Doyoung mencibir tanpa henti di dalam toilet. Daritadi ia dibuat kesal dengan oknum bernama Junghwan.
"Sama dia aja terus. Kenapa nggak jadian sekalian? "Omelnya, menatap pantulan dirinya di cermin.
"Katanya sih cuma patner. Nyatanya mesra banget? "Tangannya terangkat, memukul pelan kaca di depannya.
"Ih, Doy! Sadar! Lo bukan siapa-siapanya. Lagian kalau lo nggak sama dia, lo bisa cari yang lain kali. Gampang... Banyak yang suka gwe. Dipikir cuma---"
Aksi mengomelnya mendadak berhenti, mendapati pintu toilet yang terbuka. Menampakkan seseorang yang membuatnya kesal hari ini.Doyoung segera menetralkan ekspresinya. Ia pura-pura membasuh muka.
Junghwan yang melihat itu mengernyit bingung. "Lo daritadi basuh muka mulu. Kenapa? "
"Panas"
"Udaranya lagi nggak panas"
"Muka gwe kecemprotan sambel"
Junghwan mengangguk. Doyoung menghentikan aksi mencuci mukanya. Lalu mengeluarkan tisu sachet dari dalam sakunya. Mengambilnya selembar untuk mengeringkan wajahnya.
Ia menoleh. Mendapati Junghwan yang hanya berdiri di sampingnya. Diam memperhatikannya. Ia berusaha abai. Lalu mengeluarkan lipbalm dari sakunya juga. Memoles bibirnya agar terlihat lebih segar.
"Ternyata sama aja"
"Apa? "
"Bibir lo. Nggak di pakein lipbalm pun udah ada warnanya"
"Iyalah. Lo pikir bibir gwe transparan? "
Dahi Junghwan mengernyit kembali. "Lo kenapa? "
"Gwe kenapa? Gwe nggak papa"
"Sewot amat. Biasanya respond lo nggak gini"Junghwan menyilangkan tangannya di dada.
"Sotoy lo"Sarkas Doyoung. Ingin melangkahkan kaki untuk pergi dari toilet, namun suara Junghwan menghentikannya.
"Doy"
"Apa? "
"Gwe udah tahu"
Doyoung menoleh kebelakang. Menatap Junghwan dengan perasaan yang was-was. Namun sebisa mungkin ia terlihat biasa saja. Ia mendekat ke arah Junghwan. Ikut menyilangkan tangan di depan dadanya. Terkesan seperti menantang.
"Apa yang lo tahu? "
Namun, ini adalah Junghwan. Jika ditantang, ia akan kembali menantang. Salah satu sudut bibirnya terangkat ke atas membentuk sebuah senyum miring. Lalu melakukan hal yang sama seperti Doyoung. Ia melangkah maju. Membuat Doyoung agak mundur.
"Kenapa mundur? "
"Jarak lo kedeketen. Nggak usah basa-basi. Lo tahu apa? "
"Wow. Santai aja"balas Junghwan terkekeh.
Demi apapun. Doyoung sudah mengumpati Junghwan dalam hatinya berkali-kali. Jujur saja, Junghwan yang seperti ini sangat berbahaya untuk keamanan jantungnya.
"Gwe mau bilang. Kalau suka tuh di ungkapin. Di usahain. Bukannya cuma di pantengin"ujarnya. Kembali mengikis jarak keduanya.
Dan Doyoung kembali mundur. Namun sayang, keseimbangannya hilang, menyebabkan tubuhnya oleng, dan hampir terjatuh. Ya, hampir. Karena nyatanya kini tangan kekar Junghwan melingkar di pinggangnya.
"Makannya, jangan mundur-mundur"mata Doyoung yang mulanya tertutup rapat, kini terbuka. Dan betapa terkejutnya saat ia melihat wajah Junghwan yang hanya berjarak 5 centi dengan wajahnya.
Doyoung mencoba untuk kembali berdiri. Berhasil, namun Junghwan sama sekali tak memindahkan tangannya dari pinggang Doyoung.
"Lepas! "
Bukannya melepas, Junghwan justru mengangkat tubuh Doyoung dengan mudah. Lalu mendudukkannya di wastafel. Gerakan itu terlalu tiba-tiba. Dan hal itu yang membuat Doyoung seketika blank.
"Kurang ajar! "Gertak Doyoung ketika kesadarannya pulih. Ia berusaha mendorong tubuh Junghwan yang berada di depannya agar ia bisa turun. Namun nihil. Badan Junghwan tak bergeser sedikit pun.
"Anteng dikit bisa? "
Doyoung akhirnya bungkam. Memilih untuk diam terlebih dahulu.
"Lo suka sama gwe? "
"Sotoy! "
"Gwe serius. Jawab yang jujur"
"Apa untungnya kalau gwe jawab? "
"Apa susahnya buat jawab? "
"Lo kaya gini cuma mau nanya itu doang? Ngebuang waktu tahu gak? "
"Nggak. Ini penting menurut gwe"Junghwan mengangkat bahunya acuh.
"Gwe nggak peduli. Cepet minggir, gwe mau masuk kelas"
"Jawab dulu. Kalau nggak mau jawab, gini aja terus"
Demi apapun. Doyoung rasanya ingin menangis saja. Tapi tidak. Dia tidak akan mempermalukan dirinya sendiri di hadapan Junghwan.
"Iya! "
"Iya apa? "
"Ya iya! "
"Yang jelas dong"
Doyoung berdecak kesal. Ingin rasanya ia meninju wajah Junghwan. Tapi ia takut jika Junghwan membalasnya. Kan tidak lucu.
"Iya. Gwe suka sama lo. Puas?! "
Junghwan tertawa. Lalu mengangguk. "Lo kayanya takut banget? Padahal cuma gwe suruh jawab"ujarnya sembari menurunkan Doyoung dari wastafel.
"Cara lo gak ngotak tai! Kaya polisi lagi introgasi. Tapi ini lebih serem"
"Hahaha, sory. But, thanks udah mau jawab"
Doyoung mengangguk.
"Lo harusnya bilang dari dulu"
"Dih? Ngapain? "
"Halah. Kemakan gengsi lo. Tadi aja udah misuh-misuh lihat gwe deket sama cewek di ruang osis"
Doyoung melotot kaget. "Lo tahu?! "
"Tahu dong"
"Kok? Kok bisa?! Lo tahu dari mana?! "
"Rahasia. Oh iya, ntar pulang sekolah, jangan langsung pulang. Tungguin gwe. Pulang bareng"
Setelahnya, Junghwan pergi begitu saja. Meninggalkan Doyoung yang masih menetralkan detak jantungnya.