, manis. Yaudah. Gwe balik dulu ya. Semoga Dohyon nggak lama lagi dateng. Kalau lama-lama kasihan lo-nya"
Jihoon tersenyum lalu meninggalkan Doyoung begitu saja.
"Gawat. Gombalan kak Jihoon bahaya"
"Sory lama. Tadi ngangkat telpon dulu"ujar Dohyon yang baru saja datang dan menduduki kursinya.
"Yon"
"Ha? "
"Kak Jihoon masih sendiri? "
"Masih sendiri gimana? "
"Belum punya gebetan kan? "Doyoung menyipitkan matanya menatap Dohyon.
"Belum. Masih sendiri. Kenapa? "
"Kalau belum punya gebetan, gwe gebet boleh? "
Uhuk!
Dohyon yang sedang minum moccacino tersedak.
"Hah? Gimana-gimana? "
"Iya. Gwe mau gebet kak Jihoon! Pokoknya, gwe harus dapetin manusia ganteng itu! "Ujar Doyoung dengan semangatnya yang membara.
Dohyon hanya menggaruk tengkuknya. "Iyaudah. Terserah lo"