"Kamu nggak denger apa kata mama?! Jangan terus-terusan bikin ulah! Kamu ini cuma bisa bikin mama malu ya?! "
Satu tamparan keras melayang pada wajah mulusnya. Sudut bibirnya berdarah. Saking kerasnya tamparan itu. Namun ia hanya diam. Membiarkan semua kata menyakitkan dan beberapa pukulan mengenai mental dan fisiknya.
"Kalau besok kamu masih belum bisa menang olimpiade, dan nilai kamu turun, mama akan berikan yang lebih daripada hari ini. Ingat itu, Kim Doyoung"
Hingga orang itu pergi, namun Doyoung masih setia duduk di lantai dingin ruang keluarganya. Air mata mulai turun membasahi pipinya.
Hanya ini yang ia bisa lakukan.Dengan perlahan, ia bangkit. Berjalan keluar rumah. Mencari sebuah ketenangan. Tak peduli setelah ini ia akan di hajar lagi. Ia sudah muak. Ia juga lelah.
"Woo, temenin gwe"ucapnya pada seseorang yang ia telpon.
Jeongwoo turun dari motornya tergesa. Sedikit berlari, menuju area taman kota. Mencari keberadaan Doyoung.
Hingga netranya menemukan seseorang yang ia cari. Doyoung yang duduk di bangku taman sendiri.
Jeongwoo melangkahkan kakinya mendekat. Duduk di sebelah Doyoung, lalu mendekap tubuh ringkih itu.
Ia yakin, daritadi Doyoung menangis. Bahkan belum lama ia mendekap Doyoung saja, bahunya sudah terasa basah.
"Mama lagi? "
Doyoung mengangguk samar.
"Gwe sakit, Woo"
"Maaf, Doy. Maaf gwe belum bisa bantu lebih"
"Gwe nggak minta. Gwe udah makasih banget lo masih mau disini, dengerin semua keluh kesah gwe. Lo pasti capek ya, dengerin cerita gwe mulu? "
"Nggak sama sekali. Lo bisa dateng ke gwe, kapan aja lo mau"
"Woo, ini udah yang kesekian kalinya. Ini udah biasa, tapi kenapa rasa sakitnya masih sama? "
"Karena lo masih sayang sama mama lo? Dan orang yang nyakitin lo adalah orang yang lo sayang. Mungkin? "
Doyoung mengangguk. "Apa gwe pergi aja ya, Woo. Biar mama nggak perlu capek-capek marahin gwe? "
"Lo mau pergi kemana? Cukup disini aja. Lo masih punya gwe. Lo punya gwe, doy. Tolong tetep bertahan, se-enggaknya jadiin gwe alasan lo bertahan. Bisa? Kalau lo pergi, gwe bakal ikut hancur. Karena semesta gwe berpusat di elo. Tolong jangan pergi. Masih ada orang yang pengin lo tetep di sini. Gwe yakin, nggak cuma gwe"ujar jeongwoo. Tangannya tak henti mengusap punggung Doyoung yang masih bergetar.
"Tapi mama nggak sayang gwe, Woo"
"Mungkin mama nggak sayang. Tapi se-enggaknya masih ada oranglain yang sayang sama lo"
"Woo, kalau besok gwe nggak menang olim, mama bakal marah"
"Lo pasti bisa"
"Tapi gwe udah ngerasa putus asa. Woo, gwe boleh minta tolong? "
"Sure"
"Kalau besok malem gwe bisa ngajak lo ketemuan, berati gwe baik-baik aja. Tapi kalau besok malem gwe nggak ada kabar, tolong cari gwe. Mungkin aja besok terakhir? "
"Ssssttt! Udah gwe bilang, tolong bertahan. Please, bby"
Doyoung mengangguk. "Ini yang terakhir, ya? "
"Iya. Tolong bertahan. Sampai gwe bener-bener bisa bantu lo keluar dari masalah ini"